Informasi Terpercaya Masa Kini

Review Film “The Shadow Strays”, Pembuktian Film Action Indonesia Naik Kelas!

0 2

Menjadi salah satu penikmat film Indonesia dari tahun 2000-an hingga saat ini, membuat penulis perlu memberikan apresiasi tinggi akan kemajuan industri film Indonesia. Banyak sekali perkembangan dari berbagai aspek. Mulai dari detail-detail sederhana, sampai hal-hal besar yang luar biasa. Rasanya tak cukup hanya untuk memberikan tepuk tangan paling meriah. Sekalipun sambil berdiri sebagai bentuk penghormatan. Tidak cukup pula memberikan dua sampai empat jempol.

Banyak sekali perubahan dari film Indonesia. Dari tahun ke tahun. Yang paling mencolok, kualitas film genre horor yang kini tidak lagi tentang tempat angker belaka. Apalagi dengan visual yang hanya untuk orang dewasa saja. Kini banyak film horor yang cemerlang bahkan berhasil meraih berbagai penghargaan.

Tidak hanya genre horor, Indonesia kini jauh lebih berani dalam memproduksi film dengan tema yang sensitif dibahas. Isu yang jarang diangkat karena mengarah pada berbagai pandangan yang mungkin mengundang perdebatan. 

Begitu juga dengan film action. Dulu, saat nonton film action dari negara lain, terkadang menaruh harapan suatu saat nanti anak bangsa bisa membuat film action yang keren. Tidak hanya sekadar adegan berkelahi dengan efek bom meledak yang terlihat konyol.

Tahun 2024 ini, menjawab semua harapan penantian pecinta film Indonesia yang sudah lama mengharapkan kehadiran film action Indonesia yang berkualitas. Terbilang keren, berani, bahkan sinting!

Film The Shadow Strays yang tayang di Netflix pada 10 September 2024 sedang menduduki urutan teratas paling diminati pengguna Netflix. Film action besutan sutradara Timo Tjahjanto yang menggandeng aktris muda bernama Aurora Ribero.

Biasanya, Aurora Ribero terlibat film drama anak remaja. Namun kini, eksistensinya di dunia film semakin diperhitungkan berkat penampilan terbaiknya menjadi tokoh utama dalam film The Shadow Strays.

Film The Shadow Strays menceritakan tentang gadis muda yang dipanggil 13. Seorang pembunuh bayarang yang diperankan oleh Aurora Ribero.

Gadis muda ini terjebak pada lingkungan pembunuhan. Menjadi makanan sehari-harinya untuk menghabisi seseorang sesuati dengan arahan pimpinannya. Sesekali, ia merasa dilema dan kehilangan jati dirinya. Apalagi dirinya sama sekali tak mengingat masa lalunya, bahkan nama aslinya.

Suatu hari, 13 hampir gagal menyelesaikan misi di Jepang. Mentornya bernama Umbra yang diperankan oleh Hana Malasan, meminta 13 beristirahat sejenak dari tugas. Sebagai bentuk peringatan karena telah lalai dalam menjalankan misi besar organisasi.

Agen 13 kembali ke Jakarta. Tinggal di rumah susun yang terbilang tak layak. Pemandangan kesehariannya hanyalah suasana ibu kota yang dihiasi oleh masyarakat menengah ke bawah. 

Suatu hari, 13 tidak sengaja berpapasan dengan anak laki-laki yang sedang membawa Ibunya berjalan sempoyongan. Sang Ibu terlihat mabuk berat dan berbicara sembarangan. Anak laki-lakinya tetap berupaya membawa Ibunya masuk ke rumah petak mereka.

Esok harinya, suasana rumah susun ramai didatangi polisi. Ternyata, Ibu dari anak laki-laki itu ditemukan tewas over dosis. Polisi terlihat memberikan perhatian simpati kepada anak laki-laki yang kini tinggal seorang diri.

Malam hari, anak laki-laki itu mendekati 13 yang sedang menatap mangkuk bakso yang ia pesan. Anak laki-laki itu kelaparan dan meminta semangkuk bakso itu. Meski berdarah dingin dan kejam, 13 tetaplah perempuan yang memiliki sisi kelembutan sebagai naluri seorang calon Ibu. Ia memberikan semangkuk bakso itu. 

Peristiwa manis itu membuat 13 menaruh simpati kepada anak laki-laki yang bernama Monji itu. Monji pun merasa senang karena ia merasa tidak sendirian.

Esok harinya, 13 tidak menemukan Monji di rumahnya. Sisinya yang kejam dan ganas terasa bangkit untuk mencari Monji. Tak tahan melihat penderitaan Monji, 13 memutuskan untuk melawan sendirian. Melakukan aksi balas dendam terhadap para penjahat yang membuat Monji menderita.

Tidak ada yang lebih memuaskan dari penampilan terbaik yang dibawakan oleh Aurora Ribero. Gila! Aurora Ribero menampilkan kualitas aktingnya yang sangat berkelas! Merubah pandangan penonton yang semulanya menganggap enteng akting yang ia bawakan di film-film sebelumnya. 

Memilih Aurora sebagai 13 adalah keputusan yang tepat. Ia bisa menampilkan dua sisi 13 yang bersimpangan. Sosok yang ganas, sekaligus sosok yang lembut sebagai perempuan.

Porsinya adegan aksi yang diperankan oleh Aurora Ribero nyaris full tanpa jeda. Seperti tidak diberi ruang untuk menyeimbangkan tarikan napas. Dari awal sampai akhir, Aurora tampil epic membawakan adegan aksi yang luar biasa. Durasi setiap adegan aksi tidak hanya semenit atau dua menit saja. Nyaris 10 menit bahkan lebih hanya untuk memeragakan adegan perkelahian.

Menarik dari film ini adalah keselurhan tokoh yang tampil menonjol dengan karakternya yang nyentrik. Seperti Agra Piliang sebagai Haga yang mengoperasikan prostitusi dan penjualan narkoba, berakting secara sebagai sosok yang abusive.  Adipati Dolken berperan sebagai polisi korup bernama Prasetyo. Andri Mashadi yang berperan sebagai Ariel, anak calon gubernur yang manja tapi juga tukang menyiksa orang lain tanpa ampun. Terakhir ada Taskya Namya yang berperan sebagai kembaran Haga, Soriah. Menjadi sosok cegil yang bikin kesel sepanjang menontonnya.

Tidak hanya segi penokohannya saja, tentu film ini harus berkelas dari sisi actionnya. Sesuai dengan genrenya, film ini memang menampilkan banyak adegan laga. Hampir keseluruhan perkelahian atau baku hantam antara tokoh utama dengan antagois. Menariknya, sosok 13 memang tidak bisa dianggap enteng. Musuhnya kerap menganggap remeh karena lawannya adalah perempuan. Namun ternyata 13 bukan perempuan biasa. Gerakannya cepat, lincah, dan selalu muncul tiba-tiba.

Jarang sekali film action yang menjadikan perempuan sebagai tokoh utamanya. Kini film Indonesia sudah berani megambil peranan ini. Bahkan tidak hanya sekadar adegan berkelahi saja, penonton akan dibuat ngilu dengan kebrutalan yang berdarah-darah.

Menonton film The Shadow Strays membutuhkan keberanian yang matang. Bukan karena ada adegan horor atau unsur mistinya, tetapi memang perkelahian yang ditampilkan sangat brutal. Tidak cocok bagi penonton yang merasa jijik atau terganggu dengan potongan tubuh yang berdarah-darah.

Untuk saya pribadi, keberanian film The Shadow Strays menjadi poin plus yang membuat film ini semakin menantang untuk ditonton. Semua adegan brutal terbilang masih aman bagi saya yang lebih tidak mampu menonton film monster yang mengerikan. Film ini justru membuktikan bahwa film action Indonesia sudah naik kelas. Siap bersaing bahkan mengalahkan film action Asia.

Nampaknya harus ada kelanjutan dari kisah 13. Harus ada film lanjutan untuk menjelaskan semua pertanyaan yang dibiarkan menggantung. Masih banyak pertanyaan penonton yang dibiarkan begitu saja. Jangan sampai film kelanjutannya menjatuhkan ekspektasi penonton yang sudah diberikan tontonan berkualitas di film pertamanya. Saya termasuk penonton yang sangat menantikan kelanjutan dari film The Shadow Strays.

Leave a comment