7 Dampak Negatif Doom Spending yang Harus Kamu Ketahui
Banyak orang yang tergoda untuk mengeluarkan uang secara impulsif ketika sedang stres atau cemas. Fenomena ini dikenal sebagai doom spending yang kini marak di kalangan anak muda.
Doom spending adalah kebiasaan berbelanja secara impulsif yang dipicu perasaan cemas atau pesimis tentang masa depan. Orang yang melakukan doom spending cenderung membeli barang-barang yang tidak terlalu dibutuhkan untuk mencari pelarian sementara dari rasa kekhawatiran mereka.
Perilaku doom spending mungkin menjadi solusi instan untuk mengatasi stres. Namun, dampak negatifnya jauh lebih besar daripada manfaat yang mungkin dirasakan.
Berikut sejumlah dampak negatif yang bisa timbul dari perilaku doom spending.
1. Masalah Keuangan
Salah satu dampak paling nyata dari doom spending adalah masalah keuangan. Ketika seseorang merasa tertekan, sering kali mereka mencari pelarian dengan belanja. Perilaku belanja impulsif ini dapat menguras tabungan pribadi. Akibatnya, keuangan menjadi tidak stabil.
Ini bisa menjadi lebih buruk jika tidak memiliki perencanaan keuangan yang baik. Pengeluaran yang berlebihan dapat mengakibatkan utang yang menumpuk.
2. Meningkatkan Stres
Terlalu sering mengandalkan belanja impulsif untuk mengatasi stres dapat berdampak negatif pada kesehatan mental. Meskipun belanja bisa memberikan perasaan menyenangkan sementara, banyak orang merasa bersalah dan menyesal karena telah menghabiskan banyak uang untuk kebutuhan tidak penting.
Siklus ini bisa terus berulang jika seseorang mengandalkan belanja sebagai pelarian dari stres. Alih-alih mengatasi masalah, doom spending justru dapat menyebabkan stres meningkat ketika tagihan mulai menumpuk dan tidak bisa dibayar.
3. Tidak Menyelesaikan Masalah
Membeli barang sebenarnya tidak akan menyelesaikan masalah yang menjadi penyebab stres. Untuk mengatasi stres, kamu harus mengatasi akar masalahnya. Jika ingin belanja untuk meredakan stres, cobalah untuk membatasi budget agar belanja tidak berlebihan. Pikir dua kali sebelum membeli barang, apakah benar dibutuhkan atau tidak.
4. Keterbatasan Investasi Jangka Panjang
Pengeluaran berlebihan untuk barang-barang yang tidak penting dapat menganggu tujuan finansial di masa depan. Hal ini membuat kita sulit menabung untuk masa depan.
Ketika seseorang terjebak dalam doom spending, mereka sering kali mengabaikan dana darurat atau investasi jangka panjang. Ini bisa mengakibatkan kekurangan dana di masa depan ketika menghadapi situasi darurat atau memasuki usia tua.
5. Hubungan Sosial yang Terganggu
Doom spending juga dapat berdampak pada hubungan sosial. Orang yang terjebak dalam doom spending mungkin akan mengabaikan interaksi sosial yang sehat karena terlalu fokus pada pengeluaran untuk mengatasi stres. Untuk itu, penting mencari cara lain untuk mengelola stres dan kecemasan, seperti berbicara dengan teman, berolahraga, daripada mengandalkan pengeluaran impulsif. Dengan pendekatan yang lebih bijak, kita dapat menghindari jebakan doom spending.
6. Penyesalan
Penyesalan memang selalu datang belakangan. Setelah membeli barang yang tidak dibutuhkan, kita sering kali merasa menyesal dan bersalah. Barang menjadi tidak terpakai dan uang habis begitu saja.
7. Dampak Lingkungan
Perilaku konsumtif yang dilakukan secara impulsif sebagai respons untuk mengatasi stres, kecemasan, atau ketidakpastian bisa berdampak pada masalah lingkungan, seperti sampah dan limbah. Setiap pembelian impulsif berarti akan ada lebih banyak produk yang dihasilkan dan lebih banyak kemasan yang dibuang.