Informasi Terpercaya Masa Kini

Film Home Sweet Loan, Generasi Sandwich Kucel Pingin Punya Rumah

0 2

Menonton Home Sweet Loan yang hits dibicarakan pecinta film membuat Daku tersentuh hati ini, tapi tidak sampai mbrebes mili. Film ini begitu relate dengan situasi lingkungan tempat tinggal masa kecil ku di daerah padat penduduk Pondok-Pinang, Jakarta Selatan.

Pada saat Daku masih tinggal disana, banyak tetangga yang satu rumah dihuni oleh beberapa keluarga, bahkan ada keluarga yang sampai anaknya sudah berkerja belum mampu memiliki rumah tinggal, masih ngontrak atau tinggal di rumah peninggalan orang tua.

Apa yang pernah ku saksikan di kehidupan nyata memiliki kesamaan cerita dengan film yang ku tonton ini, sebuah film yang kali ini mengekspose generasi sandwich dengan latar ekonomi rakyat jelata.

Film ini mengadaptasi novel buatan Almira Bastari dengan judul yang sama “Home Sweet Loan”, ceritanya berkutit pada perjalanan hidup Kaluna (Yunita Siregar), mantan model yang telah menjadi seorang karyawan swasta kelas menengah. Film ini telah tayang di bioskop sejak 25 september 2024.

Sejak awal film, ceritanya sudah memperlihatkan pengorbanan Kaluna di dalam keluarga tersebut yang tertampak dalam dialog dan adegan. 

Dengan tanpa riasan muka yang glamor pas dengan penampilan cewek yang beli bedak aja mikir (kucel), pemeran utama Yunita Siregar menunjukkan kehidupan Kaluna, dan kecantikan khas gadis warga biasa.

Karena masih gadis, Kaluna masih harus tinggal di rumah orang tua-nya, tapi ternyata dua kakaknya, Kanendra (Ariyo Wahab) dan Kamala (Ayushita), yang sama-sama sudah menikah dan memiliki anak masih tinggal di rumah orang tua peninggalan kakeknya.

Kaluna sebagai generasi sandwich hidup sederhana berbeda dengan lifestyle teman-temannya. Ia kemana-mana masih menggunakan kendaraan umum, tidak dandan, bahkan terlihat pakaian disetrika kurang rapih. 

Ia hidup sangat irit karena bercita-cita ingin memiliki rumah sendiri, untuk itu dia menabung. Dibandingkan dengan beberapa temannya yang memilih membeli hunian berupa apartemen berukuran kecil, ia ingin memiliki hunian yang berpijak pada tanah dan memiliki beberapa kamar dan yang terpenting ada dapur.

Ia amat bertolak belakang dengan teman-temannya yang sangat boros, yang hanya sekali ngopi butuh pengeluaran Rp.75.000 sekali minum, makan di cafe, sedangkan ia membawa bekal dari rumah.

Apiknya cerita film ini, membawa generasi sebelum generasi sandwich bagaimana kesederhanaan itu hadir dalam sebuah film masa kini.

Sederet masalah datang bertubi-tubi menimpa Kaluna. Penyelesaian masalah yang ia hadapi sebagai anak bontot dari generasi sandwich mengutamakan ego. Bahkan dia begitu mudah memutuskan pacarnya, padahal bukan hal yang begitu prinsip.

Kaluna dikeluarganya  dianggap memiliki beban paling ringan. Ada pernyataan kakak iparnya memanah perasaannya “Lo bakal ngerti kalau udah punya anak”. 

Di hari yang berbeda, Kanendra si kakak laki-laki sulung pun dengan enaknya menyuruh Kaluna untuk mengisi token listrik yang habis. Kakak yang diharapkan membantu pekerjaan rumah, yang alih-alih mendukung malah menjadi tambahan beban keluarga. 

Bahkan Ibunya memindahkan kamarnya ke kamar pembantu dibelakang. Keadaan kamar belakang begitu sempit, pintu yang tidak bisa ditutup secara sempurna harus diganjal batu dan ketidaknyamanan lainnya.

Situasi yang terjadi membuatnya memiliki hasrat memiliki rumah sendiri dan mendorong keinginan untuk bebas dari keluarga. Ia pun mengajak teman-teman satu generasi untuk membantu mencari hunian untuk nya.

Ada yang menarik dari film ini, bagaimana menciptakan situasi yang ‘serba tak nyaman’ untuk si pemeran utama yang generasi sandwich. 

Sederet masalah yang datang hilir mudik pun dituntaskan dengan keputusan yang serba terbatas, kesederhanaan hidup dan emosi generasi sandwich; ia harus memilih keputusan yang diambil, sekaligus menentukan nasib Kaluna kedepan dan yang akan dia lewati 

Bagi kita yang berasal dari keluarga ekonomi kelas bawah yang menonton film ini akan mengaca pada diri “kok relate ?”, dengan situasi dalam adegan kita dibuat ‘setuju’ dengan putusan yang diambil Kaluna.

Film ini akan menyenggol mereka yang lahir sebagai tulang punggung keluarga, tapi harus berkompromi dengan cita-citanya sendiri. 

Kaluna dipaksa dengan situasi harus memilih dan memilah keputusan mana yang harus ia ambil untuk keluarganya, sekaligus menentukan nasib hidup kedepannya. 

Home Sweet Loan mencitrakan realita hidup cewek-cewek seumuran Kaluna yang ingin rumah yang nyaman. Namun ketika generasi sandwich itu berasal dari keluarga kelas menengah kebawah, rumah tidak hanya cuma secara fisik, tapi memaknai kehadiran jiwa orang-orang yang menghuninya. 

Semua polemik dalam film ini dibuat begitu relate dengan kehidupan nyata dengan dinamika warga kelas menengah kebawah. Terasa begitu mengena ke jiwa dan solid.

Film dibintangi oleh Yunita Siregar, Derby Romero, Fita Anggriani, Ayushita Nugraha, Risty Tagor, Ariyo Wahab, dan Wafda Saifan, terbilang berhasil membawa penonton ke dalam konflik batin yang dialami Kaluna.

dan bagaimanakah akhie ceritanya ? tonton di bioskop..

Rate : 8 / 10

Salam hangat, Blogger Udik dari Cikeas,

Bro Agan aka Andri Mastiyanto

Threads @andrie_gan I Tiktok @andriegan I Twitter @andriegan I Instagram @andrie_gan I Blog – kompasiana.com/rakyatjelata

Leave a comment