Review Film “Kemah Terlarang Kesurupan Massal”, Beri Pesan untuk Menghormati Adat Setempat
Acara berkemah menjadi momentum menyenangkan bagi sebagain orang. Menjadi momentum yang paling dinantikan. Rekreasi di alam bebas. Memandang langit malam yang penuh dengan taburan bintang.
Apalagi yang tergabung dalam komunitas pecinta alam atau naik gunung. Berkemah menjadi salah satu agenda rutin yang bisa dilakukan setiap tahun, bahkan hanya rentang beberapa bulan saja.
Perusahaan juga kadang membuat acara gathering yang menggunakan konsep berkemah. Menyewa tempat wisata yang menyediakan fasilitas berkemah. Mengisi acara dengan kegatan-kegiatan yang menyenangkan dan seru. Seperti perlombaan, menyalakan api unggun, hingga pentas seni.
Bahkan sejak masih sekolah, kegiatan berkemah selalu menjadi agenda wajib untuk anak-anak sekolah. Mulai dari SD sampai SMA, selalu saja ada kegiatan berkemah. Khususnya anak-anak yang tergabung pada ekstrakulikuler berkemah, pasti sangat menantikan momentum ini.
Sebagai anak pramuka saat masih putih biru, penulis pun terbilang cukup sering berkemah. Meski sekarang sudah sangat sulit untuk bisa meluangkan waktu ke alam bebas. Namun berkemah selalu menjadi pengalaman manis yang indah untuk dikenang.
Apalagi jika mengingat suasana perkemahan di malam hari. Suasana yang sunyi, sepi, dan begitu asing terasa. Udara dingin yang menusuk. Ditambah lagi cerita horor dari teman yang berada di tenda yang sama. Menambah suasana berkemah semakin menegangkan.
Saat berkemah dulu, saya pun pernah mengalami pengalaman yang cukup menegangkan. Ada beberapa peserta kemah yang tiba-tiba berteriak sendiri. Disusul oleh beberapa panitia. Semuanya perempuan. Kejadian itu kami artikan sebagai kesurupan. Namun, tidak bisa disebut kesurpan massal karena hanya beberapa orang saja.
Dari pengalaman itu, membuat saya sangat tertarik menonton film horor yang sedang tayang di bioskop. Berjudul Kemah Terlarang Kesurupan Massal yang rilis pada 10 Oktober 2024. Dari judulnya saja sudah dapat dilihat inti ceritanya tentang kesurupan massal saat berkemah.
Rasa penasaran semakin bertambah ketika mendengar cerita Derby Romere, salah satu pemain film Kemah Terlarang. Derby menceritakan pengalamannya saat shooting film Kemah Terlarang. Ia berbagi pengalaman mistis yang ia rasakan sendiri kepada Arafah dan Halda pada channel YouTube pribadi milik Arafah Rianti.
Dari video itu, Derby mengungkapkan banyak tim yang mendapatkan pengalaman horor saat penggarapan film. Termasuk Derby yang terbangun pada dini hari karena mendengar suara yang membuatnya tidak nyaman. Ia juga pernah mendengar suara gamelan di malam hari saat ia hendak beristirahat di kamarnya.
Faktanya, film Kemah Terlarang Kesurupan Massal ini merupakan kisah nyata yang pernah terjadi di Yogyakarta pada tahun 2016. Kisah horor ini pertama kali diceritakan oleh Wakhid Nurrokhim pada akun Twitternya. Cerita yang ia tulis di media sosial pribadinya pada tahun 2022 lalu, diberi judul Tumbal Kemah. Kisah horor yang viral itu pun dibuat menjadi novel. Sampai akhirnya pada tahun 2024, diangkat ke layar lebar dengan judul Kemah Terlarang Kesurupan Massal.
Film ini diproduksi oleh Rapi Films yang sebelumnya berhasil merilis film horor dengan penonton yang banyak. Seperti film Ratu Ilmu Hitam, Waktu Maghrib, dan Siksa Kubur. Kali ini Rapi Films bekerja sama dengan Sky Media, Rhaya Flicks, dan Legacy Picture.
Ginanti Rona diberi kepercayaan sebagai sutradara. Kariernya dalam dunia film horor memang tak perlu diragukan lagi. Film Kalian Pantas Mati, Qorin, dan Susuk: Kutukan Kecantikan yang pernah ia garap. Kali ini Gina harus membuat visual dari sebuah kisah nyata yang sudah dikenal oleh warganet.
Film Kemah Terlarang Kesurupan Massal menceritakan tentang siswi kelas satu SMA yang bernama Rini. Rini diperankan oleh Callista Arum. Sebagai siswa baru, Rini harus mengikuti acara sekolah, yaitu kegiatan kepramukaan. Berkemah menjadi agenda wajib untuk siswa baru.
Mengikuti perkemahan itu membuat Rini merasa tertangtang untuk membuktikan keberaniannya. Apalagi melihat rundown acara selama berkemah yang begitu padat. Selain itu, Rini juga diam-diam menyimpan perasaan kepada ketua panitia perkemahan. Namanya adalah Miko yang diperankan oleh Fatih Unru. Rini berharap lewat kegiatan perkemahan ia mendapatkan kesempatan untuk bisa mendekati Miko.
Namun ternyata acara kemah itu malah menjadi petaka. Seperti masuk ke tempat yang penuh dengan hal-hal mistis. Semua peserta merasa terganggu dengan sosok arwah Roro Putri yang kadang menampakkan diri. Diperankan oleh Nihna Fitria.
Puncak yang paling mencekam ketika malam pentas seni diselenggarakan. Tepatnya ketika Rini mula menunjukkan pentas seni yang ia bawakan, yaitu berpan sebagai Roro Putri. Saat berakting menjadi Roro Putri, Rini malah kerasukan oleh awah Roro Putri. Kerasykan itu menyebar kepada peserta lain. Menjadi kerusupan massal yang mencekam. Sampai ada yang hampir kehilangan nyawanya saat kesurpan.
Miko dan panitia lainnya berusaha untuk menyelamatkan para peserta yang kesurupan. Mereka dibantu oleh Mbah Santo, kuncen desa tersebut. Padahal sebelumnya, Mbah Santo sudah memperingatkan para kepada tamu yang berkemah agar tidak menganggu sesajen yang ada.
Menonton film Kemah Terlarang, mendapatkan sajian visual yang memanjakan mata. Mulai dari pengambilan gambar yang berkelas, dan pemilihan warna yang mendukung cerita. Secara keseluruha, film ini memiliki sinematografi yang memukau.
Adat dan budaya sangat kental dalam film ini. Apalagi penggunaan bahasa jawanya begitu jarang didengar dalam kehidupan masa kini. Film ini menggunakan bahasa Jawa krama inggil dan alus. Membuat kesan kultural begitu terasa.
Lebih menakjubkan lagi, para pemain yang mayoritas bukan asli orang Jawa, berperan menggunakan logat dan bahaa Jawa yang kental. Sepert Derby Romero, Callista Arum, Nayla Purnama, dan Fatih Unru tampil cukup baik melafalkan dialog berbahasa Jawa.
Tak hanya segi bahasa saja, film ini pun membahas adat dan kepercayaan yang dianut oleh orang Jawa. Seperti tentang weton Jawa yang tujukkan untuk mengetahui arti kelahiran seseorang. Menambah pengetahuan baru kepada penonton yang bukan orang Jawa atau bahkan penonton asli Jawa yang tidak dekat dengan budaya Jawa.
Adegan paling memukau adalah suguhan teater Jawa yang bikin merinding. Adegan ritual untuk dapat berinteraksi dengan makhluk halus disajikan begitu mewah. Nuansa tetrikal begitu terasa kental. Apalagi dibawakan lansung oleh aktor teater senior dari Yogyakarta, Landung Simatupan yang berperan sebagai Mbak santo. Suara gamelan semakin melengkapi adegan puncak ini.
Secara garis besar, film ini memberikan pesan yang menjadi pengingat untuk semua orang. Ketika memasuki sebuah tempat atau wilayah baru, maka pendatang harus menghormati ada dan budaya setempat. Sebagai bentuk permintaan izin karena memasuki kawasan yang asing.
Menonton film membuat saya kembali merasakan atmosfer dari film KKN di Desa Penari. Tidak terlalu seram, tetapi budaya Jawa begitu terasa dan terkesan mewah.