Merapi Luncurkan Ratusan Guguran Lava
REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA — Gunung Merapi meluncurkan ratusan kali guguran lava dalam kurun waktu lebih dari sepekan terakhir. Setidaknya, pada periode pengamatan 4-11 Oktober, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat terjadi 250 kali guguran lava.
“Pada periode pengamatan 4-10 Oktober teramati 200 kali guguran lava, dan pada 11 Oktober terjadi 50 kali guguran lava,” kata Kepala BPPTKG, Agus Budi Santoso, Sabtu (12/10/2024).
Seluruh guguran lava tersebut mengarah ke barat daya atau Kali Bebeng. Jarak luncurnya tercatat maksimum 1.800 meter. “Suara guguran terdengar delapan kali dari Pos Kaliurang, dan Pos Babadan dengan intensitas kecil hingga sedang,” ucap Agus.
Sedangkan, untuk kegempaan Gunung Merapi juga masih cukup tinggi. Meski, pekan ini intensitasnya lebih rendah dibandingkan dengan pekan sebelumnya. Dikatakan Agus, pada periode 4-11 Oktober, tercatat 40 kali gempa fase banyak, dua kali gempa frekuensi rendah, 1.086 kali gempa guguran, dan 10 kali gempa tektonik.
Lebih lanjut, dikatakan bahwa morfologi kubah barat juga teramati adanya perubahan akibat aktivitas pertumbuhan kubah, guguran lava, dan awan panas guguran. Berdasarkan analisis foto udara tanggal 21 Agustus 2024, volume kubah barat daya terukur sebesar 2.777.900 meter kubik,
Sementara, untuk morfologi kubah tengah tidak mengalami perubahan morfologi yang signifikan. BPPTKG mencatat volume kubah tengah sebesar 2.366.900 meter kubik. “Namun, deformasi Merapi yang dipantau dengan menggunakan EDM pada minggu ini menunjukkan laju pemendekan jarak tunjam rata-rata sebesar 0,1 centimeter per hari, relatif sama dibandingkan minggu lalu,” jelasnya.
Dari hasil pemantauan tersebut, BPPTKG menyimpulkan aktivitas vulkanik Merapi masih cukup tinggi berupa aktivitas erupsi efusif. Status aktivitas Merapi pun masih ditetapkan dalam tingkat siaga atau level 3.
Untuk itu, BPPTKG menekankan potensi bahaya Merapi masih berupa guguran lava dan awan panas guguran yang dapat terjadi di sektor selatan-barat daya, dan sektor tenggara. Potensi bahaya pada sektor selatan-barat daya meliputi meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal lima kilometer, Sungai Bedog, Krasak, dan Bebeng sejauh maksimal tujuh kilometer.
“Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal tiga kilometer, dan Sungai Gendol lima kilometer. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius tiga kilometer dari puncak,” ungkapnya.
Selain itu, data pemantauan Merapi juga menunjukkan suplai magma masih berlangsung, dimana dapat memicu terjadinya awan panas guguran di dalam daerah potensi bahaya. Alhasil, masyarakat pun diminta agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya.
“Masyarakat agar mewaspadai bahaya lahar dan awan panas guguran (APG) terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi. Selain itu masyarakat agar mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi,” kata dia.
Guguran lava pijar Gunung Merapi terlihat dari Turi, Sleman, DI Yogyakarta, Ahad (21/7/2024). Menurut data BPPTKG periode pengamatan 21 Juli 2024 pukul 00.00 – 24.00 WIB Gunung Merapi yang berstatus siaga (level III) itu mengalami 31 kali guguran lava pijar dengan jarak luncur maksimal 1.600 meter ke arah barat daya. – (ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko)