Berasal dari India,Ini Sosok Kakek Mendiang Marissa Haque,Berjuang untuk Kemerdekaan Indonesia
TRIBUNNEWSMAKER.COM – Tak banyak yang tahu ternyata kakek mendiang Marissa Haque merupakan sosok pejuang kemerdekaan Indonesia.
Mendiang Haque merupakan cucu dari Siradjul Haque dan Charlotte Louise Poittier dari garis Allen Haque
Sebagai pejuang kemerdekaan Indonesia yang berdarah India, Siradjul Haque sempat ditahan oleh penjajah Jepang.
Baca juga: Deretan Kebaikan Marissa Haque yang Baru Terungkap Setelah Wafat, Termasuk Kuliahkan Tukang Kebun
Hal itu dikarenakan pada masa kolonial, orang berdarah India dikenal memiliki hubungan dekat dengan Inggris.
Terlebih lagi, Siradjul Haque merupakan pria terkemuka di Batavia (Kini Jakarta) pada masa pemerintahan Hindia-Belanda (Indonesia dulu) era 1930-an.
Maka dari itu, Siradjul Haque harus mendekam dipenjara selama masa penjajahan Jepang.
Sebagai pria terkemuka, Siradjul Haque memiliki sejumlah aset properti di Batavia, satu di antaranya adalah gedung olahraga.
Dilansir TribunNewsmaker.com dari Historia pada Jumat, (11/10/2024), nama gedung olahraga tersebut adalah Haque’s
Sporthuis.
Iklan gedung olahraga tersebut pernah tayang di koran Bataviasche Nieuwsblad edisi 29 April 1935 dan Het Niuewsblad voor Nederland edisi 22 Februari 1935.
Dalam iklan tersebut, gedung untuk bermain tenis dan bulutangkis itu beralamat di Citadelweg (kini Jalan Veteran) Nomor 6, tidak jauh dari Monas.
Pada era tersebut, Siradjul Haque menjadi manager tempat olahraga itu. Sementara, Charlotte Louise juga berdagang membantu suaminya.
Selain mengurus tempat olahraga, Siradjul Haque pernah menjadi ketua peguyuban orang India, yang juga menaungi kelompok Sikh, pada tahun 1935.
Hal itu terungkap dari tulisan di koran De Courier tanggal 1 Oktober 1935.
Baca juga: Daftar Artis & Figur Publik yang Melayat Marissa Haque, dari Vina Panduwinata hingga Rano Karno
Posisinya yang kala itu sebagai ketua paguyuban berharap bisa menjadi penengah antara pemerintah kolonial dengan komunitas orang India di Hindia Belanda.
Seperti yang diketahui, kawasan Pasar Baru di Jakarta dulunya merupakan titik tempat banyak orang India tinggal dan berdagang.
Selain toko-toko, sebuah kuil Sikh juga ada di daerah itu.
Siradjul yang lumayan lama menjadi ketua peguyuban orang India, aktif menggalang hubungan dengan komunitas-komunitas India di tempat lain.
Soerabaijasch Handelsblad tanggal 4 Juni 1941 memberitakan, Siradjul Haque mengunjungi pengurus komunitas India di Surabaya yang dipimpin TD Kundan.
Di zaman pendudukan Jepang, Siradjul Haque sempat ditahan militer Jepang di Penjara Cipinang.
Kendati tiada kasus pidana yang dilakukan, dia ditahan lantaran alasan politis.
Kala itu, orang India dianggap dekat dengan Inggris, lawan Jepang dalam Perang Dunia II.
“Di waktu roda revolusi berputar, Haque tidak dibiarkan orang untuk istirahat. Banyak pimpin kita keluar masuk rumahnya. Kalau tidak mobil datang menjemput dan ia dibawa entah kemana.” kata Newton Rassat di Majalah Vista.
“Baru jauh malam melalui pergolakan rakyat jelata di jalan, ia dihantarkan pulang. Inggris dan Belanda tak pula ketinggalan minta keterangan. Opsir-opsir India berganti-ganti menemuinya. Dalam berhadapan dengan bangsa barat itu kepentingan Indonesia tak pernah diabaikannya,” sambung Newton Rassat di Majalah Vista.
Sebagai tokoh India yang mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia, rumah Siradjul Haque ramai didatangai para pejuang.
Bahkan, rumahnya pernah didatangi pemimpin RI seperti Bung karno dan Bung Hatta.
“Konon, rumah kakekku di Jalan Batutulis nomor 27A Jakarta menjadi tempat penampungan tentara berdarah India dari golongan Gurkha dan Sikh yang membelot dari tentara Sekutu,” kata Soraya Haque dalam Soraya Clues: Jejak-Jejak Perjalanan Jiwa.
Setelah Indonesia merdeka, Siradjul Haque dijadikan kadidat penghubung antara Indonesia dengan Pakistan yang sama-sama baru merdeka.
Namun, hal itu belum sempat terjadi lantaran Siradjul Haque telah berpulang ke pangkuan Tuhan.
Koran Merdeka tanggal 6 September 1948 mengabarkan bahwa Siradjul Haque tutup usia pada 3 September 1948.
Siradjul Haque meninggal dunia pada usia 50 tahun di rumahnya di Jalan Batutulis nomor 27A Jakarta karena sakit.
(TribunNewsmaker.com/Dika Pradana)