Sebut 2,41 Juta Warga RI Setengah Menganggur, Ekonom: Salah Satu Penyebab Deflasi 5 Berturut-turut
JAKARTA, KOMPAS.com – Ekonom senior dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Dradjad Wibowo, mengungkapkan bahwa saat ini terdapat 2,41 juta warga Indonesia yang berstatus setengah menganggur.
Menurut dia, kondisi tersebut menjadi salah satu penyebab menurunnya kelas menengah di Indonesia dan terjadinya deflasi yang beruntun sejak Mei 2024.
“Ada satu lagi fakta yang belum banyak diketahui, yaitu mengapa kelas menengah kita turun dan mengapa kemudian kita mengalami deflasi berturut-turut. Salah satu penyebab yang paling kuat adalah tingginya angka setengah menganggur, yang mencapai 2,41 juta orang,” ujar Dradjad usai menghadiri forum Indonesia Future Policy Dialogue di Jakarta, Rabu (9/10/2024).
“Orang yang setengah menganggur ini sudah jelas daya belinya rendah sekali, sudah jelas dia akan terlempar dari kelas menengah,” tambah dia.
Baca juga: Deflasi 5 Bulan Berturut-turut, Kemenperin: Bisa Diatasi dengan Pembatasan Produk Impor Murah
Drajad juga mengaitkan kondisi tersebut dengan rencana kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen. Ia khawatir bahwa kenaikan tersebut justru akan menambah jumlah pengangguran.
Oleh karena itu, Drajad menilai rencana kenaikan PPN sebaiknya tidak dipaksakan.
“Kalau dipaksakan PPN 12 persen, saya khawatir orang setengah menganggur makin banyak. Ujung-ujungnya, orang akan membeli barang semakin sedikit, dan konsumsi pun akan menurun. Akhirnya, PPN juga akan terpengaruh. Itu adalah kekhawatiran saya pribadi,” tambahnya.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa jumlah masyarakat yang tergolong kelas menengah terus mengalami penurunan.
Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk yang tergolong kelas menengah pada tahun 2024 mencapai 47,85 juta jiwa, turun dari 48,27 juta jiwa pada tahun 2023.
Jumlah masyarakat kelas menengah tercatat terus menurun setiap tahunnya sejak 2019.
Pada tahun 2019, jumlah penduduk kelas menengah mencapai 57,33 juta jiwa (21,45 persen), kemudian turun menjadi 53,83 juta jiwa (19,82 persen) pada 2021, 49,51 juta jiwa (18,06 persen) pada 2022, dan 48,27 juta jiwa (17,44 persen) pada 2023.
Di sisi lain, Indonesia juga resmi mengalami deflasi secara bulanan (month to month/mtm) selama lima bulan berturut-turut, yakni dari Mei hingga September 2024.
Deflasi terjadi sebesar 0,03 persen pada Mei, kemudian meningkat menjadi 0,08 persen pada Juni dan 0,18 persen pada Juli.
Deflasi tercatat kembali di angka 0,03 persen pada Agustus, sebelum melesat ke 0,12 persen pada September.
Baca juga: Krisis di Depan Mata: Bertahan dari Deflasi dan Dampak Konflik Timur Tengah