Crowdfunding Vs Angel Investor, Model Pembiayaan Mana yang Lebih Inklusif ?
Membangun bisnis baru di era digital terasa seperti memulai ekspedisi penuh risiko. Namun, ketika berbicara tentang mencari modal, hal ini seringkali menakutkan bagi banyak sebagian orang, khususnya bagi pengusaha pemula. Lantas, bagaimana sebaiknya mereka mendapatkan akses modal yang lebih inklusif untuk pendanaan bisnis mereka?
Ilustrasi gambar diolah dari freepik.com / freepik
Ada dua model pembiayaan yang semakin dikenal untuk mendukung hal ini, yakni crowdfunding dan angel investor. Keduanya memiliki kelebihan masing-masing, namun, sesiapa yang lebih mendukung bisnis kecil untuk berkembang? Yuk kita simak paparan berikut :
1. Crowdfunding: Ketika Banyak Tangan Membawa Harapan
Crowdfunding adalah cara penggalangan dana yang melibatkan banyak orang dalam mendanai proyek atau usaha. Platform seperti Kickstarter atau Indiegogo telah menjadi jembatan bagi para kreator yang ingin mengubah ide menjadi realitas tanpa harus mengorbankan saham atau kendali perusahaan.
Crowdfunding memberikan kesempatan yang setara bagi siapa pun yang memiliki ide brilian, tanpa memandang latar belakang keuangan mereka. Bayangkan ini sebagai bentuk demokrasi finansial, di mana siapa saja bisa ikut serta. Tidak ada pertanyaan tentang sejarah kredit atau kualifikasi finansial—hanya ide yang menarik dan komunitas yang percaya pada visi tersebut.
Mollick (2014) dalam studinya menunjukkan bahwa crowdfunding sangat mendukung pengusaha kecil, terutama yang berasal dari kelompok yang biasanya tidak terlayani oleh institusi keuangan tradisional. Dengan platform ini, pengusaha baru bisa langsung berinteraksi dengan calon pelanggan sekaligus mendapatkan dana.
2. Angel Investor: Kebaikan Hati atau Transaksi?
Seperti namanya, angel investor adalah individu dengan kekayaan pribadi yang siap menyuntikkan dana ke perusahaan rintisan. Tapi, di balik “kebaikan hati” mereka, tentu ada imbal balik yang diharapkan.
Meskipun mereka memilih dengan cermat siapa yang akan mereka biayai, angel investor cenderung tertarik pada potensi besar dari sebuah bisnis kecil. Tidak jarang, para investor ini juga menawarkan bimbingan atau jaringan yang bisa mendukung bisnis kecil tumbuh menjadi lebih cepat.
Namun, di sinilah letak batasannya. Tidak semua bisnis memiliki akses langsung ke jaringan para angel investor ini. Lebih sering, koneksi personal dan track record yang baik diperlukan untuk bisa memikat hati seorang investor.
Angel investor umumnya lebih memilih bisnis yang sudah membuktikan sebagian validitas pasar mereka. Menurut Mollick, para angel investor sering kali berinvestasi pada bisnis yang berpotensi mendapatkan pengembalian besar, dibandingkan melihat dari sudut inklusivitas.
Mereka ini disebut angel investor bukan tanpa alasan. Kalau mereka tidak menyukaimu, yaa… kamu akan merasa seperti tidak dilirik surga. Hehehe
3. Aksesibilitas yang Dibawa oleh Crowdfunding
Kembali ke crowdfunding, kelebihan utama dari model ini adalah siapa pun bisa terlibat, baik sebagai pendukung maupun kreator. Kamu tidak perlu menjadi pengusaha berpengalaman untuk memulai kampanye crowdfunding. Yang diperlukan hanyalah ide, narasi menarik, dan cara untuk membujuk orang lain agar percaya pada visimu.
Crowdfunding memungkinkan siapa saja di seluruh dunia untuk mendukung bisnismu. Misalnya, seorang seniman di Bali bisa mendapatkan dukungan dari pecinta seni di Kanada. Atau sebaliknya.
Yang perlu diketahui, bisnis dengan misi sosial juga mendapatkan keuntungan besar dari crowdfunding. Bisnis ini sering kali menarik orang-orang yang bersedia memberikan dukungan finansial, bukan semata karena keuntungan finansial, tapi karena dampak sosial yang dijanjikan.
Kalau boleh mengibaratkannya, crowdfunding itu seperti kencan buta. Kamu harus punya cerita yang kuat dan meyakinkan, tapi pada akhirnya, hasilnya tetap tergantung seberapa tertarik audiensnya.
4. Modal yang Lebih Personal dari Angel Investor
Satu hal yang tak bisa diabaikan dari angel investor adalah pendekatan mereka yang lebih personal. Ketika seorang angel investor berinvestasi dalam bisnismu, mereka biasanya tidak hanya memberikan dana, tetapi juga keahlian, jaringan, dan bahkan bimbingan moral.
Pernah dengar sosok Mike Markula? Sang investor pertama Apple pada masa awal diberdirikan oleh Steve Jobs dan koleganya?
Namun, pendekatan personal ini juga memiliki kekurangan. Bagi pengusaha baru yang tidak memiliki jaringan kuat, menemukan angel investor bisa menjadi tantangan. Bahkan, bisa jadi kamu perlu mendekati ratusan investor sebelum ada setidaknya satu orang yang tertarik dengan bisnismu.
Studi menunjukkan bahwa meski angel investors cenderung fokus pada bisnis yang lebih berkembang, banyak dari mereka yang mulai tertarik mendanai bisnis lebih kecil untuk diversifikasi portofolio mereka. Angel investor bisa menjadi pilihan yang baik jika kamu sudah memiliki dasar bisnis yang kuat.
5. Mana yang Lebih Inklusif?
Jika kita bandingkan secara langsung, crowdfunding tampaknya lebih inklusif daripada angel investor. Crowdfunding menawarkan akses kepada siapa saja, bahkan pengusaha tanpa pengalaman. Sedangkan angel investor, meskipun menawarkan lebih banyak dukungan personal, masih menuntut jaringan dan reputasi.
Crowdfunding lebih cocok untuk bisnis yang masih dalam tahap ide, atau bisnis dengan misi sosial yang kuat. Ini memungkinkan pendanaan terbuka dari komunitas yang lebih luas tanpa perlu menyerahkan kendali bisnis kepada pihak lain.
Akan tetapi, jika kamu sudah memiliki bisnis yang berjalan dan butuh suntikan modal untuk pertumbuhan cepat, angel investor bisa menjadi pilihan yang lebih baik.
***
Mmmmh, pada akhirnya, tidak ada model pembiayaan yang benar-benar sempurna. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Namun, dengan dunia yang semakin digital, crowdfunding bisa menjadi opsi yang lebih inklusif bagi para pengusaha kecil untuk mendapatkan modal dan menjalin hubungan dengan komunitas global.
So, sudah siap meluncurkan bisnismu?
Maturnuwun,
Growthmedia