Api Melahap Sejarah Gereja 56 Tahun,GKE Maranatha dan SMP di Kota Palangka Raya Kalteng Terbakar
TRIBUNKALTENG.COM, PALANGKA RAYA – Langit cerah tertutup asap tebal nan hitam yang membumbung tinggi dari arah Jalan Diponegoro, Kota Palangka Raya pada Selasa (24/9/2024) sekira pukul 13.45 WIB.
Di sana, di tengah kota, sebuah bangunan yang telah menjadi saksi bisu perjalanan spiritual warga setempat selama lebih dari setengah abad, bermandikan api yang ganas.
Saat itu, dari arah Jalan Imam Bonjol, ada dua polisi yang melarang pengendara untuk belok ke kiri.
Alasannya, Gereja Kalimantan Evangelis (GKE) Maranatha, satu di antara gereja tertua di Palangka Raya, sedang menjadi santapan si jago merah.
Lidah-lidah api dengan rakus menjilati setiap sudut bangunan, melahap kenangan dan sejarah yang terukir di setiap tiang dan dindingnya.
Tak jauh dari sana, sebagian bangunan SMP Kristen Palangka Raya yang berada dalam satu kompleks pun tak luput dari amukan api.
“Kami sedang berdoa setelah pelajaran selesai, waktu keluar kelas ada asap hitam, kami kira orang bakar sampah ternyata kebakaran,” kata Hendri (13), pelajar kelas 8 di SMP itu.
Baca juga: Breaking News, Gereja Maranatha Palangkaraya Ludes Terbakar di Siang Bolong
Bersama lima temannya, ia menyaksikan para petugas pemadam kebakaran yang coba menyelematkan sekolahnya dari amukan si jago merah.
Sementara itu, Pendeta Yuprinadie, Ketua Majelis Jemaat GKE Langkai, hanya bisa menatap nanar saat api mulai menjalar dari atap gereja.
Saat itu, ia sedang berbincang dengan beberapa jemaat di rumahnya, tak jauh dari lokasi kebakaran.
“Gereja ini menyimpan sejarah panjang dan menjadi pusat dari seluruh kegiatan jemaat di komplek ini, semoga cepat diperbaiki,” kata Yuprinadie.
Sejarah GKE Maranatha diceritakan detail dalam video yang berjudul ‘Sejarah Singkat Jemaat GKE Langkai & Gereja Maranatha, Kota Palangka Raya’.
Video berdurasi 20 menit 30 detik itu diunggah oleh kanal YouTube resmi Majelis Jemaat GKE Langkai-Maranatha pada 18 September 2021 lalu.
Dari video itu, GKE Maranatha bukan sekadar bangunan biasa.
Ia adalah cermin perjalanan spiritual masyarakat Palangka Raya.
Dibangun pertama kali pada tahun 1968, gereja ini tumbuh bersama kota dan jemaatnya.
Dari sebuah bangunan kayu sederhana berukuran 4×6 meter, Gereja itu berkembang menjadi rumah ibadah megah yang menjadi kebanggaan umat Kristiani di Kota Cantik.
Sejarah panjang GKE Maranatha terukir dalam tiga tahap pembangunan.
Dari bangunan kayu sederhana, berkembang menjadi gereja permanen berukuran 11×27 meter pada tahun 1975, hingga akhirnya menjadi bangunan megah seluas 666,252 meter persegi pada tahun 1992.
Setiap batu bata, setiap balok kayu, dan setiap atap sirap menyimpan kisah perjuangan dan pengorbanan jemaat yang membangunnya dengan gotong royong.
Kini, hanya dalam sekejap mata, api telah melahap hampir seluruh bangunan bersejarah itu.
Tak ada lagi mimbar tempat khotbah disampaikan, tak ada lagi bangku-bangku tempat jemaat duduk khusyuk mendengarkan firman, tak ada lagi ornamen-ornamen yang menghiasi dinding gereja.
Semua lenyap, menjadi abu dan kenangan.
Namun, di balik kehancuran itu, semangat jemaat GKE Maranatha tetap membara.
Mereka bersepakat untuk tetap melaksanakan ibadah di Gedung Sangkuwong yang berada tak jauh dari gereja itu mulai 29 September 2024.
“Beberapa jam setelah kebakaran kami sepakat untuk beribadah di Gedung Sangkuwong,” ucap Yuprinadie.
Baca juga: Tak Hanya Gereja Maranatha Ludes, Gedung SMP Kristen Palangka Raya Ikut Terbakar
Di Gedung Sangkuwong, ibadah tetap dilaksanakan tiga kali yakni, pukul 06.30 WIB, 08.30 WIB, dan 16.30 WIB.
Sementara sisa asap masih muncul dari puing-puing gereja, jemaat GKE Maranatha mulai merajut harapan.
Mereka bermimpi akan sebuah gereja baru yang akan bangkit dari abu.
Sebuah gereja yang akan kembali menjadi pusat kegiatan spiritual dan simbol persatuan jemaat di kompleks itu.
Kisah GKE Maranatha adalah kisah tentang ketahanan, harapan, dan iman yang tak pernah padam.
Meski api telah melahap bangunan fisiknya, namun semangat dan keyakinan jemaat tetap berkobar, siap membangun kembali rumah Tuhan mereka, lebih kuat dan lebih megah dari sebelumnya.