Hati yang Penuh dan Bahagia di PESTAPORA Hari Pertama
“Tiada kesan tanpa kehadiranmu”
Kalimat populer tersebut terdengar sangat tidak Gen Z, tapi sebagai penonton generasi Milenial, kalimat itu terasa cocok ketika pada hari pertama gelaran PESTAPORA 2024 (20/9/2024) di Gambir Expo dan JIExpo Hall D2, Kemayoran Jakarta berlangsung, saya berangkat dengan orang-orang yang tepat.
Tidak disangka, antusiasme di tahun ini lebih tinggi dibandingkan dua PESTAPORA sebelumnya. Meski masih pukul 15.00WIB, namun Kota PESTAPORA sudah dipadati pengunjung. Seperti apa keseruannya dan apa yang membuat saya merasa hari pertama begitu istimewa?
Maliq & D’essentials membuka PESTAPORA dengan penuh energi
Sudah 22 tahun bersama, menelurkan tujuh album penuh serta tiga album mini, Maliq & D’essentials semakin menunjukkan kekokohannya. Bisa tampil lebih dari 30 kali dalam sebulan, band multi-genre ini mampu memikat ragam generasi. Panggung PESTAPORA pada sore itu menjadi salah satu saksinya. Seperti kata Ucup pada wawancara Popbela, ada sekitar 50 penampil yang memberikan sajian album pertamanya di festival musik ini.
Album 1st yang dikemas menjadi lebih elaboratif, membuat penampilan Maliq terasa sangat menghibur. Sangat cocok sebagai pembuka hari pertama untuk membakar semangat menuju ke penampilan berikutnya. Untuk generasi milenial awal seperti saya, sudah tidak mungkin lagi berotasi liar ke seluruh Gambir Expo untuk menikmati semua pertunjukkan. Sudah mulai selektif agar bisa menikmati festival dengan riang.
Tulus yang takut lupa lirik
Lalu saya pun memilih panggung yang sama untuk menunggu Tulus, karena saya punya kenangan di tahun kelahiran album pertama dan kedua Tulus. Saya menjadi saksi ia terpilih sebagai Editor’s Choice: Rookie of the Year tahun 2013 dari majalah Rolling Stone Indonesia, melakukan pemotretan sampul majalah Rolling Stone Indonesia, hingga memperkenalkannya kepada Hiroaki Kato yang kemudian membantu Tulus menerjemahkan lirik lagu “Sepatu” ke bahasa Jepang.
Kenangan tersebut yang membuat saya menyambut “Teman Pesta”, “Tuan Nona Kesepian”, “Sewindu” hingga “Gajah” dengan penuh khidmat. Tapi pengalaman itu menjadi lebih berharga ketika saya punya teman menonton yang sama-sama senang bergoyang dan menggunakan benda apapun sebagai ‘mic’ dadakan a la karaoke. Kumpulan ribuan orang yang berdesakan dan membuat Tulus cukup deg-degan karena takut lupa lirik, tidak membuat kami merasa terdesak karena terlalu senang berada di antara orang-orang asyik.
Susilo Bambang Yudhoyono dan dukungan yang masif
Perbedaan PESTAPORA tahun ini dengan tahun-tahun sebelumnya adalah digunakannya Hall D2 sebagai arena makan yang sangat luas. Lebih dari 40 pilihan booth makanan dan minuman yang mampu memuaskan rasa lapar dan dahaga ribuan pengunjung. Apalagi, dilengkapi pendingin ruangan pula. Waktu istirahat jelang maghrib, kami manfaatkan untuk mengisi perut di sini, sebelum menuju panggung Boss untuk menyaksikan Gleen Fredly Live by The Bakuucakar dan kemudian menutup hari dengan menonton penampilan perdana mantan Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai penyanyi.
Saya tidak menyangka ternyata antusiasme penonton begitu tinggi untuk menyaksikan SBY bernyanyi. Bahkan kehadiran anak, menantu dan cucunya di garda terdepan, seperti menunjukkan semangat beliau untuk tampil di depan anak muda yang mungkin ketika ia menjabat, sebagian besar penonton belum sampai di usia memiliki hak memilih Presiden.
“Bapak tidak ada rasa deg-degan, malah semangat banget mau tampil,” kata Annisa Yudhoyono kepada saya, sesaat setelah SBY menyanyikan lagu pertama, “Pelangi di Matamu” milik Jamrud. Namun ketika lagu “Kenanglah Aku” milik Naff dinyanyikan oleh Presiden Republik Indonesia keenam itu, ternyata menurut Annisa, lagu tersebut adalah untuk mengenang Hj. Sri Sunarti Hadiyah alias Ani Yudhoyono yang wafat pada tahun 2019 silam.
Total menyanyikan tujuh lagu, SBY ditemani oleh penyanyi-penyanyi andal di pertengahan penampilan. Mulai dari Yuni Shara, Sandhy Sondoro, Joy Tobing, Lala Karmela, Ita Purnamasari, Andy/rif, Ariyo Wahab hingga Lala Karmela. Menutup penampilan dengan lagu “Yellow” milik Coldplay, saya yang mundur ke belakang untuk menikmatinya bersama teman-teman sejawat, merasakan atmosfer malam itu begitu gempita sehingga mengalahkan lelah kami.
Andy/rif juga membagi pengalamannya melalui direct message, “Si bapak asyik banget, beliau semangat banget mulai dari latihan, kita dibikin nyaman. Referensi musiknya bapak luas banget,” tulisanya. Senada dengan Andy/rif, Ariyo Wahab juga takjub dengan kehadiran ribuan penonton di panggung ini. “Goooookkss! Masih dirindukan rakyat beliau. Salah satu Presiden yang punya jiwa seni tinggi. Kita bisa merasakan pas kerja sama dengan beliau. Merinding banget hahaha,” tulis Ariyo melalui direct message.
Ini teman berpesta pora aku, kamu sama siapa?
Tidak elok rasanya jika saya mendiskreditkan peran rekan kerja yang ikut memompa semangat saya berpesta pora di gelaran PESTAPORA tahun ini. “The best PESTAPORA ever,” kata saya pada mereka. Benar adanya ketika suatu acara semegah apapun berlangsung tapi tidak ditemani tandeman yang serasi, akan menjadin pengalaman yang kurang inspiratif. Namun jika ditemani oleh orang yang bisa saling transfer energi baik, maka pengalaman tesebut tidak akan pernah terlupakan.
Baca Juga: Pestapora Pertamina Fastron 2024 Lebih dari Sekadar Musik
Baca Juga: 10 Potret Keseruan Muda Mudi Solo di “Latihan Pestapora”
Baca Juga: Hobi Melukis, 7 Potret Lukisan Susilo Bambang Yudhoyono dan Maknanya