Informasi Terpercaya Masa Kini

Sosok Inggit Garnasih,Istri Kedua Soekarno yang Setia di Masa Sulit,Enggan Dimadu dengan Fatmawati

0 7

TRIBUNTRENDS.COM – Inggit Garnasih adalah istri kedua Soekarno yang setia menemani dalam masa-masa sulit di tengah perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Lantas siapa sebenarnya sosok Inggit Garnasih?

Berikut ini sosok Inggit Garnasih istri kedua Soekarno selengkapnya.

Inggit Garnasih lahir di Desa Kamasan, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, 17 Februari 1888. 

Dia merupakan putri bungsu dari pasangan Ardjipan dan Amsi.

Inggit Garnasih sebenarnya hanya terlahir dengan nama Garnasih.

Nama Garnasih sendiri rupanya adalah sebuah singkatan dari kesatuan kata Hegar Asih, di mana Hegar berarti segar dan Asih berarti kasih sayang.

Nama Inggit kemudian menyertai nama depannya yang berasal dari jumlah uang seringgit.

Asal-usul nama Inggit Garnasih ini dilihat dari masa kecil Inggit, di mana ia merupakan gadis tercantik di tempat ia tinggal.

Di antara mereka beredar kata-kata bahwa mendapatkan senyuman dari Garnasih ibarat mendapat uang seringgit.

Sejak saat itu, nama Inggit pun diletakkan sebagai nama depannya.

Ketika remaja, Inggit menjadi kembang desa di kampungnya.

Banyak pria yang berusaha mendekat dan ingin mencuri hatinya.

Ia juga pernah dipersunting oleh Nata Atmaja, Patih di Kantor Residen Priangan.

Namun, pernikahan mereka tidak berlangsung lama.

Setelah itu, Inggit menikah lagi dengan Haji Sanusi, seorang pengusaha yang juga aktif di Sarekat Islam.

Pernikahan Inggit dan Haji Sanusi semula berjalan baik-baik saja, sampai akhirnya Soekarno datang.

Baca juga: Inilah 2 Wanita yang Tak Luluh dengan Pesona Soekarno, Berani Menolak Cinta Sang Proklamator

Pertemuan keduanya terjadi saat Soekarno menempuh pendidikannya di Bandung.

Sementara Inggit adalah ibu kosnya.

Mereka saat itu terpaut usia 15 tahun.

Namun tak ada yang bisa menghalangi mereka untuk saling jatuh cinta.

Inggit memang kerap ditinggal oleh Haji Sanusi karena terlalu sibuk.

Pada waktu itu, Soekarno sebenarnya sudah memiliki istri, yaitu Siti Oetari.

Namun, rasa cinta Soekarno kepada Oetari lebih condong seperti cinta kepada saudara.

Soekarno akhirnya menceraikan Oetari, begitu pula Inggit.

Akhirnya, Inggit dan Soekarno pun menikah di rumah orang tau Inggit di Bandung.

Mereka menikah pada 24 Maret 1923.

Soekarno dan Inggit memiliki dua anak angkat, yaitu Ratna Djuami dan Kartika.

Selama menjadi istri Soekarno, Inggit selalu setia menemani dalam setiap jengkal kehidupan Soekarno.

Bahkan Inggit juga berperan sebagai tulang punggung ekonomi keluarga saat menjadi istri Soekarno.

Dia membiayai perjuangan Soekarno mulai dari biaya kuliahnya hingga aktivitas politiknya.

Inggit jugalah yang mendesak Soekarno agar menyelesaikan kuliahnya yang saat itu nyaris terbengkalai karena aktivitas politik.

Ketika Soekarno ditangkap di Yogyakarta, 29 Desember 1929, Inggit tidak pernah lelah memberikan semangatnya kepada Soekarno.

Selain itu, selama Soekarno dibui, ia juga berperan sebagai perantara agar suaminya tersebut dapat terus berhubungan dengan para aktivis pergerakan nasional lainnya.

Kisah cinta keduanya tampak sangat indah, sebelum akhirnya Soekarno bertemu dengan Fatmawati sewaktu ia menjalani pembuangan ke Ende, Flores, tahun 1933.

Setelah bebas, pada 1942, Soekarno meminta izin kepada Inggit untuk menikahi Fatmawati.

Soekarno jatuh cinta kepada Fatmawati dan ingin menikahinya demi memiliki anak.

Selama ini diketahui, anak Inggit Garnasih dan Soekarno adalah anak angkat namun Soekarno ingin memiliki keturunan langsung dari dirinya.

Baca juga: 5 Fakta Siti Oetari, Istri Pertama Soekarno yang Ternyata Nenek Maia Estianty, Menikah 2 Kali

Permintaan tersebut lantas ditolak mentah-mentah oleh Inggit. 

Ia tidak ingin dimadu.

Akhirnya, Soekarno dan Inggit memutuskan untuk bercerai.

Mereka resmi bercerai pada 29 Januari 1943

Inggit kemudian meminta untuk dipulangkan ke Bandung.

Inggit Garnasih meninggal dunia pada 13 April 1984 dan dimakamkan di TPU Caringin, Bandung.

Ia juga diangkat sebagai pahlawan nasional 1997-1998 karena keberadaannya sangat berpengaruh terhadap negara.

Untuk mengenang jasanya, kediamannya dijadikan museum dan nama jalannya menjadi Inggit Garnasih.

(Tribun Trends/ Amr)

Leave a comment