Pengakuan Ahli Geologi Saat Mencicip Air Purba Berusia 2,6 Miliar Tahun: Rasanya Mengerikan
KOMPAS.com – Seorang ahli geologi sekaligus peneliti dari University of Toronto, Kanada, melakukan hal yang tidak terpikirkan orang lain, yaitu meminum air purba yang sudah berusia miliaran tahun.
Dia adalah Profesor Barbara Sherwood Lollar, satu dari beberapa ilmuwan yang menemukan air lebih dari 1,5 mil di bawah permukaan Bumi pada 2013.
Dikutip dari Unilad, Senin (9/9/2024), para ilmuwan menyimpulkan bahwa air tersebut telah terisolasi dan tidak tersentuh selama 1,5 miliar hingga 2,6 miliar tahun dan membuatnya menjadi air tertua di dunia yang diketahui manusia.
Untuk meneliti air itu lebih jauh, Lollar memberanikan dirinya mengambil risiko dengan menyesapnya. Lantas bagaimana rasanya?
Baca juga: Mengenal Mata Sahara, Misteri Geologi di Tengah Gurun Sahara
Rasa air berusia miliaran tahun
Lollar mengambarkan air purba itu memiliki rasa yang “mengerikan”. Dia bisa mengingatnya, karena rasanya yang sangat asin.
Menurutnya, rasa asin itu terbentuk karena ada reaksi antara air dan batu. Lollar menambahkan, bila air pada umumnya tampak cair, air berusia miliaran tahun itu lebih kental.
Konsistensinya mirip dengan sirup maple yang biasa digunakan sebagai topping pancake. Menariknya, air tersebut juga berubah warna ketika terpapar oksigen.
“Air ini tidak memilki warna saat keluar, tetapi begitu terkena oksigen, warnanya berubah menjadi oranye karena mineral di dalamnya mulai terbentuk, terutama zat besinya,” jelas Lollar.
Meski rasanya “mengerikan”, tetapi Lollar mengaku telah mencicipi air itu lebih dari sekali dari waktu ke waktu.
Baca juga: Manusia Purba Sudah Menciptakan Pakaian Dalam sejak 40.000 Tahun Lalu
Merupakan air tertua di dunia
Bukan tanpa alasan, Lollar meminum air asing tersebut karena itu merupakan air tertua di dunia yang pernah ada saat itu.
“Kami tertarik dengan air yang paling asin karena mereka adalah yang tertua, dan meminumnya adalah cara cepat dan kotor untuk menemukan mana yang paling asin,” pungkasnya.
Namun, predikat tertua itu hanya bertahan tiga tahun sebelum dia dan rekannya menemukan air yang lebih tua lagi pada 2016.
Air itu ditemukan di lokasi yang sama seperti sebelumnya dengan prediksi usia lebih dari 2,6 miliar tahun. Tetapi Lollar tidak mengatakan apakah dia juga mencicipi air ini.
Kepada BBC News, dia mengungkapkan caranya mengetahui air itu memiliki umur yang lebih tua.
“Dengan melihat kandungan sulfat di dalam air, kami dapat melihat sidik jari yang menunjukkan adanya kehidupan,” tuturnya.
Setelah diteliti, jejak sidik jari itu dihasilkan oleh mikroba dalam waktu yang sangat lama dalam skala waktu geologis.
Baca juga: Studi Ungkap Manusia Purba Sudah Tinggal di Raja Ampat 55.000 Tahun Lalu