Informasi Terpercaya Masa Kini

Mengapa Milenial Menua Lebih Lambat dan Gen Z Tampak Lebih Tua dari Usianya?

0 4

KOMPAS.com – Generasi Z atau Gen Z, mereka yang lahir di rentang 1997 hingga 2012, tak jarang dicap memiliki wajah yang tampak lebih tua dari usianya.

Sebaliknya, mereka yang berasal dari Generasi Y atau Milenial, kelahiran 1981 sampai 1996, diklaim berwajah lebih muda.

Pendapat tersebut salah satunya diungkap oleh akun TikTok @jordan***, yang mengaku tidak ada orang orang yang percaya bahwa usianya baru 27 tahun (kelahiran 1997).

Kita hidup di masa di mana Generasi Milenial terlihat jauh lebih muda untuk usia mereka sementara Gen Z terlihat jauh lebih tua untuk usia mereka,” tulisnya, Rabu (17/1/2024).

Dia berujar, pekerjaan dan kesulitan ekonomi mengganggu Gen Z, sehingga menyebabkan penuaan dini.

Saya dari Generasi Z dan tidak ada yang pernah percaya pada saya,” sambungnya.

Lantas, mengapa Milenial tampak menua lebih lambat dan Gen Z terlihat lebih tua dari usianya?

Baca juga: Ramai soal Gen Z Bisa Kena Diabetes, Benarkah karena Makanan Instan?

Alasan Gen Z tampak lebih tua dibanding Milenial

Dilansir dari Women’s Wear Daily, Rabu (17/7/2024), stres memang terbukti sebagai faktor yang menyebabkan Gen Z “menua” lebih cepat dibanding Generasi Milenial.

Penelitian melalui analisis DNA menunjukkan, ada perbedaan antara usia kronologis atau usia sebenarnya, dengan usia biologis atau keadaan organ dan jaringan tubuh saat ini.

Kecenderungan genetik, merokok, pola makan, kesehatan mental, dan stres kronis dapat menimbulkan kesan seseorang tampak lebih tua dari usia kronologisnya.

“Stres merupakan bagian yang sangat diremehkan dari proses penuaan,” kata Emily Trampetti, ahli estetika dan pendiri Skin Property, sebuah perusahaan konsultasi perawatan kulit virtual.

Padahal, menurutnya, stres, khususnya stres kronis, serta kesehatan mental yang buruk dapat membuat manusia menua dengan sangat cepat.

Menurut survei pada 2022 oleh McKinsey Health Institute, 32 persen responden Gen Z melaporkan mengalami kesehatan mental, sosial, dan spiritual yang buruk, dibandingkan dengan 23 persen Generasi Milenial.

Total 27 persen di antara responden Gen Z tersebut mengakui media sosial sebagai penyebabnya.

Laporan juga menemukan, meski Milenial menghabiskan banyak waktu di media sosial, tapi Gen Z memiliki tingkat penggunaan pasif (scrolling) yang lebih tinggi.

Ketertarikan Gen Z untuk melihat apa yang dilakukan orang lain di media sosial itu dapat berdampak buruk pada kesehatan mental.

Menurut studi pada 2015 dalam Journal of Experimental Psychology, terlibat dalam penggunaan media sosial secara pasif dapat menyebabkan penurunan kesejahteraan emosional.

Baca juga: Gap Generasi, Benarkah Generasi Milenial Lebih Boros?

Penggunaan produk perawatan kulit yang tepat

Stres dan kesehatan mental buruk bukan satu-satunya pemicu Generasi Z tampak lebih tua dari usia kronologisnya.

Dikutip dari Huffington Post, Senin (2/9/2024), penggunaan produk perawatan wajah juga memengaruhi perbedaan rupa Gen Z dan Milenial.

Secara keseluruhan, Milenial adalah generasi pertama yang mengaplikasikan tabir surya dan menghindari rokok.

“Generasi Milenial sudah pasti menerima kebijaksanaan dan kesalahan dari generasi sebelum mereka,” kata dokter kulit sekaligus profesor di Memorial Sloan Kettering Cancer Center, New York, Amerika Serikat, Anthony Rossi.

Dia mengatakan, Milenial secara umum rajin dan benar dalam menggunakan tabir surya, yakni memakainya sebelum keluar rumah dan mengaplikasikan kembali sesuai kebutuhan.

Selain tabir surya, mereka yang lahir pada 1980-an dan 1990-an juga cukup teliti dalam hal perawatan kulit harian.

Misalnya, saat memasuki usia 30 tahun dan 40 tahun, mereka mulai menggunakan produk yang mengandung antioksidan dan retinoid untuk memperlambat beberapa tanda penuaan.

Namun, Gen Z memiliki pendapat berbeda. Beberapa orang dalam kelompok usia ini mengeklaim, penggunaan retinoid justru mempercepat penuaan dini, seperti meningkatkan garis-garis halus.

“Jika Anda menggunakan retinol untuk tujuan anti-penuaan dini, belum tentu ada manfaatnya saat Anda masih muda, karena saat masih muda, kulit sudah bagus,” kata dokter kulit bersertifikat, Marisa Garshick.

Retinoid, turunan vitamin A, dapat membantu mengurangi jerawat, noda, dan bekas jerawat. Bagi Gen Z, penggunaan bahan ini bukan untuk tujuan awet muda, melainkan mengobati jerawat.

Di sisi lain, retinoid juga memiliki efek samping seperti mengeringkan, mengiritasi, hingga merusak lapisan kulit.

“Penggunaan retinol yang berlebihan dan menyebabkan banyak iritasi akan membuat kulit merah dan mengelupas atau menyebabkan dermatitis perioral,” kata Garshick.

Kendati demikian, dia menyangkal hal tersebut justru akan menyebabkan penampilan tampak lebih tua, seperti muncul kerutan pada wajah.

Baca juga: Skibidi, Sigma, dan Rizz, Ini 10 Arti Bahasa Gaul Gen Alpha

Prosedur filler yang digunakan Milenial Gen Z

Dokter kulit bersertifikat lainnya, Dan Belkin menyebut, Gen Z tidak menua lebih cepat, tetapi Generasi Milenial yang memang tampak lebih muda.

Dia berpandangan, Generasi Milenial terlihat menarik salah satunya karena menerapkan perawatan suntik yang sesuai.

Menurut laporan American Society of Plastic Surgery, Milenial mengalami peningkatan 9 persen dalam penggunaan filler asam hialuronat pada 2023, tertinggi dari kelompok usia lain.

Prosedur filler hyaluronic acid (HA), seperti Juvederm, Voluma, dan Restylane membantu meningkatkan volume dan mengencangkan area wajah, termasuk bibir, pipi, dan cekungan bawah mata.

Mampu larut dalam lapisan kulit, prosedur perawatan kulit tersebut dapat bertahan antara enam hingga 18 bulan.

Selain itu, Milenial juga mengalami peningkatan (8 persen) dalam penggunaan filler non-asam hialuronat, seperti Radiesse, Sculptra, dan Bellafill.

Berbeda dengan HA, perawatan kulit ini bersifat semipermanen dan tidak dapat larut dalam lapisan kulit.

Ada pula prosedur perawatan anti-kerut neuromodulator, seperti Botox, Dysport, Xeomin, Jeuveau, dan Daxxify, yang merupakan prosedur suntikan paling populer di kalangan Milenial.

Sementara itu, menurut laporan yang sama, prosedur filler umumnya lebih disukai Gen Z daripada neuromodulator.

Bagi kelompok usia ini, perawatan menggunakan filler non-HA dan HA yang dikombinasikan terbukti menjadi yang paling populer.

Sayangnya, meski penggunaan prosedur perawatan suntikan itu dapat membantu Milenial tampak lebih muda, efek sebaliknya justru terjadi pada Gen Z.

Gen Z yang menjalani filler justru cenderung akan tampak terlalu berisi dan melebihi usia mereka.

Filler adalah alat yang sangat hebat, tetapi harus digunakan dengan baik dan harus digunakan dengan cerdas,” kata Belkin.

Belkin mengatakan, penggunaan filler yang paling tepat bagi Gen Z adalah untuk meningkatkan volume kulit, bukan mengganti kehilangan volume seperti Milenial.

Sebab, Gen Z secara umum belum mengalami kekenduran kulit yang signifikan, seperti generasi pendahulunya.

Misalnya, ingin memberikan sedikit tonjolan di pipi, bibir, atau sedikit menajamkan bagian dagu menggunakan prosedur filler.

“Jadi, lebih seperti meningkatkan daripada mengganti kehilangan volume yang berkaitan dengan usia,” tandasnya.

Leave a comment