Apa Itu Awan Tsunami yang Muncul di Indonesia dan Bahayanya? Ini Penjelasan BMKG
TRIBUNKALTIM.CO – Media sosial X diramaikan dengan unggahan kemunculan awan tsunami atau awan Arcus di Indonesia.
Periode kemunculan awan tsunami terjadi pada September-November hingga awal musim hujan Desember-Februari.
Dalam foto yang beredar, awan tsunami atau awan Arcus ini bentuknya mirip dengan ombak yang seolah akan menerjang pantai.
Terlihat gumpalan awan itu berbentuk cekung, dengan cahaya putih di bagian atas, dan gelap pada bagian bawahnya.
Di Indonesia, awan tsunami atau awan Arcus ini kabarnya sudah muncul.
Baca juga: IKN Diapit Dua Sesar, Amankah dari Ancaman Gempa Megathrust? Ini Penjelasan BMKG Balikpapan
Sehingga, banyak masyarakat yang penasaran dengan fenomena alam ini.
Yang jadi pertanyaan, apakah benar kemunculan awan tsunami atau awan Arcus ini menjadi pertanda adanya bencana.
Sebab masyarakat khawatir, fenomena alam yang muncul kadang kala menjadi sebuah pertanda, bahwa akan ada bencana yang bakal tiba.
Lantas, apa sebenarnya awan tsunami atau awan Arcus ini?
Penjelasan tentang awan tsunami atau awan Arcus
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Ahmad Yani Semarang, Winda Ratri menjelaskan, awan tsunami atau awan Arcus ini lazim terjadi meskipun frekuensi kejadiannya termasuk jarang.
“(Awan Arcus) memiliki tinggi dasar awan yang rendah serta formasi pembentukannya horizontal memanjang seolah-olah seperti gelombang,” kata Winda, dikutip dari Kompas.com, Kamis (12/9/2024).
Winda menerangkan, awan tsunami atau awan Arcus ini dapat ditemukan di antara jenis awan Cumulonimbus maupun Cumulus.
Terbentuknya awan ini karena adanya ketidakstabilan atmosfer.
Umumnya, awan tsunami atau awan Arcus terbentuk di sepanjang pertemuan massa udara yang lebih dingin dengan massa udara yang lebih hangat serta lembap.
Kondisi atmosfer seperti itu membentuk tipe awan yang memiliki pola pembentukan horizontal memanjang.
“Kemungkinan (awan Arcus) pernah (muncul di Jawa Tengah), hanya saja kami belum pernah mendapatkan laporan ataupun dokumentasi terkait awan Arcus ini di sekitar wilayah Jawa Tengah,” ujar Winda.
Baca juga: Daerah yang Terkena Gempa Megathrust, Kapan Terjadi di Indonesia, Mitigasi Bencana Gempa Bumi 2024
Ia melanjutkan, jika awan Arcus muncul di suatu wilayah, awan ini dapat menimbulkan angin kencang dan hujan lebat.
Terjadinya hujan dan angin kencang akibat kemunculan awan Arcus dapat disertai dengan kilat atau petir di sekitar pertumbuhan awan.
Terpisah, Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan, kemunculan awan Arcus juga dipengaruhi oleh fenomena angin laut dalam skala yang luas mendorong massa udara ke arah daratan.
Keberadaan awan Arcus murni merupakan fenomena pembentukan awan yang terjadi akibat adanya kondisi dinamika atmosfer.
Guswanto menegaskan, tidak ada kaitan antara awan Arcus dengan potensi gempa, tsunami, termasuk hal-hal yang berbau mistis.
“Masyarakat diminta tetap waspada terhadap potensi kondisi cuaca buruk dan dapat selalu memperbarui informasi cuaca dari BMKG,” katanya dikutip dari laman BMKG, Selasa (11/8/2020).
Masyarakat yang ingin memperoleh informasi terkini mengenai cuaca dari sumber resmi, BMKG dalam 24 jam terakir dapat mengunjungi laman bmkg.go.id, media sosial @infoBMKG, aplikasi iOS dan Android InfoBMKG, atau mendatangi kantor BMKG terdekat.
Awan Arcus pernah muncul di Aceh
Merujuk pemberitaan Kompas.com, Selasa (11/8/2020), awan Arcus pernah muncul di Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh pada Senin (10/8/2020).
Warga yang melihat kemunculan awan berbentuk seperti gelombang tsunami mengaku terkejut dan mengaitkan fenomena ini dengan mitos soal bencana.
Menurut salah satu warga bernama Aidil, fenomena awan Arcus di Meulaboh tidak berlangsung lama karena terjadi sekitar setengah jam.
Angin tersebut kemudian hilang setelah terbawa angin dan cuaca berubah menjadi mendung sepanjang hari.
Kepala Seksi Data BMKG Stasiun Sultan Iskandar Muda Aceh Zakaria mengatakan kemunculan awan Arcus termasuk fenomena yang langka.
Kemunculan awan Arcus juga terjadi di daerah yang tidak begitu luas sehingga tidak dapat dipantau melalui satelit.
Sementara itu, Kabid Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Hary Tirto Djatmiko menjelaskan, ada dua jenis awan Arcus, yakni shelf clouds dan roll clouds.
“Awan tersebut terkadang terlihat di bawah awan cumulonimbus,” jelas Hary.
Baca juga: Kapan Musim Hujan 2024? Begini Prediksi BMKG untuk Bulan September-Oktober Lengkap Daftar Wilayah
Jenis awan Arcus
Dilansir dari Gramedia, shelf clouds adalah jenis awan Arcus yang sering terbentuk di tepi depan sebuah badai atau sistem cuaca yang kuat.
Awan tersebut terbentuk sebagai lapisan horizontal yang meluas dari dasar awan cumulonimbus dan biasanya menandakan adanya aliran udara yang naik secara cepat di depan badai.
Jika shelf clouds muncul, awan ini menandakan bahwa cuaca buruk akan datang beberapa saat lagi.
Sementara itu, roll clouds yang termasuk dalam jenis awan Arcus memiliki bentuk silinder horizontal yang terpisah dari sistem badai utama.
Awan tersebut kerap muncul di depan garis squall atau badai petir yang kuat dan bergerak secara independen dari awan lainnya.
Penampilan roll clouds yang memanjang membuatnya tampak seperti gulungan atau tabung yang melayang rendah di langit. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribun-Medan.com dengan judul Awan Tsunami atau Awan Arcus Muncul di Indonesia, Apakah Berbahaya?
Ikuti berita populer lainnya di Google News, Channel WA, dan Telegram.