Informasi Terpercaya Masa Kini

Jelajah Investasi Jabar: Perjalanan Kopi Ciwidey Pasok Kebutuhan Ekspor

0 16

Bisnis.com, BANDUNG — Agus Hidayat, 33 tahun, mengaku ada banyak perubahan usaha pertanian dulu dan saat ini. Sejak 2014, ia merasakan bertani kopi dari mulai harga cherry Rp3.000 per kilogram hingga kini berlipat menjadi Rp12.000 per kilogram.

Warga Kampung Batu Lulumpang, Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung ini semula tidak mengetahui bagaimana cara mengelola hingga menjual kopi hingga bernilai tinggi.

Pasalnya, selama ia bertani, ia hanya menjual hasil produksi kopi langsung ke perusahaan suplier kopi untuk dikirim ke pelbagai daerah di Indonesia. Bahkan, banyak di antaranya diekspor.

Baca Juga : Jelajah Investasi Jabar: Ini Potensi Kebutuhan Air Baku di Subang

“Kita hanya tahu jual ke PT, lalu sama PT itu dijual ke Medan biasanya, terbanyak ke sana,” ungkap Agus kepada Tim Jelajah Investasi Jawa Barat.

Seiring berjalannya waktu, Agus mulai mengetahui teknik penggilingan kopi hingga pengeringan untuk meningkatkan nilai jual kopi.

Baca Juga : : Jelajah Investasi Jabar: 2018-2024, Investasi Ke Jabar Sudah Capai Rp1.000 Triliun

“2015 itu saya mulai tahu cara menggiling sampai pengeringan, jadi dijualnya itu dalam bentuk gabah,” jelasnya.

Setelah dilakukan pengolahan, harga kopi akhirnya meningkat menjadi Rp7.000 per kilogram di tahun yang sama.

Baca Juga : : Jelajah Investasi Jabar: Permintaan Ekspor Meningkat, Ekosistem Bisnis Kopi di Ciwidey Terus Menggeliat

Lantaran banyak peminat kopi di daerahnya, ia mulai membeli hasil kopi yang diproduksi oleh belasan kelompok tani untuk dipasok ke eksportir. 

“Kemudian saya beli lah ke petani-petani, untuk kemudian dipasok ke eksportir. Karena kalau hasil produksi sendiri itu nggak kuat, karena setiap hari itu harus tetap ada pasokan,” jelasnya.

Seiring berjalannya waktu, akhirnya ia bertemu dengan PT Sucafina dan bersama kelompok tani lainnya menyepakati untuk menjual hasil panen kepada eksportir tersebut. 

“Karena harganya ada beda, terus kita juga dibeli langsung oleh perusahaan berapapun jumlahnya,” jelasnya.

Melalui perusahaan itu, kopi-kopi yang diproduksi oleh petani di daerahnya sudah masuk ke pelbagai negara. Termasuk memasok kebutuhan jenama ternama Starbucks yang sudah tersebar di banyak negara.

Agus mengaku saat ini kopi dari Jawa Barat, khususnya Ciwidey sudah dikenal di Indonesia. Pasalnya, kopi-kopi produksi daerahnya kerap mengikuti pelbagai pameran yang diselenggarakan di tingkat nasional.

Tidak cukup sampai di situ, sekarang pun banyak penelitian yang dilakukan banyak perguruan tinggi menyoal percobaan jenis kopi yang cocok ditanam di daerahnya.

“Sekarang ada banyak demplot untuk menguji jenis pohon kopi apa yang cocok ditanam di sini, yang punya memiliki produktivitas tinggi dan masa panen yang panjang,” jelasnya.

Sehingga, diharapkan dari hasil penelitian itu akan menghasilkan varietas kopi unggulan yang akan meningkatkan volume panen petani yang kini menggarap lahan Perhutani seluas 1.000 hektare ini.

“Sekarang itu rata-rata ada di 2 kilogram per pohon,” ungkapnya.

Konten ini merupakan bagian pemberitaan dari program Jelajah Investasi Jabar, perjalanan jurnalistik Bisnis Indonesia Perwakilan Jawa Barat yang didukung oleh DPMPTSP Provinsi Jawa Barat, Diskominfo Jabar, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat, Bank BJB, XL Axiata dan Eiger.

Leave a comment