Informasi Terpercaya Masa Kini

Terjawab Susu Ikan Itu Apa,Viral Pengganti Susu Sapi di Program Makan Siang Gratis Prabowo-Gibran

0 14

TRIBUNKALTIM.CO – Tengah jadi viral, susu ikan yang disebut bakal jadi alternatif pengganti susu sapi dalam program makan siang gratis di pemerintahan Prabowo-Gibran.

Program makan siang gratis yang oleh Prabowo kemudian direvisi menjadi makan bergizi gratis menjadi perhatian publik, yang terbaru disoroti adalah susu ikan.

Disebut-sebut susu ikan bakal menjadi alternatif pengganti susu sapi dalam program siang gratis di pemerintahan Prabowo-Gibran nantinya. 

Lalu apa sebenarnya susu ikan dan apakah benar-benar bergizi? 

Baca juga: Rp 71 Triliun untuk Program Makan Siang Gratis di 2025, Sasaran Utama PAUD, SD, hingga SMP

Baca juga: Gibran Tak Masalah Mie atau Nasi Jagung Jadi Opsi Makan Siang Gratis, Ini Tanggapan Dokter Gizi

Baca juga: Anggaran Makan Siang Gratis Diefisienkan, Dari Rp 15 Ribu ke Rp 7.500 Per Porsi, Dapat Apa Saja?

Menurut dosen Fakultas Peternakan IPB, Epy Taufik, susu ikan tidak termasuk dalam definisi susu yang telah diatur oleh Standar Nasional Indonesia (SNI).

Istilah susu ikan terasa asing di telinga karena selama ini susu yang banyak dikenal adalah susu sapi, kambing, kerbau, domba, unta, serta susu nabati.

Dosen Fakultas Peternakan IPB University Epi Taufik menjelaskan, susu ikan yang mungkin berasal dari pemrosesan ekstrak protein ikan tidak termasuk dalam kategori susu menurut definisi standar.

Secara umum, susu didefinisikan sebagai cairan bergizi yang dihasilkan oleh kelenjar susu (mammae) pada hewan mamalia, terutama sapi, kambing, kerbau, domba dan unta, yang dikonsumsi manusia untuk mendapatkan asupan protein, lemak, vitamin, dan mineral esensial.

“Susu segar adalah cairan alami yang tidak mengalami perubahan komposisi kimiawi dari ternak perah” jelas Epi dalam keterangan tertulis yang diterima KOMPAS.com, Senin (9/9/2024).

Dia menjelaskan, dalam dunia pangan, standar internasional mengenai susu diatur oleh CODEX Alimentarius Commission (CAC), sebuah badan bentukan FAO dan WHO yang bertujuan untuk melindungi kesehatan konsumen serta memastikan praktik perdagangan pangan yang adil.

Di Indonesia, definisi susu juga diatur oleh Standar Nasional Indonesia (SNI), khususnya untuk susu segar.

Menurut CODEX Alimentarius (CODEX STAN 206-1999), susu adalah sekresi atau cairan yang keluar normal dari hewan perah atau mamalia yang diperoleh dari satu atau lebih pemerahan tanpa penambahan atau ekstraksi darinya, dimaksudkan untuk dikonsumsi sebagai susu cair atau untuk diproses lebih lanjut.

“Ini berarti bahwa susu yang diakui oleh CODEX harus berasal dari hewan mamalia, seperti sapi, domba, kambing, kerbau, kuda, unta dan lain-lain, tanpa adanya campuran bahan lain,” kata Koordinator Mata Kuliah Inovasi Teknologi Susu itu.

Bukan Susu

Baca juga: Trending Anggaran Makan Siang Gratis Jadi Rp 7.500 per Porsi, Budiman Sudjatmiko: Jangan Lihat Harga

Sementara, menurut SNI, susu segar adalah “cairan yang diperoleh dari pemerahan sapi sehat, bersih, dan bebas dari kolostrum atau cairan pertama yang dihasilkan oleh induk hewan setelah melahirkan.

Menurut Epi, istilah “susu” pada produk seperti susu nabati dan susu ikan seharusnya dianggap sebagai istilah pemasaran yang menggambarkan karakteristik produk, bukan secara ilmiah atau regulasi.

Seperti ditulis KOMPAS.com, Agustus 2023 lalu, susu ikan pertama di Indonesia hasil kemitraan antara Koperasi Nelayan Mina Bahari (Indramayu) dengan PT Berikan Teknologi Indonesia diluncurkan di Indramayu.

Inisiatif produksi hidrolisat protein ikan mulai digulirkan sejak 2016, dalam peringatan Hari Ikan Nasional.

Menurut Epi, susu ikan, meskipun kaya akan Omega-3, belum terlalu populer sebagai sumber susu alternatif yang umum.

Sementara itu, dengan kandungan protein berkualitas, kalsium, vitamin B12, dan kandungan lemak yang seimbang, susu hewan lebih unggul dibandingkan dengan susu nabati dan susu ikan.

Susu hewan menawarkan nutrisi lengkap yang sulit digantikan oleh produk lain, terutama untuk pertumbuhan anak dan kesehatan tulang.

Sedangkan susu nabati memiliki keunggulan dalam rendahnya kandungan lemak dan bebas laktosa, menjadikannya alternatif yang baik untuk mereka yang alergi atau intoleran terhadap produk susu hewan.

Susu Ikan Pertama di Indonesia

Susu ikan pertama di Indonesia hasil kemitraan antara Koperasi Nelayan Mina Bahari (Indramayu) dengan PT Berikan Teknologi Indonesia diluncurkan di Indramayu.  

Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (MenKopUKM), Teten Masduki mengatakan, susu ikan itu merupakan bagian dari perkuatan program hilirisasi produk berbasis komoditas unggulan daerah.

“Ini sesuai dengan program hilirisasi yang melibatkan pelaku koperasi dan UKM, khususnya sektor perikanan, yang sudah digulirkan pemerintah. Ini 100 persen produk asli Indonesia, karena mampu menguasai sektor hulu hingga hilir.

Baca juga: Jadi Andalan Kabinet Prabowo-Gibran, Anggaran Makan Siang Gratis Rp 15.000 per Anak akan Diturunkan?

Bahan baku ikan tersedia di pasar lokal, inovasi teknologi buatan sendiri, hingga riset dan penelitian sudah dilakukan sendiri,” ucap Teten di Indramayu dalam siaran pers yang diterima Kompas.com., Selasa (15/8/2023).

Teten akan mendorong Kabupaten Indramayu menjadi miniatur hilirisasi produk perikanan berbasis bahan baku lokal.

“Turunan produk perikanan lainnya bisa juga dikembangkan,” ucap Teten.

Selain ikan dan susu ikan, kata Teten, Indramayu juga dikenal seantero dunia sebagai penghasil rumput laut berkualitas terbaik.

Dan banyak inovasi kelas dunia lahir di Indramayu, khususnya di sektor perikanan.

“Hilirisasi berbasis bahan baku ikan sudah dimulai di Indramayu dengan melibatkan koperasi dan UKM. Ini akan terus kita tingkatkan,” ucap Teten.

Di samping itu, langkah hilirisasi ini bisa juga menjadi substitusi protein hewani dari sapi dan kambing.

“Dari mulai ikan segar, produk olahan ikan, dan susu ikan, bisa menjadi substitusi kebutuhan susu nasional yang selama ini masih didominasi produk impor,” kata Teten.

Dengan model bisnis seperti yang sudah terjalin seperti ini, Teten meyakini hal itu bisa direplikasi di daerah lain.

Bahan baku ikan selar bisa diolah hingga memiliki nilai ekonomi yang lebih.

Bahkan, produk setengah jadi ikan bisa untuk industri farmasi, makanan ternak, pupuk organik, herbal, dan produk kecantikan.

“Artinya, produk jadi atau setengah jadi dari Berikan Teknologi Indonesia dan Koperasi Mina Bahari ini bisa masuk ke dalam supply chain atau rantai pasok industri, baik dalam dan luar negeri,” ucap Teten.

Baca juga: Nasib IKN Kaltim, Eks Gubernur BI Bongkar Hitung-hitungannya, Bandingkan dengan Makan Siang Gratis

Teten merujuk Norwegia yang pendapatan terbesar negaranya kini berasal dari budidaya ikan salmon, tidak lagi dari sektor migas.

Begitu juga dengan Selandia Baru yang hidup makmur dari pendapatan negara berasal dari susu, daging sapi, dan buah kiwi.

“Indonesia seharusnya bisa lebih dari itu, karena memiliki keanekaragaman hayati yang lebih lengkap,” ucap Menteri Teten. 

Sementara itu, Bupati Indramayu Hj Nina Agustina menyatakan kebanggaannya susu ikan pertama di Indonesia dihasilkan dan diproduksi di Indramayu. 

“Kami akan terus mendukung penuh dalam pengembangannya ke depan. Apresiasi juga kami sematkan kepada KemenKopUKM atas kolaborasi dan sinergi ini,” kata Nina.

Dengan begitu, kata Nina, pihaknya dapat terus meningkatkan status gizi masyarakat dan mampu mengentaskan masalah stunting di wilayahnya.

“Kita mampu memproduksi ikan yang terbesar di Jawa Barat mencapai 40 persen dari total produksi ikan,” kata Nina.

Nina menegaskan melalui pemanfaatan olahan hasil laut, ikan diolah menjadi aneka makanan atau asupan yang disukai anak-anak.

“Yang tadinya tidak suka ikan, anak-anak akan suka. Saya yakin, nantinya, anak-anak Indramayu dan Indonesia akan sehat bergizi menuju Indonesia bebas stunting,” ucap Nina.

Dalam kesempatan yang sama, CEO PT Berikan Teknologi Indonesia Yogi Aribawa Krisna menjelaskan, inisiatif produksi hidrolisat protein ikan mulai digulirkan sejak 2016, dalam peringatan Hari Ikan Nasional.

Kemudian, pada 2020, saat pandemi, pihaknya mulai proses desain engineering di Bekasi.

Lalu, dilanjutkan pembangunan pabrik dan instalasi mesin di Indramayu.

“Pada 2021 kami menjalankan kemitraan dengan Koperasi Nelayan Mina Bahari di Indramayu dengan melaunching Gerakan Merdeka Protein,” kata Yogi.

Tahun ini, ucap Yogi, pabrik sudah dalam posisi stabil untuk house production, setelah mendapat Sertifikat Kelayakan Produksi (SKP) dari Kementerian Kelautan dan Perikanan.

“Dengan memiliki sertifikat tersebut, kita sudah memulai langkah usaha memproduksi susu ikan dalam kerjasama B to B,” kata Yogi.

Yogi berharap pemerintah menjadikan Indramayu sebagai pilot project pengembangan produksi susu ikan. 

“Artinya, ini bisa direplikasi di daerah lain dengan pola Blue Protein dan Blue Economy. Sebab, semua produk hilirisasi ini mengandung hidrolosat protein ikan,” ujar Yogi.

Baca juga: Makan Siang Gratis dapat Anggaran Rp 71 T, Ditangani Kementerian Baru di Kabinet Prabowo-Gibran?

(*)

Ikuti berita populer lainnya di Google News, Channel WA, dan Telegram.

Leave a comment