Uskup Agung Jakarta Suharyo Ungkap Makna Paus Cium Tangan Imam Besar Istiqlal
Uskup Agung Jakarta, Ignatius Kardinal Suharyo, mengatakan kunjungan apostolik Paus Fransiskus ke Indonesia membawa banyak nilai-nilai kehidupan. Salah satunya, soal kesederhanaan yang ditampilkan pemimpin negara Vatikan itu.
“Kita berharap bahwa kehadiran Paus selama 3-4 hari itu sungguh-sungguh dapat menjadi tawaran nilai kehidupan. Kesederhanaan beliau, keterbukaan Beliau untuk berdialog,” ujar Suharyo di Gereja Katedral Jakarta, Sabtu (7/9).
Menurutnya, keterbukaan dan kesederhanaan yang dibawa Paus Fransiskus tampak saat bertemu dengan Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar.
“Saya kira saya belum pernah melihat apa yang gestur yang bersahabat sedalam itu, sebelum saya melihat Bapa Suci kepalanya dicium oleh Imam besar Nasaruddin Umar, lalu Bapak Suci mencium tangan Imam Besar Istiqlal,” ungkap Suharyo.
Suharyo menyebut, momen ini sangatlah langka terjadi. Sebab, Paus Fransiskus tak melakukan hal yang sama ketika bertemu Imam Besar Al-Azhar, Ahmed Al Tayeb.
“Rasa-rasanya belum pernah saya melihat Paus membuat seperti itu dengan siapa pun, bahkan dengan Imam Besar dari Masjid Al-Azhar, tidak sejauh itu,” jelas Suharyo.
“Ini bagi saya adalah simbol yang sangat jelas menjadi pewarta-pewarta perdamaian, harapannya menjadi pewarta-pewarta persaudaraan yang sejati,” tambah dia.
Paus Fransiskus mencium tangan Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar saat hendak meninggalkan Masjid Istiqlal, Kamis (5/9) sekitar pukul 10:25 WIB.
Nasaruddin juga tampak mencium kepala Paus Fransiskus sambil menjabat tangannya di halaman Masjid Istiqlal.
Usai melakukan kunjungan hingga penandatanganan deklarasi Istiqlal, Paus Fransiskus meninggalkan masjid untuk menuju Kantor Konferensi Waligereja Indonesia (KWI).