Eks Jenderal Israel: Jika Perang Gaza Dilanjutkan,Militer Israel yang Akan Hancur,Bukan Hamas
TRIBUNNEWS.COM – Seorang pensiunan jenderal Israel bernama Yizhak Brik mengatakan pasukan Israel akan hancur jika terus melawan Hamas di Jalur Gaza.
Hal itu disampaikan Brik dalam kolom opini di salah satu media ternama Israel, Haaretz, pada hari Selasa, (3/9/2024).
Awalnya Brik mengkritik pendapat beberapa orang yang mengatakan bahwa penarikan mundur pasukan Israel dari Gaza setelah kesepakatan gencatan senjata adalah suatu kekalahan.
Brik menyebut pendapat itu didukung oleh para pejabat militer dan politik yang ingin perang di Gaza dilanjutkan.
Menurut Brik, orang-orang itu justru akan membawa militer Israel kepada kekalahan dan membuat Israel berada dalam kejatuhan.
“Tujuan perang itu, yakni menghancurkan Hamas dan membebaskan semua sandera dengan tekanan militer, belum tercapai,” ujar Brik.
“Jika kita terus bertempur di Gaza dengan menyerbu dan kembali menyerbu target yang sama, itu tidak hanya gagal menghancurkan Hamas, tetapi kita akan menghancurkan diri sendiri.”
Brik bersikap pesimistis. Dia meyakini Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dalam waktu dekat tak bisa melakukan serbuan-serbuan ulang.
Kata dia, itu karena setiap hari IDF justru makin lemah. Jumlah korban tewas dan luka di antara personel IDF juga makin banyak.
“Sebaliknya, Hamas sudah menambah kembali personel berumur 17 dan 18 tahun.”
Brik juga menyinggung personel cadangan IDF yang mulai menolak menjalani wajib militer lagi.
Baca juga: Militer Israel Masukkan Tepi Barat Sebagai Zona Pertempuran Dua Setelah Gaza, Jenin Hanya Permulaan
“Personel wajib militer kelelahan dan kehilangan kemampuan profesional karena kurang pelatihan, beberapa meninggalkan pelatihan sebelum menyelesaikannya,” kata dia.
Dia menyebut ekonomi Israel dan urusan hubungannya internasionalnya terdampak parah oleh perang atrisi melawan Hamas dan Hizbullah.
Menurut Brik, perang di medan tempur utara dan selatan akan terus berlanjut selama militer Israel tetap di Gaza.
“Perlunya mengumpulkan pasukan di front lain, Lebanon atau Tepi Barat, juga akan memaksa pasukan keluar dari Gaza dan mengirim mereka ke berbagai tempat pertempuran.”
“Ini karena IDF tidak memiliki cukup banyak pasukan untuk berperang di banyak front.”
Dia menyebut kelak akan tiba waktunya IDF tak bisa lagi berada di Gaza karena Hamas akan sepenuhnya menguasai tanah Palestina itu.
“Baik di terowongan bawah tanah yang membentang ratusan kilometer, dan di atas tanah,” ucap dia.
Menurut eks jenderal itu, jumlah terowongan yang sudah dihancurkan IDF hanyalah beberapa persen dari keseluruhan terowongan.
“Hal yang sama juga berlaku untuk terowongan di bawah koridor Philadelphi dan Netzarim. Hamas menggunakan keduanya untuk mengedarkan senjata dari Sinai ke Gaza sektor utara dan selatan.
Dalam situasi seperti ini, kata Brik, pasukan Israel tak akan bisa mengalahkan dan menghancurkan Hamas.
Akan tetapi, jika Israel berhenti menyerang karena militernya melemah, Hamas bisa menyatakan Israel telah menyerah.
Baca juga: Netanyahu Marah saat Inggris Tangguhkan 30 dari 350 Izin Ekspor Senjata ke Israel
Brik mengklaim solusi untuk permasalahan itu ialah menyepakati perjanjian gencatan senjata dan pembebasan sandera.
“Ini mungkin satu-satunya cara memulangkan sandera. Kita harus menghentikan perang di Gaza.”
Menurut Brik, jika perang di Gaza berakhir, pertempuran Israel-Hizbullah juga akan berhenti.
“Juga mengurangi kemungkinan perang regional multifront yang kita sepenuhnya tidak siap.”
Dia menyebut dalam periode gencatan senjata, Israel bisa membangun ulang militer, ekonomi, dan hubungan internasionalnya.
“Kita akan menggantikan seluruh cabang politik dan militer yang semuanya terlibat dalam kegagalan mengerikan ini.”
Brik mengklaim hal itu adalah satu-satunya solusi karena tidak ada jalan lain.
(Tribunnews/Febri)