Informasi Terpercaya Masa Kini

Siapa Ismail Haniyeh, Petinggi Hamas yang Terbunuh di Iran?

0 27

KOMPAS.com – Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh terbunuh dalam serangan udara di Teheran, Iran pada Rabu (31/7/2024) dini hari.

“Saudara, pemimpin, mujahid Ismail Haniyeh, kepala gerakan, tewas dalam serangan Zionis di markas besarnya di Teheran setelah dia berpartisipasi dalam pelantikan presiden baru (Iran),” kata Hamas dalam sebuah pernyataan, dikutip dari AFP.

Meski demikian, belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab dalam serangan tersebut.

Sebelumnya, tiga anak dan empat cucu Ismail Haniyeh terbunuh dalam serangan Israel pada 10 April 2024.

Lantas, siapa Ismail Haniyeh?

Baca juga: Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh Tewas dalam Serangan Udara di Ibu Kota Iran

Profil Ismail Haniyeh

Dilansir dari Britannica, Ismail Haniyeh adalah seorang politisi Palestina dan salah satu petinggi Hamas.

Lahir di kamp pengungsian Al Shati, Jalur Gaza, dia banyak menghabiskan masa kecilnya di sana.

Kedua orangtuanya mengungsi setelah desa mereka, Ashqelon diduduki Israel pada 1948.

 

Ia mengenyam pendidikan di sekolah yang dikelola oleh Badan Kemanusiaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA).

Haniyeh kemudian mengenyam pendidikan tinggi di Islamic University of Gaza di bidang Sastra Arab pada 1981.

Semasa kuliah, ia aktif dalam kegiatan politik mahasiswa, dengan memimpin sebuah asosiasi mahasiswa Islam yang berafiliasi dengan Ikhwanul Muslimin.

Baca juga: 10 Tentara Israel Perkosa Seorang Tahanan Palestina di Penjara Sde Teiman

Karier Haniyeh di Hamas

Haniyeh adalah salah satu anggota pendiri Hamas termuda yang mempunyai hubungan dekat dengan pemimpin spiritual kelompok itu, Sheikh Ahmed Yassin.

Pada 1988, dia ditangkap oleh Israel dan dipenjara selama enam bulan atas partisipasinya dalam peristiwa intifada, pemberontakan melawan pendudukan Israel.

Dia ditangkap lagi pada tahun 1989 dan dipenjara hingga Israel mendeportasinya ke Lebanon pada 1992 bersama dengan sekitar 400 orang tahanan lainnya.

Haniyeh kembali ke Gaza pada 1993 setelah Perjanjian Oslo. Sekembalinya ke Gaza, ia diangkat sebagai dekan Islamic University of Gaza.

Peran kepemimpinannya di Hamas berawal pada 1997, ketika ia menjadi sekretaris pribadi Yassin dan menjadi orang kepercayaannya.

Keduanya pernah menjadi target percobaan pembunuhan yang gagal oleh Israel pada tahun 2003. Namun Yassin terbunuh beberapa bulan kemudian.

Baca juga: Reaksi Dunia soal Putusan ICJ Pendudukan Israel di Gaza Ilegal

Ketika Hamas berpartisipasi dalam pemilihan legislatif Palestina pada 2006, Haniyeh diusung sebagai calon legislatif utama.

Kelompok ini memenangkan mayoritas kursi di parlemen dan Haniyeh ditunjuk menjadi Perdana Menteri Otoritas Palestina atau Palestinian Authority (PA).

Namun, PA yang dipimpin oleh Haniyeh mendapat kecaman dari komunitas internasional.

Bantuan yang ditujukan kepada PA pun dibekukan, sehingga memberikan tekanan keuangan yang signifikan pada badan pemerintahan tersebut.

Presiden Palestina Mahmoud Abbas dari partai Fatah memecat Haniyeh dan membubarkan pemerintahannya pada Juni 2007. Hal itu dilakukan setelah faksi-faksi Palestina saling berperang selama berbulan-bulan.

Meski demikian, Hamas yang dipimpin oleh Haniyeh kemudian membentuk pemerintahan otonom di Jalur Gaza.

Baca juga: Pesawat Israel Mendarat Darurat di Turkiye, Ditolak Isi Bahan Bakar

Representasi Hamas di luar negeri

Pada 2017, Haniyeh terpilih sebagai Kepala Biro Politik Hamas, menggantikan Khaled Meshaal.

Pada Desember 2019, dia meninggalkan Jalur Gaza, kemudian tinggal di Turkiye dan Qatar dalam tujuannya untuk mewakili Hamas di luar negeri.

Selama perang Israel-Hamas, Haniyeh memimpin delegasi Hamas dalam perundingan yang dimediasi oleh Qatar dan Mesir.

Dia juga menjadi delegasi Hamas dalam perjanjian damai dengan Fatah yang difasilitas China baru-baru ini.

Baca juga: Tentara Israel Dikecam, Pakai Emblem Greater Israel yang Caplok Wilayah Palestina dan Arab Saudi

Leave a comment