Astro Kebangkan Layanan “Quick Commerce,” Belanja Jadi Lebih Cepat
JAKARTA, KOMPAS.com – Platform belanja online Astro mengembangkan layanan quick commerce di Indonesia.
Quick commerce merupakan konsep yang dikembangkan khususnya membantu masyarakat mencukupi kebutuhannya dengan cepat, dalam hitungan menit.
Layanan ini dinilai sangat relate dengan kehidupan di kota-kota besar di tengah jadwal yang padat dan adaptasi digital yang semakin masif.
Baca juga: Startup Astro Raup Pendanaan Rp 385,6 Miliar dari Sequoia Capital dan Accel
Co-founder dan CEO Astro Vincent Tjendra mengatakan, Quick commerce menjadi solusi untuk menjawab keinginan konsumen modern yang menginginkan segala sesuatu serba cepat.
“Bukan hanya sekedar pengiriman pada hari yang sama, bahkan dalam hitungan jam hingga menit. Quick commerce juga menawarkan produk kebutuhan sehari-hari dan kategori produk lainnya,” jelas Vincent dalam siaran pers, Selasa (23/7/2024).
Indonesia telah mengalami pertumbuhan e-commerce yang luar biasa dalam satu dekade terakhir dengan kontribusi Gross Merchandise Value (GMV) 52 persen di Asia tenggara.
Namun, perubahan besar terjadi ketika konsumen mulai menuntut pembelian barang online secara kilat dengan opsi pengiriman instan atau same day.
Baca juga: Riset Ungkap Kecepatan Pengiriman Barang Jadi Salah Satu Faktor Utama Masyarakat Gemar Belanja Online
Lanskap digital Indonesia terus berkembang pesat. Konsumen kini lebih menginginkan kepuasan instan. Sebuah survei menunjukkan bahwa 60 persen konsumen Indonesia lebih memilih opsi pengiriman pada hari yang sama.
Selain itu, tingkat urbanisasi yang tinggi, dengan lebih dari 56 persen populasi tinggal di area perkotaan, memperkuat permintaan untuk layanan pengiriman cepat.
Namun, perjalanan quick commerce di Indonesia tidak datang tanpa menghadapi tantangan.
Sebagai gambaran, saat ini ekosistem quick commerce dan e-grocery di Indonesia hanya menyisakan sedikit pemain yang masih bertahan, salah satunya Astro.
Baca juga: Wamendag Berikan Tips Belanja Online yang Aman
“Astro, merupakan salah satu pemain dalam sektor quick commerce dan hingga tahun 2023, GMV e-groceries di Indonesia mencapai 1 miliar dollar AS, di mana Astro menguasai 5 persen dari nilai tersebut,” jelas Vincent.
Meskipun kecepatan adalah daya saing utama dari quick commerce, para pemainnya harus tetap memperhatikan faktor-faktor lain yang memengaruhi kepuasan konsumen.
Hanya mengandalkan kecepatan tidaklah cukup. Layanan quick commerce harus tetap mempertimbangkan elemen Quality, Cost, Delivery, dan Service (QCDS).
“Pengiriman dalam waktu 10 sampai 15 menit bukan jaminan bahwa konsumen akan puas. Kualitas produk yang dikirim harus tetap terjaga. Misalnya, produk seperti buah segar atau sayuran harus dikemas dengan baik, tidak busuk, dan tidak rusak selama pengiriman,” ujarnya.
Baca juga: Perbedaan Perilaku Belanja Online: Gen Z FOMO, Milenial Lebih Stabil
Penyedia layanan quick commerce harus memastikan produk yang dikirim benar-benar berkualitas sehingga pelanggan merasa puas karena barang yang mereka pesan tiba dengan cepat dan dalam kondisi sempurna.
Laporan dari Nielsen menyatakan, 72 persen konsumen Indonesia lebih memilih situs e-commerce yang menawarkan jaminan terhadap produk cacat atau palsu, sehingga meningkatkan kepercayaan mereka dalam transaksi online.
Dengan proyeksi pertumbuhan pasar yang mencapai CAGR sebesar 25 persen dalam lima tahun ke depan, Vincent yakin sektor ini akan terus berkembang.
Dia bilang, sektor ini tidak hanya mendorong pertumbuhan PDB Indonesia tetapi juga menciptakan banyak lapangan kerja, mendukung ekonomi digital yang semakin berkembang.
Baca juga: Pesta Belanja Online Singles Day di China Bukukan Transaksi Rp 2.458 Triliun
Data menunjukkan bahwa quick commerce telah menciptakan lebih dari 500.000 lapangan kerja baru dalam tiga tahun terakhir.
“Quick commerce adalah tren transformatif dalam ekonomi digital Indonesia. Perubahan ini sangat penting bagi bisnis untuk tetap kompetitif dan memenuhi ekspektasi konsumen,” tegas Vincent.