Sejarah Kekerasan di Bangladesh, Negeri yang Lahir dari Perang
TEMPO.CO, Jakarta – Protes mematikan yang dilakukan oleh ribuan mahasiswa di Bangladesh terhadap kuota dalam pekerjaan pegawai negeri telah membawa fokus pada sejarah kekerasan di negara yang lahir dari perang antara India dan Pakistan pada 1971 yang menewaskan hampir 3 juta orang.
Bapak pendiri dan perdana menteri pertama Sheikh Mujibur Rehman dibunuh pada tahun 1975 dalam sebuah kudeta militer yang membawa pemerintahan militer yang panjang.
Meskipun demokrasi dipulihkan secara perlahan pada 1990, negara berpenduduk hampir 170 juta jiwa ini telah diguncang oleh periode kekerasan sektarian dan politik yang sporadis dalam beberapa tahun terakhir.
2009
Tidak puas dengan upah dan kondisi kehidupan mereka, para penjaga perbatasan yang memberontak membunuh lebih dari 70 orang di ibu kota Dhaka, yang sebagian besar adalah perwira militer.
“Pemberontakan”, demikian sebutannya, yang telah menyebar ke hampir selusin kota, berakhir setelah enam hari ketika para penjaga yang marah menyerah setelah serangkaian diskusi.
2013
Pada tahun ini, sekitar 100 orang terbunuh dalam kekerasan politik di bawah kekuasaan partai Liga Awami, yang dipimpin oleh Sheikh Hasina, putri dari perdana menteri pertama, Rehman.
Namun pemilu yang diumumkan pada November, dan hukuman gantung atas seorang pemimpin Islam Abdul Quader Mollah, pemimpin partai oposisi Jamaat-e-Islami atas kejahatan selama perang 1971, mengakibatkan hampir 100 kematian lainnya.
2016
Dua puluh sandera, yang sebagian besar adalah warga asing, tewas dalam serangan yang diklaim oleh kelompok militan ISIS.
Para militan menyerang sebuah restoran kelas atas di kawasan diplomatik Dhaka, yang mengakibatkan kebuntuan selama 12 jam, hingga akhirnya diserbu oleh pasukan keamanan.
Korban tewas termasuk warga negara Italia, Jepang, Amerika Serikat dan India. Peristiwa ini terjadi setelah berbulan-bulan serangan terhadap orang-orang yang menganjurkan gaya hidup liberal di negara tersebut.
2021
Ekstremis di Bangladesh yang mayoritas penduduknya beragama Islam menargetkan umat Hindu yang merupakan kelompok minoritas. Pada Oktober, setidaknya enam orang terbunuh dan rumah-rumah mereka dihancurkan dalam salah satu kasus kekerasan komunal terburuk di negara ini dalam lebih dari satu dekade terakhir.
Sebelumnya, kuil-kuil Hindu diserang ketika kekerasan menyebar dengan ribuan anggota kelompok Islamis garis keras yang memprotes kunjungan Perdana Menteri nasionalis Hindu negara tetangga, India, Narendra Modi, untuk menandai ulang tahun ke-50 kemerdekaan Bangladesh.
2024
Hasina kembali berkuasa dalam pemilu yang diboikot oleh oposisi utama Partai Nasionalis Bangladesh (BNP) yang menuduh Liga Awami mencoba melegitimasi pemilu palsu.
Serangan-serangan terhadap bilik-bilik suara dan pembakaran kereta api menewaskan empat orang selama periode ini.
Pada Juli, setidaknya 114 orang tewas ketika pasukan keamanan menindak ribuan mahasiswa yang memprotes kuota dalam pekerjaan di pemerintahan.
REUTERS
Pilihan Editor: Demonstrasi di Bangladesh: Pengerahan Militer dan Jam Malam hingga Disoroti Kepala HAM PBB