Informasi Terpercaya Masa Kini

Penjelasan Camat soal Warga Sidoarjo Duduk Lesehan di Trotoar Bawah Flyover,Singgung Ruang Terbuka

0 35

TRIBUNJATIM.COM – Media sosial dihebohkan dengan penampakan sejumlah orang duduk lesehan di trotoar di bawah flyover.

Adapun kejadian itu terjadi di Sidoarjo, Jawa Timur.

Video tersebut dibagikan oleh akun media sosial X atau Twitter, @kleponmaniz, pada Senin (8/7/2024).

Dalam videonya, tampak warga mulai dari anak-anak sampai dewasa berkumpul di pinggir jalan tepat di bawah flyover. 

“Tebak kabupaten,” tulis pengunggah.

Warganet dalam kolom komentar menyebut video tersebut berlokasi di Krian, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.

Baca juga: Wilayahnya Kini Viral Dicap Kampung Maling, Camat Sukolilo Panik, Langsung Kumpulkan Kades

Camat Krian Sidoarjo, Ahmad Fauzi membenarkan video tersebut diambil di pinggir jalan Sidoarjo, Jawa Timur.

“Iya, di bawah flyover JPL (Jembatan Penyebrangan Lintas) 64,” ujarnya saat dikonfirmasi Kompas.com, Kamis (11/7/2024).

Flyover tersebut kadang disebut flover Krian karena berada di Jl. Kyai Mojo No. 6, Katerungan, Katrungan, Kecamatan Krian, Sidoarjo. 

Menurut Fauzi, warga Krian memang suka berkumpul lesehan di pinggir jalan di bawah flyover tersebut terutama pada malam Minggu.

Padahal, katanya, daerah tersebut memiliki ruang terbuka lain yakni di Taman Abhirupa yang berada di depan Stasiun Krian.

“Ada juga (warga yang berkumpul di Taman Abhirupa) tapi nggak seramai di bawah flyover kalau Sabtu malam,” tambah dia.

Fauzi menduga, warga lebih suka duduk-duduk di bawah flyover karena lebih ramai dan ada penerangan lampu yang terang dari flyover di atasnya.

Fauzi menilai, ada kemungkinan Taman Abhirupa yang disediakan sebagai ruang terbuka publik tidak memiliki fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan warga.

Akibatnya, warga memilih bersantai di tempat lain.

Adapun, taman tersebut berada di bawah kewenangan Dinas Lingkungan Hidup dan Tata Kota (DLHK).

“Harapan saya, segera dikonsep ruang bawah flyover untuk apa, misal taman. Itu kewenangan dari BBWS (Balai Besar Wilayah Sungai) atau pemerintah kabupaten,” imbuhnya.

Pentingnya ruang terbuka publik yang memadai

Ahli tata kota dari Universitas Islam Bandung (Unisba) Ernawati Hendrakusumah menilai setiap wilayah seharusnya memiliki ruang terbuka untuk publik.

“Penempatannya secara lokasional diatur sedemikian rupa sesuai dengan ketentuan,” katanya saat dihubungi Kompas.com, Kamis (11/7/2024).

Erna menjelaskan, ruang terbuka publik harus berada di tempat yang tidak mengganggu lalu lintas kendaraan dan memenuhi syarat keselamatan.

Selain itu, ruang terbuka publik harus memenuhi aspek tata ruang dan keindahan.

Dia menilai, hal-hal tersebut tidak ada di area bawah flyover Krian.

Ini berarti aktivitas warga yang bersantai di sana tidak bisa dibenarkan.

“Kecuali memang area tersebut dengan sengaja oleh Pemkab dijadikan sebagai bagian dari kawasan pasar malam,” lanjut dia.

Dia juga menyoroti warga Krian yang berkumpul di area trotoar.

Baca juga: Getok Harga Mahal Rp50 Ribu ke Pengunjung KBS, 10 Tukang Parkir Liar Kini Dihukum Rawat ODGJ

Padahal, trotoar berfungsi sebagai tempat pejalan kaki.

Erna menuturkan, suatu kota atau kabupaten seharusnya memiliki ruang terbuka publik yang dapat berupa ruang terbuka hijau seperti area tanaman.

Ada juga ruang terbuka nonhijau seperti tempat rekreasi, tempat bermain, lapangan olahraga, alun-alun, plaza, dan sebagainya.

Dia menilai, area di bawah jembatan penyeberangan atau flyover seperti di Sidoarjo sebenarnya dapat dijadikan ruang terbuka publik.

Hal ini yang dilakukan Pemkot Bandung dengan Taman Jomblo di bawah Jembatan Pasupati.

“Sejauh tidak bertentangan dengan peraturan (seperti) mengganggu lalu lintas, berbahaya untuk keselamatan, dan lain-lain,” tegasnya.

Menurut Erna, warga Krian berkumpul di bawah flyover JPL 64 pada malam hari karena kebiasaan mengikuti keramaian yang ada.

Ada orang yang mulai duduk di sana sehingga diikuti banyak orang lain untuk mendapatkan sensasi berbeda.

Di sisi lain, tindakan warga tersebut dibiarkan oleh pihak pemerintah setempat.

Akibatnya, area tersebut berubah menjadi tempat warga berkumpul saat akhir pekan.

“Kondisi di atas (warga Krian) mungkin itu perilaku masyarakat yang sedang ‘ngetren’ dan mudah-mudahan sifatnya sementara ya,” harapnya.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews Tribunjatim.com

Leave a comment