Terkuak Alasan Pegi Setiawan Sebut Prabowo Subianto saat Bebas dari Penjara,Singgung Soal Keadilan
TRIBUNJAKARTA.COM – Terkuak alasan Pegi Setiawan menyebut nama Presiden terpilih, Prabowo Subianto saat dibebaskan dari penjara Polda Jabar Senin (8/7/2024) malam.
Diketahui sekira pukul 21.30 WIB, Pegi Setiawan keluar dari tahanan Polda Jabar.
Pegi Setiawan yang kala itu didampingi kuasa hukum dan keluarga besarnya mengucapkan terima kasih kepada seluruh masyarakat Indonesia.
Ia lalu turut menyebut nama Prabowo Subianto dan Jokowi.
“Saya Pegi Setiawan, terima kasih banyak kepada masyarakat Indonesia yang mendukung saya sudah mendoakan saya. Saya mengucapkan terima kasih juga kepada Presiden Bapak Jokowi dan Presiden Terpilih Prabowo Subianto dan tim lainnya,” ujar Pegi Setiawan.
Dengan senyuman, Pegi Setiawan mengucapkan syukur seusai dibebaskan dari penjara, karena tidak terbukti sebagai tersangka kasus Vina Cirebon.
“Saya mengucapkan netizen Indonesia yang mendukung saya dan mendoakan, saya mengucapkan terima kasih kepada wartawan di Indonesia sudah mau mendukung saya, saya mengucapkan tim kuasa hukum saya sudah membela saya, ucapkan terima kasih banyak,” jelasnya.
Selain itu, Pegi Setiawan turut membagikan kesehariannya saat di penjara, lantaran terlihat berbeda.
Dia memastikan mendapat perlakuan baik selama di penjara.
“Alhamdullah sehat, sehat. Makan tidur saja, sehari-hari biasanya tidur. Terima kasih banyak kepada ibu saya, saya sangat bahagia. Semoga tabir kasus ini segera terungkap,” kata Pegi.
“Setelah ini mau pulang, istirahat, dan lanjut kerja. Allahu Akbar,” imbuhnya.
Lalu apa alasan Pegi Setiawan menyebut nama Prabowo Subianto dan Jokowi?
Saat menjadi narasumber di iNews Tv, Pegi Setiawan mengaku spontan menyebut nama dua petinggi negara tersebut.
Ia mengaku saat itu merasa bersyukur karena bisa merasakan manisnya keadilan.
“Spontan saja, karena saya bersyukur di negeri ini masih ada keadilan,” ucap Pegi Setiawan.
“Dan keadilan itu ditegakkan meskipun banyak pro dan kontra,” imbuhnya.
Pegi Setiawan kemudian yakin kebebasannya tak luput dari peranan Prabowo Subianto dan Jokowi.
“InsyaAllah (ada peranan keduanya),” kata Pegi Setiawan.
Pengacara Pegi Mantan Anak Buah Prabowo
Sosok Muchtar Effendi, pengacara yang sukses membebaskan Pegi Setiawan, ternyata punya rekam jejak militer.
Dia merupakan eks TNI Angkatan Darat (AD) yang selalu ditugaskan di medan tempur.
Semasa berseragam loreng, Muchtar pernah mengikuti Operasi Mapenduma di Irian Jaya (kini Papua), Timor Timur (kini Timor Leste) hingga Aceh dan menjadi pasukan perdamaian di Lebanon.
Mental petarung yang ditempa dari medan ke medan, membuat Muchtar memiliki keteguhan dalam membela orang yang diyakininya benar.
Muchtar membeberkan latar belakangnya di TNI saat diwawancara anggota DPR RI terpilih yang juga Youtuber, Dedi Mulyadi.
Pada 1991 Muchtar lolos pendaftaran TNI jalur Tamtama.
“Saya itu dulunya TNI Angkatan Darat Kostrad di Batalion kalau dulu namanya ya Batalon Infanteri Lintas Udara 330 yang ada di Cicalengka,” kata Muchtar di video unggahan channel Youtube ‘Kang Dedi Mulyadi Channel’, tayang Selasa (9/7/2024).
Muchtar sempat menjalani pendidikan penerjunan di Kopassus pada tahun 1992.
lihat foto
Keinginan Pegi Usai Bebas, Ingin Temui Ibunda Almarhumah Vina
Tahun 1994-1995, Muchtar ditugaskan ikut operasi di Timor Timur.
Saat itu, dia di bawah pimpinan Komandan Pleton, Tandyo Budi Revita.
Tandyo sendiri kini berpangkat Letnan Jenderal (Letjen) dan menjadi orang nomor dua di AD.
“Bapak Wakasad sekarang ini itu Danton saya waktu di Timor Timur,” kata Mucthar tersenyum.
Setahun kemudian, Muchtar bertugas di bawah komando Prabowo Subianto pada Operasi Mapenduma.
Di bawah pimpinan Prabowo yang berpangkat Brigadir Jenderal (Brigjen), Muchtar dan prajurit lainnya membebaskan sandera yang ditawan Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Ada 26 sandera yang tujuh di antaranya merupakan warga negara asing. Empat dari Inggris, dua dari Belanda dan satu dari Jerman. Mereka sedang menjalani Ekspedisi Lorents 95 di Mapenduma saat itu.
“Tahun 96 saya bertugas dengan Pak Prabowo pembebasan sandera di Irian,” kata Muchtar.
“Saya yang ngambil sandera, saya,” lanjutnya.
Berkat prestasinya di medan tempur Operasi Mapenduma, Muchtar mendapat penghargaan.
“Pada saat 96 itulah saya mendapatkan penghargaan naik pangkat luar biasa karena di medan tempur, kan karena berhasil membebaskan sandera. Pulang dari Irian dikasih penghargaan lagi oleh panglima, sekolah tanpa tes, sekolah Bintara tanpa tes,” jelasnya.
Dengan pangkat Sersan Dua, Muchtar dikirim kembali ke Papua untuk kasus pengibaran bendera Bintang Kejora pada era Presiden Abdurahman Wahid atau Gus Dur.
“Waktu itu ada peristiwa bendera Bintang Kejora waktu presidennya Gus Dur,” kata dia.
Setahun berselang, Muchtar diutus ke Kalimantan Timur untuk membasmi pembalakan liar di perbatasan Indonesia dengan Malaysia.
Pada 2001-2002 dan 2004-2005, Muchtar dikirim ke Aceh yang saat itu menjadi daerah konflik.
Gerakan Aceh Merdeka (GAM) mulai menguasai wilayah pedesaan Aceh saat itu.
Lima tahun berselang, Muchtar dipercaya menjadi perwakilan Indonesia menjadi pasukan perdamaian bersama PBB di Lebanon.
“2010-2011 ke Libanon bergabung dengan PBB,” paparnya.
Muchtar tidak memungkiri, dirinya selalu dipercaya terjun ke medan tempur.
“Medannya operasi terus,” kata Muchtar sambil tertawa.
Pada tahun 2013 ia mengajukan pensiun dini dengan pangkat Sersan Mayor.
Dari situ, ia menjadi pengacara berbekal gelar sarjana hukum yang pendidikannya dia tempuh sambil berdinas di tentara.
“Tentara juga kan mengabdi lah ya, tetapi saya berpikir ingin langsung mengabdi kepada masyarakat ya. Kalau di tentara kan mengabdi ke negara,” kata Muchtar.
Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya