Bendera Pelangi LGBT BErkibar di Plaza de Armas

Plaza de Armas merupakan pusat kota tua Santiago de Chile. Di sini ada Balai Kota dan di depannya bendera Pelangi kaum LGBT

Bendera Pelangi LGBT BErkibar di Plaza de Armas

Waktu menunjukkan sekitar pukul 7.15 pagi ketika Shuttle VIP yang saya tumpangi tiba di Kawasan Las Condes, tepatnya di sebuah apartemen berlantai 14  di Jalan Augusto Leguia Norte.  Apartemen ini terletak di Barrio El Goff yang merupakan daerah elite penuh dengan hotel, perkantoran, dan apartemen yang menjulang tinggi dengan jalan raya yang lebar. 

Karena hari masih pagi, saya belum bisa masuk ke kamar dan hanya bisa menitipkan barang bawaan di ruang tamu dan sejenak mampir dan cuci muka di kamar mandi.  Setelah itu saya siap jalan-jalan dan janjian lagi dengan pemilik apartemen akan kembali di sore hari untuk mendapatkan kunci kamar.  Walau belum beristirahat dan tidak tidur selama perjalanan dari Bogota ke Santiago, saya bertekad untuk menghabiskan hari pertama dengan melihat banyak tempat di pusat kota Santiago.  Saya juga harus menukarkan uang ke Peso Chile karena di bandara tadi hanya sempat menukar uang yang cukup untuk naik shuttle dan ngopi. 

Dari apartemen saya menyusuri Augsto Leguia Norte dengan tujuan stasiun metro El Golf.  Berjalan dengan santai sekitar 5 blok dan sebelumnya sempat mampir di sebuah kafe untuk makan [pagi.  Sepotong roti croissant dan secangkir kopi cukup untuk mengganjal perut. 

Di stasiun metro El Golf saya membeli kartu Bip yang berwarna biru.  Saya membeli kartu seharga 5000 Peso dan sudah termasuk saldo 3450 Peso.  Harga tiket metro di Santiago tergantung jam.  Kalau di waktu jam sibuk sekali naik 800 peso sedangkan di waktu saing hanya 720 Peso dan kalau di pagi hari sebelum pukul 7 atau malam sesudah pukul 9. Haranya hanya 640 Peso.  Uniknya kalau disambung dengan metro bus maka metrobus nya gratis karena berlaku tiket integrasi, sedangkan kalau kita naik metro bus dulu baru kemudian naik metro maka berlaku tambahan untuk naik metro. Misalnya naik metro bus di saing hari seharga 700 Peso, ketika dilanjut dengan metro hanya tambah 20 peso saja. 

Dari stasiun El Golf saya naik metro Line 1 menuju pusat kota yaitu dengan arah San Pablo.  Suasana di kereta cukup ramai karena memang sedang waktu para pekerja menuju ke kantor.  Namun saya masih mendapat tempat duduk dan setiap di setiap stasiun penumpang makin ramai.  Di dalam kereta baru saya menentukan tujuan untuk turun di stasiun Santa Lucia dengan maksud mampir ke Cerro Santa Lucia, yaitu sebuah bukit yang konon bekas sebuah gunung api kecil yang di atas nya ada sebuah taman cantik dimana kita bisa melihat pemandangan kota Santiago.

Sesampainya di stasiun Santa Lucia, saya kemudian muncul di permukaan tanah dan menghirup udara pusat kota Santiago untuk pertama kalinya. Berbeda dengan Bogota yang selalu sejuk karena berada di ketinggian 2600 meter, kota Santiago yang berada di antara Samudra Pacific di sebelah barat dan pegunungan Andes di sebelah timur memiliki udara yang lumayan hangat dan Terik di musim panas ini di awal Februari.    Setidaknya hari ini saya bisa berjalan-jalan tanpa baju hangat, sweater, ataupun jaket. 

Sebuah taman yang cukup cantik menyambut saya di atas stasiun Santa Lucia. Taman kota yang tidak terlalu besar dan pagi itu pun hanya ada beberapa orang yang duduk-duduk di sana, kebanyakan orang yang berusia sekitar 60 tahunan ke atas. Taman ini Bernama Plaza Benjamin Vicuna Mackenna yang pernah menjadi Walikota Santiago di abad XIX.

Di Seberang jalan ada bangunan besar yang anggun dan ternyata adalah Bibioteca Nacional de Chile yang tampak menawan dengan pilar-pilar besar gaya Yunani.  Saya kemudian berjalan menyusuri jalan Miraflores menuju ke utara.  Banyak deretan toko, bank, dan bangunan komersial yang masih tutup pagi itu. Hanya ada beberapa caf dan restoran kecil yang buka dan menawarkan desayuno atau sarapan dengan berbagai macam menu dan harga.

Terus berjalan di Mira Flores dan sampai ke perempatan dengan Agystinas terdapat apotek dengan nama ConSalud. Di sini saya belok kanan dan kemudian menyeberangi Santa Lucia.  Di sini terdapat sebuah patung singa yang gagah dan kemudian tangga berbentuk jalan setapak menuju ke Cerro Santa Lucia. Hari masih pagi dan suasana masih sangat sepi.  Akhirnya karena sedikit malas naik ke bukit, saya memutuskan untuk jalan-jalan saja di pusat kota sambil mencari tempat penukaran uang.

Saya kembali ke Mira Flores dan sampai ke sebuah gerai yang menjual kuliner Timur Tengah. Namanya cukup meyakinkan yaitu El Arabe Shawarma dan kebanyakan menjual makanan Lebanon.  Ada sawarma yang lumayan lezat, namun ternyata belum tersedia sebelum pukul 11 atau 12 siang. Akhirnya saya kembali memesan teh Arab  dan falavel saja. 

Perjalanan dilanjut menyusuri Mira Flores dan kemudian menuju ke jantung kota tua Kota Santiago, yaitu Plaza de Armas melewati Monjitas.  Sebagian toko-toko mulai buka dan pejalan kaki kian ramai.  Plaza de Armas merupakan lapangan atau alun-alun kota Santiago tanpa istana.  Di sini ada Monumento a Pedro Valdivia yang sedang menunggang kuda.  Beliau adalah orang Spanyol yang konon merupakan penakluk atau conquistadores yang datang dan kemudian mendirikan kota Santiago pada 1541. 

Suasana di Plaza de Armas ini tidak pernah sepi.  Selain banyak orang yang lalu Lalang, juga menjadi tempat orang berdemonstrasi dan mengutarakan unek-unek mereka kepada pemerintah.  Mirip dengan Plaza Bolivar di Bogota.    Di belakang patung Pedro Valdivia ini ada tulisan STGO yang merupakan tempat berfoto menandakan bahwa kita berada di Santiago. Dan tidak jauh dari sini juga ada sebuah bangunan yang Bernama Bibliometro Plaza de Armas yang merupakan sebuah perpustakaan mini untuk umum.

Gedung-gedung tua mengelilingi plaza yang ternama ini. Di bagian utara ada  Balai Kota Santiago atau Municipalidad de Santiago yang cantik dan di dekatnya ada Kantor pariwisata.  DI depan Gedung ada dipajang empat buah bendera.  Yang saya kenal tentu saja bendera Chile, bendera kota Santiago dan yang paling kanan adalah bendera Pelangi yang melambangkan bahwa kota Santiago ternyata sangat ramah terhadap kaum LGBT.  Hal ini dapat dilihat di sepanjang perjalanan baik di stasiun metro dan tempat lain, saya beberapa kali berjumpa dengan sekawanan kaum LGBT yang membawa bendera Pelangi dengan dandanan dan gaya yang khas.  Lumayan sekedar menghibur diri melihat tangkah laku mereka yang kocak. Disfrutemos Bien, Un Verano en Santiago  demikian tertulis pada spanduk di depan Gedung Balaikota.  Maknanya kira kira Mari Kita Nikmati dengan Baik Musim Semi di Santiago.

Di sebelah kantor Balai kota ini ada  Museum of National History of Chile dan di sebelahnya ada Correos Chile atau kantor pos tua yang bangunan pun sangat cantik.  Saya sempat berkunjung ke museum dan kantor pos ini dan akan saya ceritakan dengan lebih rinci dalam artikel khusus.

Di sebelah barat Plaza ada gereja tua yaitu Catderal Metropolitana de Santiago de Chile dan di sampingnya pun ada banyak gerai dan toko-toko serta penjual es krim.  Karena hari makin panas saya sempat membeli es krim dan menikmatinya sambil duduk dan melihat orang-orang yang lalu Lalang du plaza ini. Tidak jauh di dekap katedral ada pintu masuk menuju stasiun Metro atau kereta api bawah tanah Plaza de Armas yang melayani jalir L3 dan L5.  DI pojok sebelah barat daya  a ada patung atau monumen yang unik dan Bernama Monumento Al Pueblo Indigina atau monumen suku asli Peru yang  khas menampilkan etnis Indian yang ada di Chile, di antara nya suku Mapuche yang paling terkenal. 

Masih banyak lagi yang belum sempat saya lihat di Plaza de Armas ini, namun saya memutuskan untuk mampir dahulu ke kawasan Moneda di mana banyak Money Changer dan  kemudian mencari tempat untuk makan siang dahulu. 

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow