Begini Penampakan Gunung Semeru Pagi Ini Setelah Erupsi dan Luncurkan Awan Panas Guguran

Gunung Semeru menampakkan tubuh utuhnya yang berwarna perak kebiru-biruan pada Sabtu pagi.

Begini Penampakan Gunung Semeru Pagi Ini Setelah Erupsi dan Luncurkan Awan Panas Guguran

Tempo.CO, Lumajang - Gunung Semeru tampak jelas Sabtu pagi, 30 Maret 2024. Gunung api tertinggi di Pulau Jawa ini menampakkan tubuh utuhnya yang berwarna perak kebiru-biruan.

Cerukan di lereng gunung setinggi 3.676 meter di atas permukaan laut itu dari kejauhan tampak seperti keriput wajah manusia usia lanjut. Suhariyono, warga Lumajang mengambil gambar Gunung Semeru dari Dusun Kebonan, Desa Oro-oro Ombo, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang. "Semeru tampak sangat jelas pagi ini," kata Suhariyono kepada Tempo, Sabtu pagi.

Suhariyono mengatakan gambar itu diambilnya pada Sabtu pagi ini pukul 06.58 WIB. Ia mengatakan pemandangan Semeru yang tampak jelas itu biasanya sampai sekitar pukul 10.00 WIB hingga kemudian awan putih perlahan-lahan menutup gahar tubuh purbanya itu.

Pemandangan Semeru yang tampak jelas ini tidak musti terjadi setiap hari. Apalagi Kamis sore lusa kemarin, 28 Maret 2024, Semeru mengalami erupsi dan meluncurkan awan panas guguran.

Seperti diberitakan sebelumnya, pada Kamis, 28 Maret 2023 pukul 15.18 WIB telah terjadi erupsi Gunung Semeru. Erupsi berupa awan panas dengan jarak luncur tidak diketahui dikarenakan secara visual tertutup kabut. Erupsi terekam di seismogram dengan amplitude maksimum 37 mm dan durasi 27 menit, tinggi kolom abu erupsi tidak dapat teramati karena tertutup kabut.

Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Muhammad Wafid, mengatakan aktivitas erupsi, awan panas dan guguran lava masih terjadi, namun secara visual jarang teramati karena terkendala dengan cuaca yang berkabut.

"Selain berpotensi terjadi awan panas, potensi terjadinya aliran lahar juga masih tinggi mengingat curah hujan yang cukup tinggi," kata Wafid dalam keterangan tertulis yang dikutip Tempo, Sabtu.

Akumulasi material hasil erupsi (letusan dan aliran lava) maupun pembentukan “scoria cones” berpotensi menjadi guguran lava pijar, atau pun awan panas. Material guguran lava dan atau awan panas yang sudah terendapkan di sepanjang aliran sungai yang berhulu di puncak Semeru, berpotensi menjadi lahar jika berinteraksi dengan air hujan.

"Selain itu, interaksi endapan material guguran lava atau awan panas yang bersuhu tinggi dengan air sungai akan berpotensi terjadinya erupsi sekunder," ujar Wafid.

Dalam periode ini jumah gempa yang terekam menunjukkan bahwa aktivitas kegempaan di Gunung Semeru masih tinggi, terutama gempa Letusan, Guguran dan Harmonik.

Gempa vulkanik dalam dan harmonik yang masih terekam mengindikasikan masih adanya suplai di bawah permukaan gunung bersamaan dengan pelepasan material ke permukaan serta adanya proses penumpukaan material hasil letusan di sekitar kawah Jonggring Seloko.

Pemantauan deformasi dengan peralatan Tiltmeter dan GPS kontinyu pada periode ini masih berfluktuasi, namun di akhir periode pengamatan menunjukan adanya pola yang relatif menurun pada bagian bawah tubuh Semeru dan di bagian atas menunjukkan proses inflasi, yang berkorelasi dengan terus terjadinya perpindahan tekanan dari dalam tubuh gunung api ke permukaan bersamaan dengan keluarnya material saat terjadi erupsi dan hembusan.

Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi maka tingkat aktivitas Gunung Semeru tetap pada Level III (Siaga) dengan rekomendasi yang disesuaikan dengan potensi ancaman bahaya terkini.

Sehubungan dengan tingkat aktivitas Gunung Semeru pada Level III (Siaga) maka direkomendasikan masyarakat atau pengunjung atau wisatawan tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 km dari puncak (pusat erupsi).

Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak

Masyarakat diminta tidak beraktivitas dalam radius 5 km dari kawah atau puncak Gunung Api Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar)

Masyarakat juga diminta mewaspadai potensi awan panas, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai atau lembah yang berhulu di puncak Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.

Pilihan Editor: ITS Perkenalkan 2 Prodi Baru di Rumpun Sains dan Analitika Data, Ini yang Ditawarkan

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow