APJII: IKN Tidak Butuh Satelit Starlink Milik Elon Musk, Ini Alasannya

APJII angkat bicara terkait rencana proyek satelit low earth orbit (LEO) Starlink milik Elon Musk di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.

Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menilai satelit low earth orbit (LEO) Starlink milik Elon Musk tidak terlalu dibutuhkan di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. 

Ketua Umum APJII, Muhammad Arif Angga, mengatakan lokasi IKN tidak begitu jauh dari Balikpapan dan Samarinda, sehingga lebih tepat jika jaringan telekomunikasi dibangun dengan menggunakan fiber optik.

Selain itu, Angga mengatakan di Kalimantan sendiri sudah ada lebih dari 30 internet service provider (ISP) lokal yang seharusnya digandeng pemerintah untuk masuk ke IKN, bukan Starlink yang merupakan perusahaan asing. 

Baca Juga : Ngeri! Satelit Starlink Elon Musk Berpotensi Ancam Keselamatan Bumi

“Kalau untuk IKN sudah lebih dari 30 ISP lokal asli Kalimantan, saya berpendapat seharusnya mereka ini yg digandeng oleh pemerintah,” ujar Angga kepada Bisnis, Jumat (9/2/2024).

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan rencana Starlink untuk masuk ke IKN Nusantara.

Baca Juga : : Elon Musk Minta Subsidi Satelit SpaceX Starlink, Kok Ditolak?

Luhut menyebut, pengurusan persyaratan Starlink untuk berinvestasi di IKN sudah hampir rampung dan menunggu penerbitan izin layak operasi atau ILO dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo). 

Lebih lanjut, Angga mengatakan potensi masuknya Starlink ke IKN justru dapat mematikan ISP yang beroperasi di wilayah pinggiran. Padahal, Angga mengatakan para ISP inilah yang sebenarnya menjadi pejuang internet di Indonesia. 

Baca Juga : : Pemerintah "Pede" Elon Musk Boyong Produksi Mobil Listrik dan Starlink

Angga mengatakan, dirinya memang tidak anti dengan teknologi baru, tetapi seharusnya, kehadiran Starlink atau teknologi internet lain dikolaborasikan dengan ISP agar industri bisa bertumbuh bersama.

“Potensi Starlink dan harganya dapat mematikan ISP yang beroperasi di wilayah pinggiran, kenapa harus Starlink? Banyak ISP daerah yang bisa didorong untuk melayani area-area (di IKN),” ujar Angga. 

Lagipula, kata Angga, ISP sudah membayar dana yang cukup banyak pada pemerintah, termasuk biaya hak penyelenggaraan (BHP) internet dan dana universal service obligation (USO). 

Adapun, kabar masuknya afliasi bisnis SpaceX ini di IKN sebelumnya diungkapkan oleh US-ASEAN Business Council bernama Taufikurrahman. Dia menyebutkan bahwa SpaceX akan masuk ke Indonesia lewat pembangunan jaringan internet super cepat.

Sementara itu, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) diketahui menjalin kerja sama dengan Starlink. Kerja sama ini bertujuan memperluas jaringan internet hingga ke pelosok.

Satelit Starlink milik Elon Musk kini mulai melayani sejumlah base transceiver station (BTS) milik PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel), setelah mendapatkan izin operasional lewat hak labuh khusus non geostasioner (NGSO) milik PT Telkom Satelit Indonesia (Telkomsat). 

Sekadar informasi, izin operasi Starlink di Indonesia tersebut telah diumumkan sejak Juni 2022 lalu. Kala itu, mantan Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate mengatakan, izin kepada Starlink diberikan secara tertutup, yakni hanya untuk pelanggan korporat. 

Starlink merupakan bagian dari SpaceX, perusahaan transportasi luar angkasa swasta Amerika Serikat yang didirikan oleh Elon Musk. Menurut laporan Ookla, Starlink mampu menawarkan kecepatan unduh lebih dari 100 megabyte per second (Mbps) di 15 negara. 

Di Amerika Serikat, Starlink menawarkan kecepatan unduh rata-rata 105 Mbps dan kecepatan unggah rata-rata 12 Mbps. Kecepatan tersebut lima hingga enam kali lebih baik daripada rata-rata pesaingnya yakni satelit Viasat dan HughesNet.

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow