Film Bila Esok Ibu Tiada, Seorang Ibu Sukses Merawat Empat Anaknya, Mereka Gagal Merawat Seorang Ibu
Sejak trailer film ini muncul di algoritma video pendek youtube, suami saya sangat tertarik untuk menonton film ini. Tentu saja saya antusias mengiyakan ajakannya untuk mengajak kami menonton bersama.
“Kapan, Yah?”
“Tunggu sampai Ayah pulang dari dinas luar kota ya.”
Meski beberapa komunitas mengajak nobar, begitu juga dengan sahabat-sahabat di pertemanan kajian, saya tetap.menunggu hingga suami memiliki kelonggaran waktu. Karena sejurus dengan suami, putri saya juga masih sibuk dengan tugas sekolah dan kerja kelompok dengan teman-temannya.
Alhamdulillaah, hari yang kami tunggu pun tiba.
Sabtu, 23 November 2024 kemarin, suami berkenan menambah saldo GoPay di akun saya. Langsung dengan cekatan saya memesan tiket nonton film ini melalui aplikasi M-Tix yang pembayarannya terkoneksi dengan GoPay. Dengan cara ini, saya tidak.perlu mengantri pembelian tiket. Cukup datang ke counter scan and print ticket setiba di bioskop. Praktis.
***
Dari judulnya saja, film ini membuat kami tertarik menyaksikannya, meski baru melihat beberapa cuplikan isi film dari video pendek yang wira-wiri di youtube.
Awalnya, saya tertarik karena sudah lama nggak nonton film yang dibintangi oleh Ferdi Nuril dan Christine Hakim. Kebetulan mereka bermain film yang sama di sini.
Selanjutnya tertarik karena berhubungan dengan kehidupan pribadi, yang mana Ibu saya juga telah lama berpulang, semasa saya masih lajang dan telah merantau ke luar pulau. Teringat di masa itu, saya tidak siap beliau berpulang begitu cepat. Menjalani kehidupan selanjutnya, seperti tak ada tempat curhat, tujuan untuk membahagiakan Ibu dengan hasil kerja merantau seakan pupus.
Selain itu, sebagai seorang Ibu, saya merenung, apa yang harus saya persiapkan untuk putri saya agar kelak siap menghadapi keadaan apapun ketika kelak saya tiada.
Ah, perasaan campur aduk meliputi diri. Namun, sebelum masuk ke Studio 2 tempat kami nobar bertiga, saya kosongkan pikiran untuk fokus menikmati alur cerita yang bakal dikisahkan dalam film ini.
***
Leo Pictures memproduksi film yang mulai tayang serentak di 14 November 2024 lalu dan mempercayakan kepada Rudi Sudjarwo untuk menyutradainya. Film Bila Esok Ibu Tiada diadaptasi dari novel best seller karya Nuy Nagiga yang terbit pada September 2014.
Alur kisah di awal film, Keluarga HARYO (Slamet Rahardjo) begitu harmonis dan ceria bersama istrinya, RAHMI (Christine Hakim) dan keempat anaknya. Canda tawa menghiasi suasana kumpul keluarga.
Siapa sangka, esok harinya saat hendak membangunkan suaminya, Rahmi mendapati belahan jiwanya telah tiada, meninggalkan duka pada diri dan anak-anaknya.
Tiga tahun berlalu, keempat anak Rahmi yang telah tumbuh dewasa dan ada pula yang telah berkeluarga, memiliki kesibukannya masing-masing.
RANIKA (Adinia Wirasti) adalah anak sulung perempuan yang sukses berkarir di perusahaan tempat ia bekerja. RANGGA (Ferdi Nuril) anak kedua, lelaki satu-satunya dalam keluarga ini, memilih jalur bermusik sebagai musisi. RANIA (Amanda Manoppo) menjalani pekerjaannya sebagai seorang aktris dan bintang iklan. Sedangkan HENING (Yasmin Napper) masih bergumul dengan kesibukannya menyelesaikan kuliah.
Pertengkaran dan perbedaan pendapat acapkali muncul dalam perbincangan keluarga, membuat Rahmi sedih dan kurang nyaman terhadap anak-anaknya. Bahkan dengan kesibukan mereka masing-masing, keempat anaknya melupakan hari ulang tahunnya.
Mata saya mulai berkaca-kaca, saat adegan Rahmi menunggu kedatangan putra putrinya dengan kue ulang tahun dan tumpeng yang siap untuk disantap bersama, tetapi kehadiran mereka hampir saja memupuskan harapannya.
Lebih mirisnya lagi, saat Rahmi membutuhkan pendamping untuk berobat ke rumah sakit, tak satu pun anaknya dapat mendampingi. Bahkan mereka tidak tahu bahwa dirinya mengidap sakit vertigo akut.
Rahmi hanya bisa menceritakan isi hatinya kepada adik perempuannya. Bahkan Ia nekat pergi ke makam suaminya di luar kota tanpa izin dari anak-anaknya meski dalam keadaan kurang sehat.
Air mata saya mulai terkuras saat adegan Rahmi menikmati udara segar dipinggir sawah, pula membiarkan ombak menyapa kakinya di pinggir pantai, wajahnya yang menua dibiarkan dibelai angin laut yang menderas. Dialog batin akan kerinduan suaminya, sangat memilukan hati seorang wanita sepuh yang merasa kesepian.
Saya tiada lagi menahan derai air mata, saat Rahmi berziarah ke makam suaminya, berdialog seakan pasangan hidupnya itu mendengar curahan isi hatinya yang gundah tentang anak mereka berdua. Doa terpanjat dari lisannya untuk kebaikan putra-putrinya. Ia menginginkan agar mereka rukun selamanya kelak jika ia menyusul menghadap Sang Pencipta.
Selanjutnya kisah dalam film ini menghadirkan konflik dan permasalahan yang timbul sejak anak-anak mengetahui tentang kondisi kesehatan Rahmi. Semua mengkhawatirkan keadaannya, tetapi mereka saling lempar kesempatan dalam hal menjaga dan merawat Rahmi, gegara alasan kesibukan masing-masing.
Akankah mereka terus berkonflik? Apakah mereka siap mental bila esok Ibu tiada? Bagaimana mereka melanjutkan kehidupan tanpa kehadiran Ibu yang selama ini membersamai mereka dengan dukungan, doa dan pengorbanan?
Film ini sangat saya rekomendasikan untuk disaksikan bersama keluarga. Kisahnya sederhana dan relate dengan kehidupan nyata. Benar juga menurut saya, bahwa seorang Ibu bisa sukses melahirkan, merawat, membesarkan dan mendidik anak. Tetapi belum tentu aeorang atau lebih anak mampu merawat seorang Ibu di hari tuanya.
Sungguh, film ini menhadirkan hikmah dan perenungan yang dalam bagaimana kita musti memuliakan Ibu hingga akhir hayat. Kita tak mampu membalas kebaikan dan jasanya dengan bumi dan seisinya sekalipun.
Al Fatihah, untuk Ibu yang telah mendahului kita berpulang kepadaNya.
Pula doa terbaik untuk para pembaca yang masih diberikan kesempatan membersamai Ibu dan Ayah di hari tuanya. Semoga menjadi ladang amal dalam berbuat baik kepada orang tua.
Hepi wiken, Pembaca sekalian.
Salam sehat dan selalu bahagia!
***
Artikel ke-34 2024
#Tulisanke-584
#ArtikelFilm
#BilaEsokIbuTiada
#FilmKeluaga
#NulisdiKompasiana