Kandungan Gula pada Susu Formula, Berapa Jumlah Amannya?
ASI merupakan makanan utama bayi selama 6 bulan pertama kehidupannya. Bahkan setelah mendapatkan ASI eksklusif, bayi disarankan terus menyusu hingga berusia 2 tahun, sambil mengonsumsi MPASI.
Bagi bayi yang tidak bisa mengonsumsi ASI, maka susu formula yang sesuai indikasi menjadi pilihannya.
Sebagian produk susu formula yang dijual di pasaran mengandung gula. Apakah ini aman bagi bayi? Berapa jumlah aman kandungan gula pada susu formula bagi bayi? Untuk menambah wawasan, penjelasannya sudah Popmama.com rangkum pada ulasan berikut ini.
Kandungan Gula pada Susu Formula, Berapa Jumlah Amannya?
Penambahan gula pada susu formula bayi diatur dalam peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 24 tahun 2020 tentang Pengawasan Pangan Olahan untuk Keperluan Gizi Khusus.
Laktosa dan polimer glukosa merupakan karbohidrat pilihan utama yang digunakan pada formula berbahan protein susu sapi dan protein hidrolisat. Pati yang diperbolehkan untuk ditambahkan ke dalam formula bayi hanya pati yang secara alami bebas gluten yang telah dimasak (precooked) dan atau pati yang telah digelatinisasi. Penambahan pati tersebut maksimum 30% dari total karbohidrat dan maksimum 2 g/100 ml.
Penambahan sukrosa harus dihindarkan, kecuali bila diperlukan (maksimum 20% dari total karbohidrat) dan fruktosa tidak boleh digunakan. Kedua zat tersebut berpotensi menimbulkan gejala yang mengancam kehidupan bayi intoleransi fruktosa herediter.
WHO juga membuat aturan soal tidak boleh ada penambahan gula pada produk-produk bayi.
Peran Gula dalam Susu Formula Bayi
Lalu mengapa gula dimasukkan dalam susu formula bayi? Untuk memahami mengapa gula dimasukkan dalam susu formula bayi, penting untuk memulai dengan dasar-dasar karbohidrat.
Karbohidrat adalah zat gizi makro mendasar yang ditemukan dalam banyak makanan. Karbohidrat berperan penting dalam menyediakan energi bagi tubuh kita. Salah satu cara utama tubuh memperoleh energi ini adalah dengan memecah karbohidrat menjadi gula, yang kemudian masuk ke aliran darah.
Karbohidrat dapat dibagi menjadi dua kategori besar yang mengacu pada komposisi kimianya dan bagaimana tubuh memprosesnya. Berikut dua kategori karbohidrat:
- Karbohidrat sederhana: Monosakarida ini, seperti glukosa, galaktosa, dan fruktosa, serta disakarida, seperti laktosa dan sukrosa (gula tebu), diubah dengan cepat dan efisien menjadi energi karena struktur kimianya yang tidak rumit. Laktosa, gula utama dalam ASI dan banyak susu formula bayi, adalah contoh karbohidrat sederhana.
- Karbohidrat kompleks: Sebaliknya, karbohidrat kompleks memiliki struktur kimia yang lebih rumit, terdiri dari tiga atau lebih molekul gula yang saling terkait. Maltodekstrin adalah contoh karbohidrat kompleks yang terkadang digunakan dalam susu formula bayi. Banyak makanan kaya karbohidrat kompleks juga mengandung serat, vitamin, dan mineral, dan membutuhkan waktu lebih lama untuk dicerna.
Apa Peran Gula dalam Energi dan Perkembangan Bayi?
Berikut beberapa manfaat gula bagi perkembangan bayi:
- Sumber energi: Gula adalah sumber energi utama bagi tubuh bayi yang sedang tumbuh. Saat bayi mengonsumsi gula yang terkandung dalam susu formula seperti laktosa, sistem pencernaannya akan memecahnya menjadi glukosa, yang akan diangkut ke seluruh tubuh, menyediakan energi yang dibutuhkan untuk aktivitas sehari-hari dan pertumbuhan.
- Perkembangan otak: Glukosa yang berasal dari gula sangat penting dalam mendukung perkembangan otak bayi. Otak sangat bergantung pada glukosa untuk memenuhi kebutuhan energinya, terutama selama tahap awal kehidupan ketika perkembangan kognitif yang cepat terjadi.
- Pertumbuhan dan perkembangan: Gula tidak hanya menyediakan energi; gula juga mendukung pertumbuhan dan perkembangan secara keseluruhan. Gula membantu memberi bahan bakar pada sel-sel yang bertanggung jawab untuk membangun dan memperbaiki jaringan, yang berkontribusi pada perkembangan tulang, otot, dan organ yang sehat.
Perbedaan Gula Alami dan Gula Tambahan
Saat kita mempelajari lebih dalam tentang gula dalam susu formula bayi, penting untuk membedakan antara gula alami dan gula tambahan. Perbedaan ini dapat berdampak signifikan pada nutrisi bayi secara keseluruhan.
Berikut perbedaan antara keduanya:
- Gula alami: Gula ini secara inheren terdapat dalam bahan-bahan yang digunakan untuk memformulasi susu formula, sering kali dalam bentuk laktosa dari susu sapi. Laktosa adalah gula alami yang ditemukan dalam ASI dan banyak susu formula bayi, yang menyediakan sumber energi yang berharga bagi bayi. Gula alami, seperti yang terdapat dalam buah-buahan dan sayuran, dianggap sebagai bagian dari diet seimbang.
- Gula tambahan: Di sisi lain, gula tambahan adalah gula yang sengaja dimasukkan oleh produsen ke dalam susu formula selama produksi. Ini dapat mencakup gula seperti sukrosa, sirup jagung, atau pemanis lainnya. Menambahkan gula tambahan dapat meningkatkan rasa susu formula tetapi mungkin tidak selalu memberikan manfaat nutrisi yang sama seperti gula alami.
Jenis Gula yang Mungkin Mama Temukan dalam Daftar Bahan Susu Formula
Saat memeriksa daftar bahan pada kemasan susu formula bayi, Mama mungkin menemukan berbagai istilah yang terkait dengan gula, seperti:
- Laktosa: Ini adalah gula alami dalam ASI dan sebagian besar susu formula bayi berbasis susu sapi. Laktosa merupakan sumber karbohidrat yang disukai bayi karena mudah dicerna dan menyediakan energi penting.
- Sukrosa: Ini merupakan gula tambahan umum yang mungkin Mama temukan dalam beberapa pilihan susu formula bayi. Meskipun dapat meningkatkan rasa, susu formula dengan kadar sukrosa tinggi mungkin tidak memberikan manfaat nutrisi yang sama seperti susu formula yang dimaniskan terutama dengan laktosa.
- Sirup jagung solid: Sirup jagung solid merupakan gula tambahan yang digunakan dalam beberapa susu formula untuk meningkatkan rasa manis dan merupakan pengganti laktosa yang umum. Jenis ini terdiri dari polimer glukosa dan dianggap sebagai sumber gula tambahan. Sirup jagung pada susu formula bayi dapat meningkatkan kadar gula darah lebih cepat daripada susu formula berbasis laktosa karena sirup jagung olahan memiliki indeks glikemik yang lebih tinggi.
- Dekstrosa: Dekstrosa merupakan bentuk lain dari gula tambahan yang berasal dari jagung dan digunakan dalam beberapa susu formula untuk meningkatkan rasa manis dan menyediakan karbohidrat tambahan.
- Maltodekstrin: Maltodekstrin adalah karbohidrat yang berasal dari pati yang terkadang ditambahkan ke susu formula bayi untuk menyediakan energi. Meskipun secara teknis bukan gula, ia berkontribusi pada kandungan karbohidrat dalam susu formula.
- Pati: Meskipun bukan gula, karbohidrat ini berfungsi secara signifikan dalam susu formula bayi, terutama untuk bayi yang lebih besar. Ia berfungsi sebagai zat pengental dan berkontribusi pada rasa kenyang selama menyusu. Selain itu, pati memfasilitasi penyimpanan karbohidrat (seperti laktosa dan maltodekstrin), yang dapat dimanfaatkan oleh bayi ketika mereka membutuhkan energi untuk pertumbuhan dan perkembangan mereka.
Bahaya Gula Tambahan pada Susu Formula Bayi
Studi kesehatan mengungkapkan kekhawatiran yang signifikan tentang penggunaan gula dalam susu formula bayi. Telah terdokumentasi dengan baik bahwa gula dalam nutrisi bayi dapat menyebabkan obesitas pada masa kanak-kanak, kerusakan gigi, dan masalah kesehatan seumur hidup.
Lebih jauh lagi, bayi yang mewarisi intoleransi terhadap fruktosa berisiko mengalami gagal hati akut jika mereka mengonsumsi susu formula yang mengandung fruktosa pada tahap awal ini.
Berikut beberapa bahaya kesehatan yang mungkin muncul akibat konsumsi gula tambahan secara berlebihan:
- Obesitas. Sedikit demi sedikit, susu formula bubuk yang mengandung sirup jagung dan sirup jagung fruktosa tinggi berisiko menyebabkan obesitas pada masa kanak-kanak. Para ahli menyarankan menghindari gula tambahan dengan cara apa pun. Ahli gizi dan dokter lainnya sangat yakin bahwa penyebab nomor satu epidemi obesitas pada masa kanak-kanak adalah sirup jagung fruktosa tinggi. Ketika bayi mengonsumsi gula normal (seperti yang terkandung dalam ASI, buah-buahan, sayuran, atau susu formula bayi berbasis susu), gula ini merangsang otak dengan sinyal yang memberi tahu si kecil bahwa mereka sudah kenyang. Namun, fruktosa tidak memicu sinyal kenyang (perasaan puas setelah makan) seperti halnya glukosa. Bayi akan mulai makan berlebihan. Sayangnya, mereka tidak hanya akan makan berlebihan sekarang, tetapi juga akan mulai makan berlebihan seumur hidup dan mengalami masalah kesehatan.
- Diabetes. Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi gula non-laktosa yang berlebihan dapat menyebabkan diabetes tipe II (resistensi insulin) dan, akhirnya, penyakit jantung. Hal ini dapat meningkatkan kadar trigliserida dalam darah, lemak yang menyumbat arteri dan menyebabkan penyakit kardiovaskular.
- Masalah gigi. Meskipun bayi membutuhkan waktu beberapa saat untuk tumbuh gigi, ada korelasi langsung antara gula dalam susu formula dan bahaya pada gigi baru dan yang sedang tumbuh. Gula pasir dapat merusak gigi yang sedang tumbuh karena plak dan bakteri melepaskan asam berbahaya yang merusak email gigi saat memakannya. Sirup jagung dan sirup jagung fruktosa tinggi memiliki efek yang sedikit berbeda. Keduanya menyebabkan lonjakan gula darah yang lebih intens dalam tubuh si Kecil, dan sistem tubuh yang belum matang cenderung terus-menerus menarik mineral dari gigi dan tulang untuk mengembalikan keseimbangan dalam tubuh. Karena gigi kehilangan lebih banyak mineral, gigi lebih mungkin mengalami kerusakan gigi.
Itu penjelasan tentang jumlah aman kandungan gula pada susu formula. Diskusikan dengan dokter mengenai susu formula yang tepat sesuai kondisi bayi mama. Selain itu, jangan lupa untuk membaca label pada susu formula sehingga Mama mengetahui keamanan kandungannya untuk si Kecil.
Semoga informasi di atas bisa membantu Mama dalam memilih susu formula yang tepat untuk si Kecil, ya!
Baca juga:
- Nama Lain Gula pada Susu Formula, Orangtua Penting Tahu
- Sama-Sama Gula, Apa Bedanya Sukrosa dan Laktosa pada Susu Formula?
- Apakah Gula pada Susu Bayi Berbahaya? Ini Kata Dokter