Merasakan Mondok Lima Hari Begitu Berarti
Merasakan mondok selama 5 (lima) hari mulai Selasa s/d Minggu, 5 – 10 Nopember 2024 bersama anak saya begitu berarti. Sejak kepergian ananda di Jawa pada 27 Juli 2024, tepatnya di Kabupaten Ngawi Jawa Timur.
Setiba di Ngawi ananda sempat membuat ketar-ketir orang disana, dikarena kelabilan emosi ananda. Wajar saja, orang di kampung melihat anak dengan kelabilan emosi. Bahkan dengan teganya orang desa itu ada yang menyebut “tidak waras”, memang orang di Desa Kandangan Ngawi “ragu” menerima kehadiran anak kami, ditambah kakeknya sudah meninggal.
Dari kabar yang beredar menurut orang-orang disana anak kami sering berteriak, marah-marah tanpa sebab, padahal aslinya sangat penyabar dan terbilang cerdas. Ini yang membuat kami sedih dengan narasi-narasi negatif tersebut.
Ketimbang menakut-nakuti dan jadi bahan perbincangan tetangga sekitarnya, atas bantuan dan pertimbangan mbah putrinya mencari solusi terbaik. Tak butuh waktu lama, ananda diantar oleh tetangga di Desa Kandangan Ngawi pergi mondok agar emosinya lebih tenang dan stabil pada 9 Agustus 2024, tepatnya di Pondok Pesantren Tahfidz Quran An Nurul Hidayah Banjarkota, RT / RW: 01/04, Kelurahan Banjarkejen, Kecamatan Pandaan 67156, Kabupaten/Kota Pasuruan Jawa Timur.
Alhamdulilah, anak kami diterima dengan manusiawi oleh pengasuh pondok, bahkan dibantu pengobatan yang islami, sekarang anak kami lebih sabar dan badannya lebih padat berisi. Ananda pun terlihat memiliki gairah hidup yang lebih baik, apalagi ketika mengaji Al Qur’an. Senang kami mendengarnya kala itu.
Terimakasih atas bantuan Gus, para santri dan masyarakat Banjarkota, Kelurahan Banjarkejen, Kecamatan Pandaan Kabupaten/Kota Pasuruan Jawa Timur, yang mau menerima keadaan anak kami.
Mengaji Al Quran atau bahasa jawanya nderes, menjadi santapan setiap hari bagi anak santri di Pondok Pesantren Tahfidz Quran An-Nurul Hidayah, beralamat di Banjarkota, RT/ RW: 01/04, Kelurahan Banjarkejen, Kecamatan Pandaan 67156, Kabupaten/Kota Pasuruan Jawa Timur.
Lebih kurang 3 (tiga) bulan tanpa kabar dari ananda, tepatnya tanggal 5 November 2024, saya ambil cuti tahunan bertujuan buat menjenguk kondisi ananda di pondok pesantren.
Alhamdulillah, saya pun bertemu dengan ananda yang mondok untuk memperdalam ilmu Al Quran, hati ini lega rasanya. Pasalnya kondisinya lebih baik dari sebelum mondok.
Saya pun berkesempatan bertemu dengan pengasuh pondok, beliau bercerita bahwa ananda sudah membaik, sudah tidak marah-marah, sudah bisa mengendalikan diri dan emosinya, apabila merasa sakit kepala oleh Gus ananda disuruh pergi mandi. Selama mondok dilarang bermain telepon genggam, agar tidak mengganggu proses pemulihan dan kegiatan mengaji.
Lantaran sebelumnya kami selalu cekoki obat dari dokter selama 4 (empat) tahun lamanya, apabila datang emosinya, padahal harga obatnya cukup merogoh kantong terdalam kami dan itu diakui sebagai kebodohan terbesar kami.
Rupanya Allah berkehendak lain, anak kami dengan nada tinggi agak memaksa minta pergi ke Jawa Timur, lantas kami menuruti kemauannya merantau ke tanah Jawa. Dari sinilah titik balik kehidupan ananda yang pemarah labil emosi, saat ini lebih terlihat segar, sabar, alim dan rajin mengaji.
Dengan anak saya mengatakan tidak mau kembali ke Makassar dahulu dikenal dengan sebutan Ujung Pandang (UPG). Ananda pun sempat menyentil pergaulan disana (Makassar) toxic/racun. Saya pun hanya bisa mengangguk dengan tawa lepas, melihat kelakar ananda.
Selama 5 (lima) hari saya ikut aktifitas mondok, hati ini tentram rasanya, terlebih mendengar para Al Quran berjalan ini melantunkan ayat-ayat suci Al quran, termasuk anak saya.
Lantunan ayat-ayat suci al quran membasahi bibir para santri, usai melaksanakan sholat wajib, Subuh, Dhuhur, Ashar, Maghrib serta Isya’, sebanyak 7 (tujuh) anak santri, termasuk anak saya ini rutin membaca sekaligus menghafal ayat-ayat suci Al qur’an.
Dari ke tujuh santri tersebut, 4 (empat) diantaranya masih bersekolah Tsanawiyah, setingkat SMP sederajat. Untuk biaya pendidikan ke empat santri tersebut ditanggung pengasuh pondok pesantren.
Pada waktu tertentu, anak-anak santri ini setoran bacaan ataupun hafalannya dihadapan pengasuh pondok pesantren, untuk diperbaiki bacaan serta tajwidnya.
Khusus hari Jum’at libur mengaji, sebagai gantinya, membersihkan seluruh ruangan pondok. Mulai dari kamar mandi, dapur hingga kamar-kamar para Santri. Sore hingga malam hari digunakan untuk kajian ilmu agama yang dituturkan langsung oleh Gus Tholib selaku pengasuh Pondok.
Kondisi pondok terbilang cukup bersih meski panas sebab dari pengaruh iklim, hal tersebut lantaran Desa ini, belakangan ini tidak pernah tersentuh air hujan. Saking panasnya, nyamuk pun enggan menyentuh kulit anak-anak santri.
Namun demikian kondisinya, tak menyiutkan para santri melafal dan menghafal Al Quran. Dibalik itu semua, sebagai orang tua, kami bangga, salah satu putera kami ambil bagian dalam proses mendalami ilmu Al Quran di Ponpes ini.
Sebab memiliki anak atau cucu penghafal Al-Qur’an merupakan keinginan almarhum mbah kakung atau kakeknya, semasa hidupnya boleh dibilang kyai di Desa, selain itu memiliki anak seorang hafidz sebuah kebanggaan bagi orang tua. Ada banyak keutamaan yang dijanjikan bagi penghafal Al-Qur’an dan orang tuanya, di antaranya, Rasulullah SAW bersabda,
“Barang siapa yang menghafal Alquran dan mengamalkan isinya, maka akan dipakaikan kepada kedua orang tuanya mahkota pada Hari Kiamat”.
Kemudian keistimewaan memiliki anak seorang hafidz Quran memberikan syafaat untuk keluarga di akhirat. Penghafal Al-Qur’an akan mendapatkan perlakuan istimewa di hari kiamat dan akhirat. Penghafal Al-Qur’an akan mendapatkan tempat yang dihormati di masyarakat.
Para Penghafal Al-Qur’an akan mendapatkan derajat yang lebih tinggi di surga. Penghafal Al-Qur’an akan dianggap sebagai keluarga Allah di bumi.
Selain itu, ada beberapa keutamaan lain yang dijanjikan bagi penghafal Al-Qur’an, seperti, didahulukan menjadi imam ketika shalat jama’ah, Didahulukan untuk dimakamkan, Diutamakan untuk menjadi pemimpin, Akan ditemani malaikat.
Salah satu pendidikan yang tidak pernah diajarkan di sekolah formal yakni kejujuran, selalu menjaga kebersihan pondok pesantren, bekerjasama dan sopan santun dalam bergaul sesama santri maupun di masyarakat juga dengan pengasuh pondok.
Selanjutnya, bagi hamba Allah yang ingin menyisihkan rejekinya silahkan hubungi saya melalui inbox atau surel saya. Insya Alloh amanah tersebut akan sampaikan langsung ke pengasuh pondok pesantren. Demikian pesan pengasuh pondok kepada saya selaku salah satu keluarga ponpes.