Informasi Terpercaya Masa Kini

Untuk Apa Ribut Terus? Mari Berdamai dengan Diri Sendiri

0 3

Orang bijak pernah berkata, mereka yang kuat adalah ketika mampu berdamai dengan diri sendiri, bukannya orang yang hebat dalam berdebat dan berkelahi.

Berdamai dengan diri sendiri sepertinya adalah jargon yang mudah dan indah untuk diucapkan, namun sulit untuk diterapkan. benarkah?

Untuk mereka yang saat ini masih bergelut dengan pikiran di dalam dirinya, menyebut kata berdamai tentulah sulit, karena biasanya kita di kala seperti itu malah asyik mencari segala pembenaran.

Ke sana ke mari curhat, bukan untuk mencari kebenaran karena di kepalanya sudah berbekal aneka pembenaran. Jadi curhatnya hanya untuk mencocokkan serta validasi atas segala pembenaran di dalam pikirannya tersebut.

Dilansir dari greatmind.id, otak manusia adalah salah satu ‘pabrik’ yang paling produktif. Dalam satu hari, kita bisa menghasilkan 50.000 hingga 70.000 buah pikiran. Gila kan?

Bayangkan jika itu dikembangkan dan dijadikan tulisan maka bisa jadi buku yang tebal, bukan? 

Sayangnya pikiran kita tidak se-linier itu karena dari sekian banyak buah pikiran tadi keluar secara random atau acak. Dan inilah yang akan membuat kita seperti orang yang “sibuk”.

Overthinking, istilahnya. Terlihat diam secara fisik, padahal pikirannya berisik sekali bahkan sudah mulai “bertempur” satu sama lain. 

Tak heran mereka yang berada dalam kondisi demikian kerap akan merasakan kelelahan baik secara fisik maupun mental. Pikirannya benar-benar membuat lelah.

Pikiran manusia terdiri dari dua bagian, yaitu pikiran sadar dan pikiran bawah sadar:

Pikiran sadar: Hanya memiliki pengaruh 12% terhadap perilaku manusia.Pikiran bawah sadar: Lebih banyak mempengaruhi perilaku manusia, yaitu sekitar 88%. Pikiran bawah sadar merupakan proses mental yang berfungsi secara otomatis sehingga sulit untuk dikendalikan secara sengaja.

Itulah yang membuat kita lelah, karena dominasi pikiran manusia itu berada di alam bawah sadarnya. Karena namanya bawah sadar, maka seringkali tidak bisa dikendalikan secara sadar.

Dra. Mira Laksmi Amiretno Rumeser, seorang konsultan psikologi mengemukakan pendapatnya tentang bagaimana cara kita melatih kemampuan untuk bisa berdamai dengan diri sendiri. 

Yakni jika seseorang memiliki kesehatan cukup baik, yang diutamakan di sini adalah kesehatan secara mental.

Hal tersebut didapati dari cara kita mensyukuri kemampuan dan apa yang telah didapatkan saat ini. Selain itu, menerima segala keadaan pada diri sendiri untuk tidak hanya melihat kekurangan yang ada. 

Dua hal tersebut merupakan langkah yang paling penting agar setiap manusia dapat memiliki kehidupan dan kesehatan yang baik secara mental dan fisik.

Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat melatih diri kamu untuk bisa berdamai dengan diri sendiri, di antaranya:

1. Berikan waktu untuk diri sendiri

2. Belajar untuk membuka diri

3. Lakukanlah kegiatan yang positif

4. Menghargai setiap kemajuan yang berhasil dicapai

5. Menangis

6. Memberikan kepercayaan pada diri sendiri

7. Kurangi ambisius pada diri sendiri

8. Hadapi rasa takut

9. Berusaha untuk memahami rasa kecewa

10. Mengukur kekurangan dan kelebihan dalam diri sendiri

11. Menjaga kesehatan

12. Jangan memiliki sifat ketergantungan pada orang lain

13. Mengeluarkan sisi kreatif yang dimiliki

14. Berserah dan mendekatkan diri kepada Tuhan

Cara lainnya adalah dengan salah satu pendekatan yang mudah dilakukan untuk melakukan ‘bersih-bersih’ pikiran ini yaitu dengan mengikuti metode Bullet Journal.

Marie Kondo dengan metode KonMari mengajarkan kita membuang barang yang dirasa tidak perlu dan tidak memberikan kebahagiaan dalam hidup, hal serupa pun coba diterapkan saat kita membuat catatan pikiran ini. 

Cobalah memulainya dengan mengambil selembar kertas yang diletakkan secara horizontal dan bagi menjadi tiga kolom.

Dalam kolom pertama, tulis dan daftarkan seluruh hal yang sedang dilakukan saat ini.Dalam kolom kedua, tulis dan daftarkan seluruh hal yang seharusnya dikerjakan.Dalam kolom terakhir, tuliskan daftar hal yang kita ingin kerjakan. Usahakan untuk menulis hal-hal tersebut secara singkat dan dalam bentuk poin-poin. Tuliskan juga jika mengharuskan adanya tugas-tugas kecil turunan dari tugas yang ada tersebut. Proses menuliskan daftar ini memberikan kita kesempatan untuk berlatih berpikir dan mencoba jujur pada diri sendiri mengenai apa yang seharusnya kita prioritaskan. Setelah semua tugas-tugas tersebut dituliskan, tanyakan dua pertanyaan ini: Pertama, Apakah hal tersebut berarti untuk kita atau untuk orang sekitar kita? Kedua, Apakah hal ini adalah penting untuk dilakukan?

Jika kesulitan menjawab dua pertanyaan tadi atas tugas-tugas yang telah didaftarkan, coba bayangkan apabila hal tersebut tidak dilakukan sama sekali. 

Apakah akan ada pengaruhnya dalam kehidupan? Semua hal yang tidak lolos dari ‘tes’ ini berarti adalah sebuah distraksi (proses mengalihkan perhatian dari area fokus yang diinginkan, sehingga mengurangi atau menghalangi penerimaan informasi yang diinginkan). 

Itu hanyalah hal remeh-temeh yang tidak membawa arti bagi hidup. Segera coret dari daftar — dan juga dari dalam kepala.

Banyak cara untuk berdamai dengan diri sendiri dan semua itu akan percuma jika ternyata tidak adanya keinginan kuat untuk melakukan sebuah perbaikan.***

Leave a comment