Iron Beam, Sistem Pertahanan Baru Israel “Pelapis” Iron Dome
KOMPAS.com – Israel tengah mengembangkan sistem pertahanan laser Iron Beam yang diharapkan akan beroperasi kurang dalam setahun.
Iron Beam adalah sistem pertahanan yang dirancang untuk bekerja sama dengan sistem seperti Iron Dome, guna menembak jatuh proyektil berukuran lebih kecil.
Direktur Jenderal Kementerian Pertahanan Israel, Eyal Zamir mengatakan, sistem ini akan membawa “era peperangan baru” di kawasan regionalnya.
Baca juga: Israel Kembali Diserang, Sistem Pertahanan Udara Iron Dome Bobol Lagi
Mengenal Iron Beam
Israel baru-baru ini menandatangani kontrak dengan perusahaan teknologi pertahanan sekaligus pengembang Iron Dome, Rafael Advanced Defense Systems, serta perusahaan kontraktor pertahanan Elbit Systems.
Kontrak senilai lebih dari 500 juta dollar AS atau sekitar lebih dari Rp 7,9 triliun (kurs Rp 15.849 per dollar AS) itu bertujuan untuk memperluas produksi perisai pertahanan.
“Kemampuan pertama sistem laser darat, diharapkan dapat mulai beroperasi dalam waktu satu tahun dari sekarang,” kata Zamir saat penandatanganan kontrak, dilansir dari Times of Israel, Senin (28/10/2024).
Dijuluki Iron Beam, perisai tersebut bekerja menggunakan laser berkekuatan tinggi untuk melawan serangkaian proyektil, termasuk rudal, pesawat nirawak, roket, dan mortir.
Baca juga: Staf Medis Ditahan Israel, Hanya 1 Dokter Tersisa di RS Kamal Adwan Gaza
Negara pimpinan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu itu pertama kali mengungkap prototipe atau model awal Iron Beam pada 2021.
Sejak itu, Israel terus berupaya untuk mengoperasikannya, di tengah serangan ke Gaza, Palestina, dan Lebanon.
Israel juga terlibat “saling adu” dengan Iran yang tercatat dua kali melakukan serangan langsung ke wilayahnya pada April dan Oktober lalu.
Iran berusaha menembus sistem pertahanan udara canggih Iron Dome dengan melemparkan berbagai proyektil, seperti roket, pesawat nirawak, mortir, dan rudal balistik.
Ahli pun mengatakan, Iron Beam dapat menjadi lapisan pertahanan tambahan bagi Israel, baik dari segi efektivitas maupun biaya.
Baca juga: Apa Itu Iron Dome, Pertahanan Udara Israel yang Dibobol Rudal Iran
Cara kerja Iron Beam, sistem pertahanan Israel
Dikutip dari CNN, Jumat (1/11/2024), sistem pertahanan Iron Beam Israel menggunakan laser berdaya tinggi yang ditempatkan di darat.
Dengan jangkauan ratusan meter hingga beberapa kilometer, laser akan memanaskan peluru target di area rentan, termasuk mesin atau hulu ledaknya, hingga proyektil tersebut hancur.
Hal ini berbeda dengan cara manual yang selama ini digunakan Israel dalam menghancurkan serangan rudal dan roket.
Biasanya, radar digunakan untuk mengidentifikasi ancaman yang datang, baru kemudian rudal pencegat ditembakkan guna menghancurkan proyektil di udara.
Baca juga: Terungkap Detail Rudal Rahasia Israel yang Dipakai Menyerang Iran
Peneliti senior di Institute for National Security Studies (INSS) di Tel Aviv, Yehoshua Kalisky menyebutkan, dibandingkan Iron Dome, perisai laser akan lebih murah, cepat, dan efektif.
Menurut dia, setiap rudal pencegat Iron Dome diperkirakan menelan biaya sekitar 50.000 dollar AS atau setara Rp 792 juta.
Belum lagi, setiap kali pencegatan, Israel menembakkan dua rudal, sehingga membutuhkan biaya cukup besar.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) pun hampir mencegat proyektil setiap hari sejak konflik di kawasan Timur Tengah memanas.
Baca juga: Rudal Iran Serang Israel di Tel Aviv, Mengapa Sistem Iron Dome Bisa Jebol?
Efektif untuk melawan drone
Di sisi lain, Rafael Advanced Defense Systems yang membantu memproduksi Iron Beam mengungkapkan, sistem pertahanan laser memiliki biaya hampir nol per intersepsi.
Pada 2022, mantan Perdana Menteri Israel Naftali Bennett mengatakan, setiap intersepsi berbasis laser diperkirakan hanya menelan biaya 2 dollar AS, sekitar Rp 31.698.
Sistem laser juga diklaim paling efektif melawan pesawat tak berawak, yang berulang kali gagal dicegat oleh Iron Dome Israel.
Meski Iron Dome berhasil mencegat dan menghancurkan sebagian besar proyektil, sistem ini sebenarnya dirancang untuk melawan roket dan rudal, bukan pesawat nirawak.
Kendaraan udara nirawak berukuran kecil, ringan, dan memiliki jejak radar yang rendah, sehingga tidak selalu terdeteksi oleh sistem radar Israel.
Baca juga: Alasan Israel Serang Iran, Bombardir Situs MIliter dan Pabrik Rudal
Tidak hanya itu, pesawat nirawak juga tidak selalu memiliki tujuan serangan yang pasti dan dapat berubah arah di tengah perjalanan.
Oleh karena itu, Kalisky menilai, laser pada sistem pertahanan Iron Beam secara efektif akan mampu “memanaskan dan menghancurkan” pesawat nirawak.
Selain Israel, sejumlah negara lain telah bereksperimen dengan berbagai jenis sistem pertahanan laser.
Angkatan Laut Amerika Serikat, misalnya, telah menguji senjata laser berenergi tinggi yang dapat menghancurkan pesawat di tengah penerbangan.
Baru-baru ini, Inggris turut memamerkan senjata berenergi laser bernama DragonFire yang dapat digunakan untuk melawan ancaman udara.
Pentagon, markas besar Departemen Pertahanan AS juga mengatakan, China dan Rusia sedang mengembangkan laser yang dapat menargetkan satelit.