Informasi Terpercaya Masa Kini

Alergi Telur, Bagaimana Gejala dan Pencegahannya?

0 3

KOMPAS.com– Telur merupakan salah satu makanan penyebab alergi yang paling umum pada anak-anak meski dalam beberapa kasus juga terjadi pada orang dewasa.

Alergi telur terjadi ketika sistem kekebalan tubuh secara keliru menganggap zat yang tidak berbahaya, seperti protein dalam telur, sebagai ancaman.

Hal ini memicu tubuh untuk memproduksi antibodi terhadap protein tersebut, yang menyebabkan reaksi alergi saat terpapar di lain waktu.

Baca juga: Alergi Telur

Baik kuning telur maupun putih telur mengandung protein yang dapat menyebabkan alergi, tetapi alergi terhadap putih telur adalah yang paling umum. Bayi yang disusui mungkin mengalami reaksi alergi terhadap protein telur dalam air susu ibu (ASI) jika sang ibu mengonsumsi telur.

Gejala

Disarikan dari berbagai sumber, reaksi alergi telur berbeda-beda pada setiap orang dan biasanya terjadi segera setelah terpapar telur. Gejala alergi telur dapat meliputi:

-Peradangan kulit atau gatal-gatal, merupakan reaksi alergi telur yang paling umum

-Hidung tersumbat, pilek dan bersin (rinitis alergi)

-Gejala pencernaan, seperti kram, mual dan muntah

-Tanda dan gejala asma seperti batuk, mengi, sesak dada atau sesak napas

-Anafilaksis

Reaksi alergi yang parah dapat menyebabkan anafilaksis, keadaan darurat yang mengancam jiwa yang memerlukan suntikan epinefrin (adrenalin) segera dan perjalanan ke ruang gawat darurat.

Tanda dan gejala anafilaksis, di antaranya:

-Penyempitan saluran udara, termasuk tenggorokan yang bengkak atau benjolan di tenggorokan yang membuat sulit bernapas

-Sakit perut dan kram

-Denyut nadi cepat

-Syok, dengan penurunan tekanan darah yang parah yang dirasakan seperti pusing, sakit kepala ringan atau kehilangan kesadaran.

Baca juga: 5 Gejala Alergi Telur yang Perlu Diwaspadai

Faktor risiko

Faktor-faktor tertentu dapat meningkatkan risiko timbulnya alergi telur:

-Dermatitis atopik.

Anak-anak dengan jenis reaksi kulit ini lebih mungkin mengalami alergi makanan daripada anak-anak yang tidak memiliki masalah kulit.

-Riwayat keluarga.

Seseorang berisiko lebih tinggi mengalami alergi makanan jika salah satu atau kedua orangtua menderita asma, alergi makanan, atau jenis alergi lainnya, seperti demam serbuk sari, gatal-gatal, atau eksim.

-Usia

Alergi telur paling sering terjadi pada anak-anak. Seiring bertambahnya usia, sistem pencernaan menjadi lebih matang dan reaksi alergi terhadap makanan cenderung tidak terjadi.

Komplikasi

Komplikasi paling signifikan dari alergi telur adalah terjadinya reaksi alergi parah yang memerlukan suntikan epinefrin dan perawatan darurat.

Jika seseorang memiliki alergi telur, ia mungkin berisiko lebih tinggi terkena:

-Alergi terhadap makanan lain, seperti susu, kedelai atau kacang tanah

-Alergi terhadap bulu hewan peliharaan, tungau debu, atau serbuk sari rumput

-Reaksi alergi pada kulit seperti dermatitis atopik

-Asma, yang pada gilirannya meningkatkan risiko terjadinya reaksi alergi parah terhadap telur atau makanan lainnya

Pencegahan

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menghindari reaksi alergi dan mencegahnya bertambah parah, seperti:

-Baca label makanan dengan seksama. Sebagian orang bereaksi terhadap makanan yang hanya mengandung sedikit telur.

-Berhati-hatilah saat makan di luar

-Bagi ibu menyusui, hindari telur. Jika anak alergi telur, ia mungkin bereaksi terhadap protein yang masuk melalui air susu ibu (ASI).

-Hati-hati sumber tersembunyi produk telur

Meskipun makanan tersebut berlabel bebas telur, makanan tersebut mungkin masih mengandung beberapa protein telur.

Makanan yang mengandung telur, misalnya permen, mayones, kue, makanan yang dipanggang, makanan yang dilapisi tepung roti, lapisan gula, daging olahan, bakso, puding, saus salad, pasta, dan lain-lain.

Saat membeli makanan olahan, perhatikan beberapa istilah menunjukkan bahwa produk telur telah digunakan dalam pembuatannya, misalnya albumin, globulin,lesitin, lisozim, vitellin.

Selain itu, ada juga kata-kata yang dimulai dengan “ova” atau “ovo,” seperti ovalbumin atau ovoglobulin.

Leave a comment