Cerita Sopir Truk Naik Haji: Modal Tekad, Bismillah, Sisanya Allah yang Mampukan
KOMPAS.com – Abdul Kodir (65) duduk di belakang kemudi selama 10 menit. Ia mencoba menyalakan mobil, namun tak berhasil.
Penarasan, ia turun dari truk jenis Colt Diesel 120 PS tersebut. Begitu kaki menginjak tanah, ia jongkok, melihat ke beberapa bagian mobil.
Tak berapa lama, warga Cileunyi, Bandung, Jawa Barat ini kembali naik ke mobil dan duduk di belakang kemudi. Dicobanya lagi starter, tetap tak berhasil.
Baca juga: Cerita Polisi Latih Santri Haji Miskin, Ponpes yang Tak Pernah Upacara 32 Tahun
“Maklumlah, truk kolot (tua),” ujar Kodir kepada Kompas.com di Bandung, akhir pekan lalu.
Mobil berwarna krem ini hampir berusia 20 tahun. Seharusnya ditukar dengan yang baru, namun tidak dilakukan karena tidak sanggup untuk mencicilnya. Selain itu, banyak kenangan dari mobil itu.
“Truk ini yang membawa saya pergi haji dan menyekolahkan anak-anak saya sampai sarjana,” tutur pria asli Garut, Jawa Barat tersebut.
Sambil membenarkan posisi duduk, Kodir menceritakan bagaimana perjuangannya mengumpulkan uang untuk berhaji.
Saat itu, di tahun 2011, secara hitungan matematika tidak mungkin dirinya bisa pergi berhaji. Penghasilannya saat itu sangat minim, di tengah hutang yang lumayan besar. Belum ditambah anak kuliah.
Jika dihitung, dalam sehari, paling besar ia mengantongi Rp 200.000, ada kalanya tidak ada tarikan berhari-hari. Untuk itu, ia dan keluarganya selalu berhemat. Makan pun jarang dengan daging, ia lebih banyak mengonsumsi tumisan sayur.
“Keinginan untuk berhaji sangat besar, tapi bermimpi pun ga berani, karena dari mana uangnya. Walaupun dalam hati ingin sekali dan terus berdoa semoga bisa ke Baitullah,” ucap pria lulusan SMP tersebut.
Suatu hari anak ketiganya bilang, untuk yakin saja sama Allah, tidak perlu berfikir banyak, nabung, dan bisa pergi. Mendengar ucapan itu, dengan bermodal keyakinan, ia meminta istrinya sebisa mungkin menyisihkan uang untuk berhaji. Terkadang Rp 10.000, Rp 50.000, Rp 100.000, seadanya saja.
“Saya meyakini Allah bukan memanggil orang yang mampu, tapi memampukan orang yang Allah panggil. Bismillah saja,” ungkap dia.
Dua tahun kemudian dengan tidak diduga ia bisa mengumpulkan uang Rp 50 juta untuk daftar 2 porsi haji bareng istrinya, Karmini. Keajaiban kembali datang saat ia harus melunasi karena sudah ada panggilan untuk pergi haji 5 tahun kemudian.
Padahal sebulan sebelum berangkat, ia tidak punya bayangan akan mendapatkan uang dari mana.