Informasi Terpercaya Masa Kini

Atasi Overtourism, Bukchon Hanok Village, Seoul, Batasi Jumlah Kunjungan Turis

0 3

Salah satu desa bersejarah paling ikonik di Seoul, Korea Selatan, yaitu Bukchon Hanok Village bakal membatasi jumlah kunjungan turis mulai November mendatang. Hal ini untuk mengatasi overtourism yang terus terjadi di desa yang merupakan rumah warga tersebut.

Dilansir Korea Korea Times, Kantor Distrik Jongno akan memberlakukan jam malam ke salah satu kawasan paling populer tersebut. Nantinya, di sepanjang Bukchon-ro 11-gil akan dilabeli zona merah mulai pukul 17.00 hingga 10.00 waktu setempat.

Mereka yang melanggar peraturan akan didenda hingga 100 ribu won atau Rp 1,2 juta setelah bulan Maret, ketika kantor distrik mengakhiri fase uji coba dan secara resmi meluncurkan kebijakan tersebut. Namun, warga, pemilik bisnis, dan tamu di tempat tinggal hanok akan dibebaskan dari jam malam.

Bukchon-ro 5-ga-gil dan Gye-dong-gil yang berisi perumahan hanok, kedai kopi, dan restoran saat ini ditetapkan sebagai zona oranye. Kantor distrik berencana untuk menugaskan karyawan untuk memantau dan memandu turis, daripada menetapkan jam malam.

Bukchon-ro 12-gil ditetapkan sebagai zona kuning, yang juga direncanakan akan dipantau oleh kantor distrik. Sedangkan, bus carter dengan rombongan tur akan dilarang memasuki bagian Bukchon-ro sepanjang 1,5 kilometer dari Stasiun Anguk di Seoul Metro Line 3 hingga pintu masuk Taman Samcheong.

Nantinya, setelah masa uji coba yang dimulai Juli mendatang, pemerintah setempat berencana untuk memblokir bus carteran secara permanen pada Januari 2026 mendatang.

Sementara itu, terletak di bagian utara pusat kota yang tenang, Bukchon Hanok Village merupakan kawasan pemukiman tradisional yang dibangun pada Dinasti Joseon tahun 1392-1897.

Lorong-lorong sempitnya yang dipenuhi rumah-rumah hanok tradisional dengan tiang-tiang kayu dan atap genteng khas zaman dahulu, menarik banyak pengunjung domestik dan internasional. Bahkan, mereka sering kali datang ke kawasan ini mengenakan kostum tradisional Korea.

Namun, seiring dengan semakin populernya kawasan ini di kalangan wisatawan, penduduk menghadapi masalah overtourism, seperti kebisingan yang berlebihan, pembuangan sampah sembarangan, dan pelanggaran privasi siang dan malam.

Bahkan, menurut warga setempat, beberapa wisatawan tertangkap basah mencoba memasuki rumah-rumah pribadi atau mengintip tanpa izin.

“Akibatnya, banyak yang memilik pergi dari perumahan tersebut, yang menyebabkan penurunan populasi desa sebesar 27,6 persen selama lima tahun terakhir. Jumlah pengaduan yang diajukan ke kantor distrik juga melonjak dari 56 menjadi 202 selama periode yang sama,” kata Kantor Distrik Jongno.

Tahun lalu, Bukchon Hanok Village menarik sekitar 6,4 juta turis yang berarti lebih dari 1.000 kali lipat jumlah penduduk di daerah tersebut yang berjumlah 6.100 orang.

Selama ini, kantor distrik juga sudah menempatkan petugas yang berbicara beberapa bahasa di sekitar desa, untuk memandu turis asing dan memberi tahu mereka tentang jam malam.

Untuk lebih menginformasikan turis asing, kantor distrik juga mengirimkan surat kepada lebih dari 200 organisasi dan lembaga terkait pariwisata, termasuk Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata; Organisasi Pariwisata Korea; dan Organisasi Pariwisata Seoul.

Leave a comment