Informasi Terpercaya Masa Kini

7 Kondisi yang Tepat untuk Konsumsi Suplemen Vitamin D

0 3

KOMPAS.com – Semua orang membutuhkan vitamin D, dan beberapa di antaranya membutuhkan asupan suplemen untuk mencapai angka kecukupan vitamin D harian.

Mengutip Cleveland Clinic, vitamin D merupakan vitamin penting yang larut dalam lemak, yang digunakan tubuh untuk perkembangan dan pemeliharaan tulang yang normal.

Vitamin ini juga berperan dalam sistem saraf, sistem muskuloskeletal, dan sistem kekebalan tubuh.

Baca juga: Tanda-tanda Keracunan Vitamin D karena Konsumsi Dosis Berlebihan 

Merujuk Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, angka kecukupan vitamin D rata-rata setiap orang adalah 600 IU (15 mcg) per hari.

Angka kecukupan vitamin D harian sebenarnya bisa dipenuhi dari sinar matahari dan makanan.

Namun, kekurangan vitamin D bisa terjadi, sehingga membutuhkan asupan suplemen.

Baca juga: Apakah Konsumsi Suplemen Vitamin D Aman? Ini Ulasannya… 

Menurut Kemenkes, penyebab kekurangan vitamin D biasanya karena gaya hidup yang cenderung menghindari matahari, penggunaan tabir surya, dan asupan makanan kaya vitamin D rendah (meliputi salmon, mackerel, tuna, minyak ikan cod, jamur, dan kuning telur).

Selain itu, ada beberapa kondisi tertentu yang membuat seseorang lebih berisiko kekurangan vitamin D, sehingga membutuhkan asupan suplemen.

Kondisi apa saja yang membuat seseorang membutuhkan suplemen vitamin D? Baca terus artikel ini yang akan mengulasnya.

Baca juga: Apa yang Terjadi pada Tubuh jika Konsumsi Vitamin D Setiap Hari? 

Apa kondisi yang mungkin membuat Anda butuh konsumsi suplemen vitamin D?

Mengutip Eating Well, ada tujuh kondisi yang membuat Anda lebih berisiko kekurangan vitamin D, di antaranya saat menjelang lanjut usia, mengalami osteoporosis, penyakit neurologis, serta hamil.

Pada saat itu juga adalah waktu yang sangat tepat, jika Anda mengonsumsi suplemen vitamin D.

Berikut beberapa kondisi yang dimaksud:

  • Menjelang lanjut usia

Seiring bertambahnya usia, Anda mengalami proses penambahan dan kehilangan kepadatan dan massa tulang.

Setelah usia 50 tahun, kerusakan tulang (juga dikenal sebagai resorpsi) akan terjadi lebih cepat, jadi vitamin D dan kalsium yang cukup untuk memperkuat tulang sangat penting pada masa ini.

Penelitian yang dipublikasikan pada 2022 di Endocrine menunjukkan bahwa orang dewasa yang menua dapat memperoleh manfaat dari suplementasi vitamin D dosis rendah (sekitar 25 mikrogram sehari).

Baca juga: Orang-orang yang Berisiko Kekurangan Vitamin D, Bisa Bayi dan Orang Tua 

  • Osteoporosis dan osteopenia

Osteoporosis dan osteopenia adalah kondisi yang membuat tulang menjadi lemah, meski osteopenia tidak separah osteoporosis.

Suplemen vitamin D populer untuk mendukung kesehatan tulang dan dapat digunakan untuk membantu mengobati kondisi tulang seperti osteoporosis dan osteopenia.

  • Mengalami penyakit neurologis

Tinjauan pada 2023 dalam Biomedicine & Pharmacotherapy menunjukkan bagaimana vitamin D berperan sebagai neurosteroid dalam tubuh, yang penting untuk perkembangan dan fungsi otak seseorang.

Kadar vitamin D yang rendah telah dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit neurologis seperti penyakit Alzheimer, penyakit Parkinson, epilepsi, dan multiple sclerosis.

Jika Anda sudah mengalami penyakit neurologis, artinya Anda sangat membutuhkan konsumsi suplemen vitamin D untuk mencegah gangguan kesehatan semakin parah.

Baca juga: Gejala Kekurangan Vitamin D, yang Bisa Sebabkan Nyeri Tulang dan Otot 

  • Gangguan malabsorpsi

Gangguan malabsorpsi tertentu juga dapat mengakibatkan defisiensi vitamin D yang parah, sebagaimana dicatat dalam tinjauan pada 2015 di Journal of Digestive Diseases.

Gangguan malabsorpsi, seperti fibrosis kistik, penyakit celiac, sindrom usus pendek, dan penyakit radang usus.

Kondisi ini membuat sulit untuk mencerna dan menyerap nutrisi tertentu.

Oleh karena itu, orang dengan gangguan malabsorpsi memerlukan suplementasi untuk mendapatkan jumlah vitamin D yang cukup dan mencegah kondisi terkait defisiensi lainnya.

  • Penyakit ginjal dan hati

Penyakit ginjal dan hati mengakibatkan berkurangnya enzim yang dibutuhkan untuk mengubah vitamin D menjadi bentuk yang dapat digunakan tubuh.

Sehingga, orang dengan kondisi ini sangat rentan mengalami kekurangan vitamin D. Mengonsumsi suplemen vitamin D bisa menjadi salah satu perawatannya.

Sebuah meta-analisis pada 2021 yang diterbitkan dalam Frontiers of Pharmacology menyimpulkan bahwa suplementasi vitamin D dapat dianggap sebagai strategi yang efektif bagi mereka yang mengelola penyakit hati berlemak nonalkohol (NAFLD).

  • Depresi

Tingkat vitamin D yang rendah telah dikaitkan dengan peningkatan gejala gangguan suasana hati seperti depresi.

Oleh karena itu, pakar menyarankan orang dengan depresi harus lebih menghabiskan waktu di luar rumah untuk mendapatkan sinar matahari, makan makanan sumber vitamin D, atau mengonsumsi suplemen.

Pemenuhan vitamin D sangat dibutuhkan, selain mereka juga harus mengikuti perawatan kesehatan mental yang sesuai.

Baca juga: 10 Akibat Kekurangan Vitamin D pada Tubuh Kita 

  • Kehamilan

Saat hamil, pemenuhan angka kecukupan vitamin D harian sangatlah penting.

Vitamin D berperan penting dalam perkembangan janin, kesehatan tulang, dan fungsi kekebalan tubuh.

Ibu hamil sering kali memiliki kebutuhan vitamin D yang meningkat untuk mendukung pertumbuhan janin dan menjaga kesehatan mereka sendiri.

Oleh karena itu, jika seorang ibu hamil tidak bisa memenuhi kebutuhan vitamin D melalui sinar matahari dan makanan, tentu pilihan lainnya adalah mengonsumsi suplemen.

Tinjauan pada 2020 Current Opinion in Obstetrics and Gynecology menunjukkan bahwa suplementasi vitamin D bisa jadi pilihan bijaksana selama kehamilan.

Suplemen ini dapat meningkatkan pertumbuhan janin sekaligus mengurangi risiko kondisi tertentu, seperti berat badan lahir rendah (BBLR), preeklamsia, kelahiran prematur, dan diabetes gestasional.

Demikianlah beberapa kondisi yang berisiko mengalami kekurangan vitamin D, sehingga membutuhkan suplementasi.

Namun, dosis suplemen vitamin D yang dikonsumsi harus diperhatikan betul karena jika berlebihan bisa mengakibatkan keracunan.

Keracunan vitamin D paling sering terjadi akibat mengonsumsi vitamin D yang diresepkan dokter terlalu banyak atau mengonsumsi suplemen vitamin D yang dijual bebas terlalu banyak.

Jika Anda mengonsumsi suplemen vitamin D, Anda harus melakukan pemeriksaan darah secara berkala untuk menguji kadar vitamin D Anda.

Baca juga: Studi: Vitamin D Redakan Neuropati Perifer Akibat Kemoterapi

Leave a comment