Seluk-beluk Marvel Television, Divisi Anyar Marvel Cinematic
TEMPO.CO, Jakarta – Sejak perilisan Iron Man pada 2008, Marvel Cinematic Universe (MCU) telah menjelma menjadi raksasa di dunia film superhero. Namun, satu aspek yang sering terlewatkan adalah Marvel Television, yang berdiri sebagai divisi tersendiri hingga 2019, saat akhirnya bergabung dengan Marvel Studios.
Marvel Television didirikan pada 2010, dipimpin oleh Jeph Loeb, dengan misi mengembangkan serial TV berbasis karakter-karakter dari komik Marvel. Serial pertama, Agents of S.H.I.E.L.D., diluncurkan pada 2013 dan berusaha menjadi jembatan antara film dan TV. Meskipun serial ini mendapat perhatian, sering kali alur cerita dan kualitas produksinya tidak sejalan dengan film-film MCU.
Setelah Agents of S.H.I.E.L.D., Marvel Television meluncurkan serial-serial lain, termasuk Agent Carter dan kolaborasi dengan Netflix seperti Daredevil, Jessica Jones, Luke Cage, dan Iron Fist. Serial-serial Netflix mendapatkan sambutan baik, terutama karena karakter-karakter yang lebih gelap dan kompleks. Namun, perbedaan dalam tone dan keterbatasan integrasi dengan MCU membuat serial-serial ini terasa terpisah dari keseluruhan narasi Marvel.
Pada 2019, keputusan besar diambil dengan mengintegrasikan Marvel Television ke dalam Marvel Studios. Penggabungan ini membuat Marvel Television resmi dihentikan, dan seluruh proyek TV Marvel kini berada di bawah komando Kevin Feige, yang juga bertindak sebagai Chief Creative Officer Marvel.
Dampak dari perubahan ini jelas terlihat dalam serial-serial terbaru MCU yang eksklusif di Disney+, seperti WandaVision, The Falcon and The Winter Soldier, Loki, dan Hawkeye.
Serial-serial Disney+ ini mengadopsi kualitas produksi dan narasi yang setara dengan film-film layar lebar Marvel, memberikan pengalaman sinematik yang lebih menyatu dengan semesta MCU.
Tidak ada lagi perbedaan dunia antara film dan serial TV; alur cerita dan karakter dari serial kini berhubungan erat dengan film-film MCU mendatang. Contohnya, WandaVision berdampak langsung pada Doctor Strange in the Multiverse of Madness, sementara Loki membuka konsep multiverse yang menjadi tema utama fase terbaru MCU.
Penggabungan Marvel Television dan Marvel Studios menawarkan keuntungan besar dalam menciptakan kesinambungan dalam alur cerita dan karakter. Ini memberi kesempatan bagi Marvel untuk mengeksplorasi karakter-karakter baru dan cerita yang lebih beragam. Namun, tantangan tetap ada dalam menjaga konsistensi kualitas dan narasi yang rumit, serta mengintegrasikan serial-serial lama dengan semesta MCU yang baru.
Marvel Television telah melalui perjalanan panjang dari divisi yang mandiri menjadi bagian penting dari MCU.
Dengan adanya integrasi ini, penggemar kini dapat menikmati alur cerita yang terjalin dengan lebih baik di seluruh platform, termasuk dengan serial mendatang seperti Agatha: All Along. Transformasi ini menunjukkan bahwa Marvel tidak hanya berfokus pada film, tetapi juga berkomitmen untuk menghadirkan cerita yang berkualitas tinggi di televisi, memperkuat semesta yang sudah ada dan menjanjikan lebih banyak kejutan untuk penggemar.
Pilihan editor: Baca Bersama Zendaya, Tom Holland Sebut Naskah Spider Man 4 Perlu Diperbaiki