Informasi Terpercaya Masa Kini

Pekerjaan Warga Kampung Jutawan di Desa Terpencil hingga Bisa Bangun Masjid Rp3,6 M dan Rumah Mewah

0 7

TRIBUNJATIM.COM – Media sosial dihebohkan dengan penampakan kampung jutawan di desa terpencil.

Di desa tersebut, ada sebuah masjid mewah yang pembangunannya menghabiskan dana Rp3,6 miliar.

Tak hanya itu, rumah para warga di kampung tersebut juga tergolong mewah.

Sontak hal ini menuai sorotan hingga muncul apa profesi warga di kampung jutawan tersebut.

Terungkap bahwa masjid Rp3,8 miliar itu berlokasi di Desa Ganjarsari, Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat.

Masjid di kampung jutawan ini viral setelah diunggah di kanal YouTube Hardi ArtVenture.

Melansir Tribun Trends pada Jumat (25/10/2024), desa tempat masjid itu berdiri dikenal dengan julukan kampung jutawan.

Kampung bernama asli Nagrak tersebut disebut Kampung Jutawan lantaran warganya yang rata-rata memiliki ekonomi lebih dari mampu.

Di kampung tersebut banyak dijumpai rumah-rumah mewah yang berdiri di sepanjang jalan perkampungan.

Lokasi tersebut tepat di lereng Gunung Burangrang, sehingga memiliki pemandangan yang menakjubkan dan udara yang sangat sejuk.

Profesi warga pun terungkap

Kebanyakan warga bekerja sebagai petani di perkebunan teh hijau terdekat.

Ada pula yang memiliki pabrik teh, sehingga memungkinkan mereka memiliki hunian yang sangat mewah. 

 

Masih banyak juga sepanjang jalan tampak daun teh yang sedang dijemur di halaman rumah warga.

Namun ada pemandangan yang tak kalah menarik.

Yakni berdirinya masjid yang sangat mencuri perhatian.

Adalah Masjid Jamie Al-Barokah yang dibangun atas prakarsa warga setempat yang saling gotong royong mengumpulkan dana.

Warga setempat, Haji Cucu, menjelaskan proses pembangunan masjid tersebut sejak 2018, karena sebelumnya sempat terbengkalai.

“Ini dari 2018 mulai dibangun. Ini dibilang renovasi, dibikin lagi peletakan batu pertama dari awal,” kata Haji Cucu.

Haji Cucu pun menjelaskan, iuran yang sudah terkumpul mencapai Rp3,6 miliar dari para warga dan pengusaha teh.

“Kurang lebih kalau dibilang kemarin Rp3,6 miliar. Ini hasil jerih payah masyarakat sini yang sebagian besar pengusaha teh hijau.”

“Cuma warga kecil yang bantu semacam tenaga kerja, bahan bantunya, ada bantuan warga di sini,” jelasnya lagi.

Padahal sebelumnya, rencana bantuan datang dari pemerintah melalui Bupati pada proses finishing.

Namun siapa sangka, hingga masjid tersebut berdiri kokoh saat ini, dana bantuan senilai Rp700 juta tak pernah turun.

“Makanya pernah ke sini juga kurang katanya waktu itu menghabiskan uang Rp700 juta lagi.”

“Sudah habis itu pembangunan finishing, katanya mau dibantu senilai Rp700 juta tapi enggak jadi. Bahkan sampai sekarang enggak muncul-muncul,” tegasnya.

Sementara itu kisah miliarder lainnya, meski tiap hari makan sisa makanan dari sampah, rupanya kakek ini ialah jutawan paling hemat di dunia.

Ia memiliki 10  properti yang terdiri atas 8 rumah dan 2 apartemen.

Kakek tersebut diketahui berusia 80 tahun, asal Jerman.

Ia bertahan hidup dari makanan dan barang yang ditemukan di tempat sampah.

Kakek tersebut bernama Heinz B.

Heinz mengaku tidak terlalu memerlukan uang dan menyukai hidup dari jalanan.

Gaya hidup tersebut membuatnya dijuluki sebagai jutawan paling hemat di dunia.

Lalu, mengapa Heinz B. memilih hidup seperti tunawismawan meski dia seorang miliarder?

Dikutip dari Kompas.com, Heinz B. (80) menjalani hidupnya dengan makan makanan dan memakai barang-barang yang ditemukan di tempat sampah.

Sebelum pensiun, Heinz bekerja sebagai pejabat senior sekaligus insinyur kelistrikan di kantor telekomunikasi.

Baca juga: 126 Warga Kaya Mendadak Dapat Ganti Rugi Proyek Jalan Tol, Ada Miliarder Baru Terima Uang Rp12 M

Dikutip dari Oddity Central (21/2/2024), Heinz menghabiskan sebagian besar waktunya menimbun barang-barang yang dibuang orang lain.

Dia akan mengayuh sepedanya berkeliling Kota Daarmstadt, kota di barat daya Jerman, untuk mengumpulkan sampah.

Selain mengambil barang-barang yang dibuang orang lain, dia juga mengambil sisa-sisa makanan yang ditemukan di tempat sampah. 

Heinz mengaku mungkin memakai uang hanya untuk berbelanja minyak goreng atau semacamnya jika habis.

Dia juga mengklaim hanya menghabiskan uang 5 Euro atau Rp 84.493 sebulan.

Dia memungut sisa makanan dari tempat sampah karena melihat banyak orang yang boros dan suka membuang makanan.

Menurutnya, orang-orang itu justru membuang uang yang bisa digunakan memberi makan sekeluarga.

“Saya hidup hemat, begitulah saya tumbuh dewasa!” serunya, dikutip dari The Sun (14/2/2024).

Heinz menjelaskan, dia hidup hemat karena tidak terlalu butuh uang untuk bertahan hidup.

Dia senang hidup dari makanan yang ditemukan di tempat sampah dan menimbun barang yang dibuang orang lain.

Selain makan dari sampah, tetangga sekitar rumahnya sering menggantungkan makanan yang sudah dibuang dan kedaluwarsa di pagar rumah Heinz.

Sebagai imbalan, kakek itu akan memberi mereka barang-barang yang kualitasnya masih bagus dari timbunan sampah di kebun rumahnya.

Baca juga: Warga Kaya Mendadak Dapat Ganti Rugi Rp20 M Terdampak Pembangunan Jalan, 26 Warga Jadi Miliarder

Heinz memang suka mengumpulkan barang yang dia temukan di jalan.

Namun, barang itu hanya yang bisa dibawa dengan sepeda sebagai alat transportasi utamanya.

Heinz diketahui hanya memiliki 15 euro atau sekitar Rp 253.479 dalam rekeningnya per 2024.

Namun, rekening itu kosong karena dia baru membeli rumah sebagai properti kesepuluh atas namanya.

Pria itu menarik 700.000 euro atau Rp 11.829.020.448 dari rekening untuk beli rumah.

Uang 100.000 euro atau Rp 1.689.860.064 ditransfer ke deposito berjangka untuk menghasilkan bunga.

Meski tampak miskin, Heinz tahu cara menambah kekayaannya.

Dia juga punya tujuh rumah dan dua apartemen yang sebagian disewakan.

Karena sudah tidak bekerja, mantan pekerja listrik itu mendapat uang pensiunan 3.600 euro atau lebih dari Rp 60 juta ditambah dana lain 156 euro atau Rp 2,6 juta.

Namun, dia hanya memakai uang itu untuk membayar laptop dan kuota internet.

Dia tidak pakai ponsel karena akan mengeluarkan biaya tambahan 10 euro (Rp 170.000).

Kesepuluh properti yang Heinz miliki berada di sekitar daerahnya.

Ini membuat dia hanya tinggal pergi ke properti itu dengan sepeda jika perlu perbaikan.

Uniknya, dia tidak mau membayar orang untuk memperbaiki kerusakan di properti tersebut dan memilih melakukannya sendiri.

Heinz tidak mau membayar 55 euro (Rp 930.000) hanya untuk perbaikan setengah jam.

Sebagian besar rumahnya bahkan tidak disewakan karena biaya sewa tidak dapat menutupi biaya pemeliharaannya.

Dia juga tidak butuh uang tambahan dari penyewaan properti itu.

Walau tidak disewakan, Heinz sengaja menggunakan uangnya ke bisnis real estate karena menilai kerugian inflasi di bidang tersebut paling rendah.

Kini setelah berusia lanjut, Heinz mengaku tidak punya rencana akan mewariskan properti-properti tersebut kepada siapa. 

“Saya punya beberapa sepupu jauh, tapi mereka tidak bisa membayar pajak warisan,” ujar dia.

Karena tidak memiliki orang yang bisa diajak berbagi, dia mempertimbangkan akan memberikan rumah kepada penyewanya.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews Tribunjatim.com

Leave a comment