Informasi Terpercaya Masa Kini

Setahun Perang Gaza: Hamas Bangun Mesin Perang Bawah Tanah demi Bertahan Hidup

0 10

TEMPO.CO, JakartaThe Washington Post melaporkan pada Sabtu, 5 Oktober 2024, bahwa pemimpin Hamas Yahya Sinwar telah mempersiapkan serangan berskala besar terhadap Israel selama berbulan-bulan sebelum operasi 7 Oktober, yang juga dikenal sebagai Operasi Banjir al Aqsa.

Menurut sumber yang bertemu dengan Sinwar pada awal 2023, ia mengisyaratkan rencana yang signifikan, meskipun tidak ada rincian spesifik yang diberikan pada saat itu.

Laporan The Washington Post mengungkapkan wawasan baru tentang bagaimana Hamas, di bawah kepemimpinan Sinwar, dengan cermat mengorganisir operasi tersebut, mengumpulkan senjata dan membangun jaringan terowongan bawah tanah yang rumit di Gaza.

Meskipun terisolasi selama bertahun-tahun di jalur padat penduduk itu, Hamas mengembangkan persenjataan canggih berupa roket buatan sendiri dan alat peledak yang diimprovisasi.

Namun, laporan tersebut menuduh bahwa Perlawanan mengandalkan dukungan keuangan eksternal dan pelatihan dari Iran, meskipun klaim ini belum sepenuhnya diverifikasi karena kurangnya bukti yang kuat.

Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa sebagian besar sumber daya Hamas dilaporkan disedot dari dana bantuan, sumbangan amal, dan pendapatan pajak lokal.

Sistem terowongan Hamas yang luas, yang sering disebut sebagai “metro Gaza”, memungkinkan pergerakan senjata dan pejuang di luar pengawasan Israel.

Para pejabat pasukan pendudukan Israel (IOF) dilaporkan terkejut dengan skala jaringan terowongan tersebut, yang membentang ratusan mil dengan bunker dan lorong-lorong yang mencapai 120 kaki di bawah tanah.

Sistem terowongan ini tidak hanya memfasilitasi serangan 7 Oktober, namun juga memungkinkan Hamas untuk terus bertempur meskipun ada respon militer yang intens dari Israel dan kerugian besar yang terjadi.

Investigasi The Washington Post, berdasarkan wawancara dengan analis militer dan intelijen serta pejabat Palestina, menunjukkan bagaimana Hamas menjadi sangat mandiri, memproduksi hingga 80 persen senjatanya secara lokal.

Pergeseran strategis Sinwar berfokus pada memastikan Hamas dapat berfungsi tanpa bantuan eksternal yang substansial, yang memungkinkannya untuk mempertahankan perlawanannya selama perang yang berkepanjangan.

Bahkan setelah kehilangan ribuan pejuang dan beberapa komandan utama, Hamas tetap aktif.

Jaringan terowongan sangat penting bagi kelangsungan hidup kelompok ini, tetapi cadangan uang tunai dan sumber daya dilaporkan semakin menipis, dan kondisi kemanusiaan di Gaza telah memburuk secara drastis, dengan ribuan warga sipil tewas dan sebagian besar wilayahnya hancur.

Terlepas dari kemunduran ini, upaya perekrutan Hamas tetap kuat, didorong oleh balas dendam dan kemarahan di kalangan anak muda Palestina.

Laporan tersebut menyoroti kekhawatiran yang berkembang di kalangan pejabat Israel dan internasional bahwa Hamas, meskipun telah melemah, dapat membangun kembali dan terus menjadi ancaman serius.

Strategi bertahan hidup Hamas, yang mencakup senjata yang diproduksi secara lokal dan jaringan terowongan yang luas, telah mendorong penilaian ulang tentang bagaimana Israel dan sekutunya melakukan pendekatan terhadap konflik yang sedang berlangsung.

Ketika perang memasuki babak baru, para ahli memperingatkan bahwa Hamas mungkin akan beralih ke taktik gaya pemberontakan, termasuk penggunaan IED dan perang gerilya, yang berpotensi menjadi tantangan jangka panjang bagi pasukan Israel yang menginvasi Gaza.

AL MAYADEEN

Pilihan Editor: Serangan Israel Menghantam Masjid dan Sekolah, 26 Warga Gaza Tewas dan 93 Luka-luka

Leave a comment