Kabar Duka: Romo Benny Susetyo Wafat Sabtu Dini Hari di RS Mitra Medika Pontianak,Ini Profilnya
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA – Berita duka cita kembali menyelimuti Indonesia. Setelah artis senior yang juga politisi, Marissa Haque, hari ini Sabtu (5/10/2024), tokoh agama Katolik Romo Benny Susetyo, juga menghembuskan napas terakhir.
Tokoh agama yang cukup kritis ini, saat meninggal berstatus sebagai Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila.
Romo Benny yang bernama lengkap Antonius Benny Susetyo tersebut meninggal di usia 55 tahun.
Padahal, lima hari ke depan almarhum akan berulang tahun ke-56.
Kabar duak cita ini langsung menyebar di medsos. Tokoh-tokoh nasional, baik yang berkecimpung di dunia agama maupun politik turut mengucapkan bela sungkawa.
Sekretaris Eksekutif Keadilan, Perdamaian, Migran dan Perantau Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Martin Jenarut, mengonfirmasi wafatnya Romo Benny.
Baca juga: Soal Dinasti: Romo Benny Ingatkan Reputasi Presiden Jokowi Hancur Jika Salah Langkah Berpolitik
Menurut Martin, Romo Benny meninggal di RS Mitra Medika Pontianak, pukul 0.15 WIB, Sabtu (5/10/2024).
Selanjutnya, kata Martin, jenazah Romo Benny akan dibawa ke Rumah Duka Gotong Royong Malang.
Direktur Nasional Gusdurian Network Indonesia (GNI) Alissa Wahid juga mengonfirmasi kabar duka tersebut.
“Iya (meninggal dunia),” jawab Alissa.
Belum ada informasi lebih lanjut mengenai penyebab Romo Benny meninggal dunia.
Namun, ia memang berada di sebuah rumah sakit di Pontianak.
Baca juga: Romo Benny Desak Tim Investigasi Polisi Tembak Polisi Bekerja Objektif dan Profesional
Hal itu diketahui melalui keterangan pers terakhir yang ia kirimkan ke media, Jumat (4/10/2024).
Kala itu, ia mengikuti diskusi kelompok terpumpun (FGD) bertema Kerapuhan Etika Penyelenggara Negara dalam Berbangsa dan Bernegara: Kedaulatan Sumber Daya Alam yang diselenggarakan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) di Universitas Tanjung Pura, Pontianak, Kalimantan Barat, Rabu (3/9/2024).
Bagi publik yang belum mengenal siapa Romo Benny, berikut adalah profil singkatnya:
Selain sebagai tokoh agama, Romo Benny juga konsisten di jalur aktivis.
Sikapnya jelas, membela kaum lemah yang tertindas. Siapa pun yang melanggar, pasti ditabrak.
Baca juga: Sahabat Lintas Iman Jogja Sebut Romo Mangunwijaya Layak Menjadi Pahlawan Nasional
Sikap keras dan konsisten ini membuat Romo Benny menjadi tokoh pluralisme yang sangat dikenal.
Ia adalah seorang pastor dan aktivis penggerak kesadaran manusia, dengan berbasiskan pada kemerdekaan dan kesetaraan.
Kiprahnya dalam dialog lintas agama dan pembangunan demokrasi membawanya menjadi Sekretaris Eksekutif Komisi Hubungan Agama dan Kepercayaan (HAK) Konferensi Waligereja Indonesia, serta mendirikan Setara Institute (Institute for Democracy and Peace).
Ia juga dikenal aktif di Forum Kajian Demokrasi dan Hak Asasi Manusia Indonesia (FKDHI), Forum Komunikasi Antar Umat Beragama (FKAUB).
Romo Benny bersama Romo Sandyawan juga tergabung di Forum Kemanusiaan, dan Gerakan Moral Nasional.
Romo Benny lahir di Kota Malang pada 10 Oktober 1968.
Dia adalah alumni pasca Sarjana Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi (STFT) Widya Sasana Malang tahun 1996.
Romo Benny seorang pastor muda pengusung gerakan moral bangsa.
Dia pernah memajukan Pusat Studi dan Pengembangan Kebudayaan (PUSPèK) Averroes.
Ia adalah pendiri Pergerakan Manusia Merdeka. Pergerakan ini, tampaknya menjadi bibit berdirinya Setara Institute, yang didirikannya bersama sejumlah tokoh dan aktivis, seperti almarhum Abdurrahman Wahid, almarhum Azyumardi Azra, Hendardi, Rocky Gerung, M. Chatib Basri dan Zumrotin KS.
Setara Institute adalah perkumpulan individual/perorangan yang didedikasikan bagi pencapaian cita-cita di mana setiap orang diperlakukan setara dengan menghormati keberagaman, mengutamakan solidaritas dan bertujuan memuliakan manusia.
Didirikan oleh orang-orang yang peduli pada penghapuskan atau pengurangan diskriminasi dan intoleransi atas dasar agama, etnis, suku, warna kulit, gender, dan strata sosial lainnya serta peningkatan solidaritas atas mereka yang lemah dan dirugikan.
Aktivisme Romo Benny dimulai saat ia ditempatkan di paroki Situbondo.
Penempatan Benny di Paroki Situbondo hanya berselang sepekan setelah terjadinya kerusuhan hebat di kota santri di kawasan tapal kuda ini.
Sedikitnya 12 gereja dibakar habis, termasuk Gereja Katolik Situbondo.
Romo Benny, yang baru beberapa hari ditahbiskan menjadi pastor, diamanatkan oleh Uskup Malang Mgr HJS Pandoyoputro, OCarm untuk ‘membangun persaudaraan sejati’ dengan para tokoh dan kaum muslim di Situbondo dan Bondowoso.
Penugasan ini membuatnya punya banyak pengalaman baru bertemu dengan para kiai, dan berkunjung ke beberapa pesantren.
Dia pun menggelar sejumlah acara bersama Abdurrahman Wahid, tokoh masyarakat sipil, pelopor dialog antariman, yang sulit dicari tandingannya.
Selain itu, dia aktif sebagai pembina kaum muda Katolik di Keuskupan Malang dan sebagai pembina Frater-frater Praja di Malang.
Selain itu, dia aktif sebagai Penggiat Dialog Antaragama di Malang.
Di Surabaya dia aktif dalam berbagai kegiatan, di antaranya mengisi pekan suci, pelatihan, dialog, dan seminar.
Sebelum reformasi 1998, Romo Benny dengan berbagai aktivitas kemanusiaanya telah diundang ke mana-mana.
Dia membina hubungan akrab dengan para tokoh lintas agama, khususnya aktivis muslim dan pemuka Islam.
Hubungannya dengan Gus Dur sangat baik. Ketika itu, Gus Dur sering mengajak Romo Benny untuk diskusi atau ceramah di pesantren atau komunitas Islam.
Gus Dur pun kerap mampir, makan siang atau makan malam, di Pastoran Situbondo.
Setiap Lebaran, Romo Benny bersama sejumlah rohaniawan Katolik, Protestan, serta Konghuchu bersilaturahmi ke rumah-rumah para tokoh Islam.
Kemudian, pada akhir 1990-an, Konferensi Waligereja (KWI) mengembangkan gerakan ‘membangunan persaudaraan sejati’ di Indonesia.
Forum persaudaraan sejati dan sejenisnya pun tumbuh di mana-mana.
Sebagai pastor kategorial, Romo Benny tidak punya paroki.
Tidak secara langsung ‘menggembalakan domba-domba’ layaknya pastor biasa.
Dia bisa ke mana-mana, kapan saja, bergerak di seluruh Indonesia.
”Yah, saya mendapat penugasan sebagai pastor kategorial. Saya berusaha melaksanakan itu dengan sebaik-baiknya,” ujarnya saat ditemui di Gereja Katedral Surabaya, Kamis (21/3/2008).
Berbagai pengalamannya juga dia tuangkan dalam bentuk tulisan.
Kebiasaan menulis memang sudah diminatinya sejak masih mahasiswa STFT Widya Sasana di Malang.
Tiap hari, kalau ada ide, Benny menulis apa saja. Merespons isu-isu yang berkembang saat itu.
Menurutnya, menulis itu kan pergumulan. Dia sangat mengidolakan Romo YB Mangunwiajaya, pastor budayawan, sastrawan, arsitek, aktivis sosial.
Terlihat dari hampir di semua artikelnya, mengutip pandangan-pandangan Romo Mangunwijaya.
Romo Benny aktif menulis di beberapa koran nasional. Walaupun tidak semua artikel yang dikirimnya ke koran dimuat.
Sejumlah rekan aktivisnya meminta artikel-artikel tersebut dibukukan.
Jadilah buku ‘Orde Para Bandit’ (Averroes Press dan LKiS, 2001) menjadi buku pertama Benny Susetyo.
Selain itu, sebelumnya memang dia sudah ikut menulis dua buku sebagai kontributor yakni dalam buku ‘Melangkah dari Reruntuhan, Tragedi Sitobondo’ (Grasindo, 1998) dan ‘Indonesia di Persimpangan Jalan’ (1999).
Kemudian dia menulis buku ‘Membuka Mata Hati Indonesia’ (Averroes Press dan Pustaka Pelajar, 2002), ‘Gerakan Moral sebagai Gerakan Pencerahan, Merefleksi Kemunduran Etika Elit Politik Pasca Reformasi’ (Proses terbit, 2003), ‘Kasih itu Pembebasan’ (Proses terbit, 2003) dan ‘Bimbingan Rohani Calon Pemimpin, Panduan bagi Pembimbing Rohani dalam pembinaan Kaderisasi’ (2003).
Biodata:
Tempat & Tanggal Lahir:
Malang, Kota Malang, Jawa Timur, 10 Oktober 1968
Karier:
Sekretaris Eksekutif Komisi Hubungan Agama dan Kepercayaan Konferensi Wali Gereja Indonesia (2008)
Gereja Katolik Situbondo Pastor pembantu
Pendidikan:
Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi (STFT) Widya Sasana Malang (1996)
Baca berita Wartakotalive.com lainnya di Google News
Ikuti saluran WartaKotaLive.Com di WhatsApp: https://www.whatsapp.com/channel/0029VaYZ6CQFsn0dfcPLvk09