“Kafilah Wisata” dalam Ratusan Unta di Gobi Desert
Dua puluh delapan anggota “Kafilah Wisata” Kirana Tour Services Jakarta dengan unta yang dikendarainya, berbaur dengan ribuan anggota kafilah tour lain di Gobi Desert, Dunhuang, Gansu Province, China, pada Jum’at 20 September 2024. Siang menjelang sore itu, terlihat iringan panjang kafilah unta membentuk sebuah garis nan panjang mengikuti pola punggung pegunungan pasir di Gobi Dessert. Beberapa kelompok berhenti seakan membentuk lingkaran. Semua menyajikan pemandangan spektakuler yang begitu memukau bagi yang melihatnya. Objek visual video dan foto bagi pecinta dokumentasi perjalanan dunia. Ini lah karunia Sang Pencipta, dimana tanah gersang nan tandus bisa mendatangkan rizki berlimpah bagi penduduknya.
Perjalanan panjang dan melelahkan dari Turpan, Xinjiang Province menuju Dunhuang, Gansu Province, China harus ditempuh oleh 28 penjelajah “Silk Route” di hari ke 4 dari rute perjalanan panjang mereka. Usia jelang senja seakan bukan halangan. Penurunan beberapa kemampuan fisik juga bukan alasan. Semua seakan sirna dihapus semangat untuk “mentafakuri” alam ciptaan Sang Penguasa bumi dan seisinya.
Dengan Bullet Train berkecepatan rata-rata 175 — 195 Km per Jam, harus mereka lakukan. Itu pun dengan perjuangan ekstra untuk naik dan turun di kereta tercepat di China, dengan satu koper besar dan satu koper kecil yang harus dibawa setiap orangnya. Ditambah perjalanan dengan bus hampir 3 jam menuju destinasi yang akan dikunjungi. Dibutuhkan tekad dan semangat yang kuat untuk melakukannya.
Gobi Desert Yang Mempesona
Ekspresi wajah ceria terlihat dari 28 petualang Silk Route saat tiba di destinasi yang menjadi rute perjalanannya. Gobi Desert. Gobi adalah sebuah nama yang bermakna gurun dan padang rumput yang luas dan dingin, dalam bahasa Mongolia dan China. Terletak di China utara dan Mongolia Selatan. Merupakan gurun ke 6 terluas di dunia.
Dalam bahasa Mongolia, kata Gobi merujuk pada ke semua wilayah tanpa air di dataran tinggi Mongolia. Sementara dalam bahasa Mandarin, Gobi merujuk kepada gurun berbatu dan semi gurun, seperti Gobi itu sendiri, bukan gurun pasir.
Secara Geografis, Gobi membentang sepanjang 1.600 Km (1.000 mil) dari barat daya timur laut dan 800 km (500 mil) dari utara ke Selatan. Hamparan Gobi dimulai dari kaki pegunungan pamir hingga pegunungan Khingan Besar di perbatasan Manchuria, di timur; dan dari kaki pegunungan Altay, Sayan, dan Yoblonoi di utara, hingga pegunungan Kunlun, Altyn-Tagh, dan Qilian, yang membentuk tepi utara dataran tinggi Tibet, di Selatan.
Wilayah yang relatif luas di sisi timur pegunungan Khingan Besar, antara perairan atas Songhua (Sungari) dan perairan atas Liao-ho, dianggap sebagai bagian dari Gobi menurut penggunaan konvensional. Sebagian besar wilayah Gobi tidak berpasir, melainkan menyerupai batuan gundul yang terbuka.
Beberapa ahli geografi dan ekologi lebih suka menganggap wilayah barat wilayah Gobi yaitu, cekungan Tarim di Xinjiang (yang menjadi objek destinasi wisata bagi 28 petualang Silk Route dalam Travel story ini) dan cekungan gurun Lop Nor dan Hami (Kumul), sebagai gurun yang terpisah dan independen, yang disebut Gurun Taklamakan.
Memasuki area yang telah disetting sangat baik oleh pemerintah province Dunhuang bagi kenyamanan pengunjung area wisata Gobi Desert, Para penjelajah Silk Route pun sibuk mempersiapkan diri. Selain penutup wajah baik masker, topi, atau Bandana Buff yang sering disebut dengan slayer merupakan kain berbentuk segiempat atau segitiga yang sering digunakan sebagai masker. Selain untuk penutup wajah, bandana buff juga bisa digunakan sebagai pelindung kepala dan pengikat rambut; mereka juga membeli “kaos kaki” Sepatu. Agar pasir halus tidak masuk ke dalam sepatu mereka.
Banyak penjual “kaos kaki” Sepatu di sekitar Lokasi. Harganya pun relatif murah. Hanya 10 Yuan-RMB (mata uang China). Dengan pilihan aneka warna yang mencolok. Seperti oranye, merah, biru atau warna lainnya. Namun warna yang paling favorit adalah warna Oranye. Yang juga dipilih oleh kelompok ini. Dan mereka pun bergaya dengan “kaos kaki” sepatu yang berwarna oranye menyala.
Unta Tunggangan Istimewa di Gobi Dessert
Ada lebih dari ratusan ekor unta yang disediakan oleh pengelola desinasi wisata di area Mingshashan dan danau Bulan Sabit, Gobi Desert ini. Bahkan jumlahnya bisa mencapai ribuan ketika musim liburan dan puncak kunjungan wisatawan.
Unta-unta ini sebagian besar dimiliki oleh penduduk lokal dengan jumlah kepemilikian yang berbeda-beda. Mereka berkomunikasi dengan bahasa isyarat bunyi yang hanya dimengerti antara unta dengan perawatnya. Seperti gerakan untuk duduk, berdiri, berhenti, atau berjalan.
Untuk di Gobi Desert memiliki ciri-ciri fisik yang berbeda dengan yang ada di jazirab Arab sana. Dalam bahasa ilmiah unta di Gobi Desert disebut dengan Camelus bactrianus atau Unta Baktria, yang memiliki ciri-ciri fisik Punuk ganda di punggungnya yang berfungsi sebagai Cadangan lemak, yang membantunya bertahan hiduo dilingkungan gurun yang keras. Unta ini juga memiliki bulu yang tebal dan Panjang, terutama di musim dingin, yang melindunginya dari suhu dingin gurun yang ekstrim. Buku Panjang ini akan rontok dengan sendirinya saat musim panas.
Unta Baktria juga memiliki kaki yang lebar dengan bantalan kaki tebal yang membantunya berjalan di pasir tanpa tenggelam. Ia juga memiliki buku mata yang panjang dan kelopak mata ketiga untuk melindungi mata dari pasir dan debu. Mulut nya sangat kuat dan mampu memakan tanaman berduri yang tumbuh di guirun pasir.
Ukuran tubuhnya pun lebih besar dan lebih kekar dibandingkan unta-unta di Jazirah Arab sana. Unta Baktria mampu bertahan tanpa air selama satu minggu hingga sepuluh hari. Dalam kondisi tertentu unta ini mampu berjalan hingga 32 km atau 20 mil per hari. Unta jenis ini banyak dijumpai di daerah gurun dan stepa di Asia Tengah, termasuk Gobi Desert.
Sementara Unta-unta di Jazirah Arab dikatagorikan sebagai Unta Dromedaris (Camelus driomedarius) dengan ciri-ciri fisik berpunuk Tunggal, yang berfungsi sebagai cadangan lemak. Bulunya lebih tipis, karena mereka hidup di iklim yang lebih panas. Memiliki ukuran tubuh yang lebih ramping dan memiliki kaki yang lebih Panjang. Dan mampu berjalan hingga 160 km tanpa air. Serta memiliki kemampuan menutup lubang hidung untuk mencegah masuknya pasir. Unta jenis dromedaris banyak dijumpai di daerah gurun di Timur Tengah dan Afrika Utara, termasuk Jazirah Arab.
Menjadi Bagian dari Konvoi Besar Unta di Gobi Desert
Kelompok penjelajah Silk Route pun harus dibagi saat hendak menunggangi unta di Gobi Desert. Disesuaikan dengan unta dan pawang yang mengendalikannya. Satu kelompok bisa 4, 5, maksimal 6 unta. Semua harus menurut. Kalau tak mau, tak bisa ikut. Kami semua pun bergerak ke “stasiun Unta”. Dimana ratusan untuk duduk menunggu. Sang pawang unta pun memulai memilihkan unta yang sesuai dengan ukuran tubuh. Menginstruksikan cara naik dan duduk tenang di atasnya.
Saat mulai berdiri, unta akan mulai mengangkat kaki belakangnya, sementara kaki depannya masih terlipat. Hal ini mengakibatkan posisi unta akan membentuk sudut kemiringan hingga 15 derajat. Mengakibatkan penumpang di atasnya seakan akan terjerembab ke depan. Bila tidak siap dan berpegangan pada pelana yang ada, bisa dipastikan penumpangnya akan terjatuh dari unta.
Dengan bahasa isyarat bunyi sang pawang memberi aba-aba unta nya agar berdiri dan siap melakukan perjalanan. Antara unta yang satu dengan yang lainnya diikat sehingga unta akan berjalan beriring. Pengendali utama ada pada tali yang dikaitkan dengan semacam kayu atau besi yang mencocok (menembus) hidung unta. Yang dengannya unta akan mengikuti kemana arah yang dikehendaki sang pawang untuk bergerak.
Rombongan unta pun mulai bergerak. Satu orang pawang ada yang membawa 4, 5 atau 6 ekor onta. Mereka berjalan dengan tertib. Membentuk rantai unta yang semakin panjang menuju puncak gunung pasir di Gobi Desert. Maka sibuklah penumpang di setiap unta dengan smart phone nya, Mengabadikan semua momen yang ada di sekitarnya.
Pemandangan spektakuler terlihat sepanjang perjalan menuju puncak Gobi Desert. Punggung gurun pasir putih kekuningan itu dipenuhi ratusan bahkan hingga ribuan unta. Membentik garis yang sangat panjang. Rangkaian unta ini tidak hanya dalam satu line, bahkan bisa dua atau tiga line. Setiap penumpang di atas nya bergaya dengan aneka busana dan kelengkapan yang dimilki sesuai selera.
Uniknya di tempat ini juga menyediakan fasilitas penyewaan pakaian tradisional china, baik untuk wanita maupun pria, lengkap dengan pelayanan rias wajah yang membuatnya tampil cantik dan menawan. Maka tak heran di Gobi Desert ini seakan banyak “bidadari-bidadari” yang turun ke bumi.
Dari mereka yang menyewa pakaian khas tersebut, ada yang hanya memanfaatkan nya sebagai costum untuk foto di atas gurun semata. Tapi tak sedikit yang juga bergaya dengan costum di atas unta. Semuanya memberikan suasana meriah dan penuh pesona.
Untuk mereka yang memiliki keterbatasan fisik atau takut naik unta, pengelola juga mempersiapkan sebuah mobil khusus yang akan membawanya bertemu dengan kelompoknya di titik khusus dekat dengan Lokasi danau bulan sabit.
Di suatu titik tertentu, sang pawang unta akan berhenti dan mengabadikan momen untuk foto dan video dari kelompok yang dibawanya. Smart Phone salah seorang anggotanya akan digunakan sebagai pendokumentasian momen-monem indah ini. Maka sibuklan mereka bergaya di atas unta agar momentum tersebut tak terlewatkan begitu saja. Namun semua tak gratis. Sang pawang unta yang mendadak jadi photographer akan meminta imbalan jasa sebesar 20 Yuen per orang untuk semua jasa yang diberikannya. Termasuk menuntun unta tentunya. Semua memang sudah diinfo sejak awal oleh lokal guide, sehingga semua peserta tak kaget dibuatnya.
Melihat rangkaian unta dalam beberapa kelompok yang panjang dan banyak tak terhingga, di bawah sinar matahari senja di Gobi Desert, setiap peserta pasti memiliki perasaan yang berbeda, yang menggugah emosi dan perasaan di dada. Namun yang pasti mereka merasa senang dan bangga menjadi bagian dari konvoi besar unta di Gobi Desert. Sesuatu hal yang sangat luar biasa dalam perjalanan hidupnya.
Melihat semua kejadian di depan mata. Dimana ratusan bahkan ribuan unta berjalan beriring membentuk sebuah Convoi besar, pikiran ini menerawang, membayangkan betapa dahsyat besarnya kumpulan manusia dengan unta dan kuda saat perang Badar masa dimasa Rasulullah.
Saat itu kaum Musrikin Arab dibawah pimpinan Abu Lahab, Utbah bin Rabi’ah, Syabiah bin Rabi’ah, Ummayah bin Khalaf, dan Al-walid bin Utbah membawa 700 ekor unta dan 300 ekor kuda dengan 1.000 orang pasukan dan 600 orang diantaranya mengenakan baju besi. Sementara kaum Muslimin dipimpin Rasulullah hanya membawa 70 ekor unta dan 2 ekor kuda. Dengan jumlah pasukan hanya 313 orang.
Pertarungan tak seimbang jumlah ini akhirnya dimenangkan kaum Muslimin dengan pertolongan Allah Azza wa Jalla. Semua karena ketegaran iman dan perjuangan yang benar dibawah naungan agama Islam yang di ridhoi Allah Swt.
Subhanallah, Maha Suci Engkau Ya Rabb, yang telah memberikan perasaan ini kepada hamba, sehingga kami bisa merasakan gerataran-getaran halus perjuangan Rasulullah dan para sahabat-sahabatnya dalam mensiarkan Islam dalam perjalanan Silk Route di Gobi Desert ini. Merasakan beratnya ujian menegakkan agama Allah, ditengah kaum kafir Quraisy yang menjadi penguasa gurun di jazirah Arab saat itu.
Kini, di atas Unta dengan pelana yang empuk, kami hanya merasakan kenikmatan perjalanan konvoi besar unta dengan panorama indah di sekitarnya. Di Gobi Desert yang penuh pesona. Segala puji bagi Mu ya Rabbi, atas segala nikmat yang telah Engkau anugerahkan pada kami.
Hari semakin senja, saat rombongan unta kami tiba di titik pemberhentian. Sebuah akhir dari perjalanan, nyaris hampir satu jam. Memberikan sensasi indah tak terkira dalam jiwa. Di hati ini hanya terucap sebuah kalimat indah. “Fabiayyi ala irobbikuma tukadziban – Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”
Jkt/29092024/Ksw/103