Sosok Reini Wirahadikusumah,Rektor ITB yang Disorot setelah Isu Mahasiswa Harus Kerja Part Time
TRIBUNJABAR.ID – Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) Reini Wirahadikusumah menjadi sorotan setelah isu mewajibkan mahasiswa kerja part time atau paruh waktu demi mendapatkan keringanan Uang Kuliah Tunggal (UKT).
Belakangan isu ITB mengharuskan kerja part time demi mendapatkan keringanan UKT ini menjadi viral di media sosial.
Sejumlah akun membagikan form kerja part time untuk para mahasiswa yang mengajukan keringanan UKT.
Dalam tangkapan surel yang beredar viral di media sosial, ITB mewajibkan mahasiswanya bekerja paruh waktu untuk kampus.
“Kebijakan ini adalah untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa penerima beasiswa UKT, berkontribusi kepada ITB,” demikian bunyi isi surel tersebut.
Sosok sang rektor pun terseret di tengah panasnya isu tersebut.
Lantas, siapakah sosok Reini Wirahadikusumah?
Sosok Reini Wirahadikusumah
Baca juga: ITB Wajibkan Penerima Beasiswa untuk Kerja Paruh Waktu di Kampus, JPPI: Legalisasi Perbudakan
Akademisi bernama lengkap Prof. Ir. N. R. Reini Djuhraeni Wirahadikusumah, M.S.C.E., Ph.D ini merupakan Rektor ITB periode 2020-2024.
Saat terpilih, Reini Wirahadikusumah menggantikan Kadarsah Suryadi, rektor sebelumnya.
Reini Djuhraeni Wirahadikusumah juga merupakan perempuan pertama yang memimpin ITB sejak kampus dibuka pada tahun 1920.
Adapun, ayah Reini, mendiang Sadikin Wirahadikusumah merupakan adik dari wakil Presiden Indonesia ke-4, Umar Wirahadikusumah.
Pamannya, Ukar Bratakusumah merupakan Gubernur Jawa Barat tahun 1948-1950 dan Rektor ITB pada tahun 1964-1965.
Sementara, ibu Reini, Soemarni merupakan cicit kedua dari Bupati Sumedang pada tahun 1836 hingga 1882, Suria Kusumah Adinata, sekaligus sepupu dari aktris Titien Sumarni.
Pendidikan
Reini Wirahadikusumah menempuh pendidikan Sarjana (Ir) di program studi Teknik Sipil, ITB pada 1986 hingga 1991.
Kemudian, Reini Wirahadikusumah menempuh S2 dengan elar Master of Science in Civil Engineering (MSCE) dari Purdue University, Amerika Serikat pada 1996.
Lalu, Reini Wirahadikusumah melanjutkan pendidikan S3 dengan gelar Ph.D. in Civin Engineering dari universitas yang sama.
Rekam Jejak Karier
Berikut rekam jejak karier Reini Wirahadikusumah:
• Dosen dan Guru Besar Kelompok Keahlian Manajemen dan Rekayasa Konstruksi, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL) ITB
• Head of Construction Engineering Management Research Group, Bandung Institute of Technology, 2018–2023
Baca juga: Isu Mahasiswa ITB Penerima Beasiswa UKT Harus Kerja Paruh Waktu, Pengamat: Berpotensi Melanggar
• Head, Project Implementation Unit, ITB Development Project (III)- JICA, 2016–2019
• Secretary for Construction and Engineering Division, The Institution of Engineers Indonesia (Persatuan Insinyur Indonesia -PII), 2015–2018
• Head, Graduate Program of Civil Engineering, School of Civil and Environmental Engineering, Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung, Indonesia, 2010–2014
• Contract Manager, ITB-JICA Development Project, ESC and PMC Contracts, Directorate Logistics, ITB, 2012–2015
Isu ITB Haruskan Part Time
Di bawah kepemimpinan Reini Wirahadikusumah, terdapat kebijakan mahasiswa untuk bekerja paruh waktu agar bisa mendapatkan keringanan UKT.
Kepala Biro Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Naomi Haswanto mengatakan bahwa kebijakan tersebut dirancang untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa penerima beasiswa UKT, agar dapat berkontribusi pada pengembangan kampus sekaligus mendapatkan pengalaman kerja yang relevan.
“Kami (Institut Teknologi Bandung) telah mengumumkan peluncuran sistem bantuan keuangan mahasiswa yang berelasi dengan nilai-nilai di atas yang lebih komprehensif dan berorientasi pada pengembangan karakter.”
“Sistem inilah yang kami sebut Financial Aids System, bertujuan untuk menyatukan berbagai sumber daya dan program bantuan keuangan yang sudah ada di ITB,” katanya, Rabu (25/9/2024) saat dikonfirmasi.
Program bantuan keuangan yang sudah ada di ITB, kata Naomi, antara lain:
1. Beasiswa dan keringanan Uang Kuliah Tunggal (UKT);
2. Hibah/Grant;
3. Program Kerja Paruh Waktu;
4. Kemitraan;
5. Bantuan Keuangan lainnya;
6. Layanan Pendukung seperti konseling keuangan; workshop & seminar, serta informasi & sosialisasi.
“Jadi, tujuan utama sistem ini sejalan dengan tujuan pendidikan ITB, yaitu mendidik mahasiswa yang tidak hanya unggul secara akademis, tetapi juga memiliki karakter kuat, adaptif, berintegritas, dan rendah hati,” ujarnya.
Adapun skema kerja sistem ini, lanjutnya, akan disesuaikan dengan kualifikasi keekonomian mahasiswa, kebutuhan fakultas atau sekolah di ITB, beban studi mahasiswa, dan jadwal kuliah.
Mahasiswa penerima beasiswa juga dapat bekerja di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) untuk membantu organisasi mahasiswa dalam menjalankan program-programnya.
Penurunan UKT ditetapkan berdasarkan kualifikasi keekonomian mahasiswa. Jika penurunan tersebut masih dirasa memberatkan, mahasiswa dapat memilih opsi lain program bantuan keuangan yang tercantum pada nomor 2 hingga 6.
Program nomor 3 adalah salah satu opsi bantuan pendanaan yang dapat diambil setelah mahasiswa mendapatkan penurunan UKT dan masih memerlukan bantuan lebih lanjut.
“Lebih dari sekedar bantuan finansial prinsip utama kebijakan bantuan keuangan ITB adalah tidak hanya memberikan bantuan dana, tetapi juga mendorong dan mendidik mahasiswa untuk aktif berkontribusi dalam kegiatan akademik maupun penunjang akademik.”
“Dengan demikian, mahasiswa penerima bantuan juga akan berperan dalam membangun atmosfer akademik yang positif di ITB, sekaligus memperkaya pengalaman mereka untuk masa depan,” ujarnya.
Berikutnya, program Ganesa talent asistanship (GTA) yang telah berjalan beberapa tahun merupakan salah satu contoh bagaimana ITB telah menerapkan prinsip ini.
Pihak ITB mengimbau masyarakat, termasuk mahasiswa dan orang tua, untuk mengikuti informasi resmi yang akan disampaikan melalui kanal komunikasi resmi ITB.
Pasalnya, setiap masukan yang konstruktif dari mahasiswa dan pihak-pihak terkait juga akan mereka terima dengan baik.
“Kami terus berupaya untuk selalu mengedepankan transparansi dalam setiap kebijakan yang diambil, serta memastikan bahwa kebijakan tersebut memberi manfaat maksimal bagi seluruh mahasiswa.”
“Kami berkomitmen untuk terus melakukan yang terbaik demi mahasiswa kami,” katanya.
Baca berita Tribunjabar.id lainnya di Google News.