Sejarah MOBA, Genre yang Berasal dari Game “Perang Robot”
KOMPAS.com – Dota 2, League of Legends, Mobile Legends, Honor of Kings, dan sejenisnya merupakan game-game kompetitif populer dengan genre multiplayer online battle arena (MOBA).
MOBA sendiri sebenarnya merupakan sub-genre dari game real time strategy (RTS), game yang menuntut pemain merancang strategi dan taktik untuk memenangkan suatu pertandingan di game tersebut.
Saat ini, semua game dengan genre MOBA memiliki mekanisme permainan (gameplay) yang sama, di mana seorang pemain akan bergabung dengan satu tim (biasanya berisi lima pemain) dengan misi utama menghancurkan markas pertahanan tim lawan.
Di berbagai game tersebut, pemain bisa memilih satu dari sekian banyak karakter (hero) untuk memperbesar kemungkinan mereka memenangkan pertandingan.
Baca juga: 10 Rekomendasi Game MOBA Alternatif Mobile Legends
Namun, tahukah Anda bahwa game bertipe MOBA dahulunya bukan seperti game zaman sekarang (lima lawan lima), melainkan terinspirasi dari game perang robot?
Berawal dari game perang robot
Sejarah game MOBA berawal dari era 1980-an, tepatnya ketika game buatan Sega untuk konsol Mega Drive/Genesis, yang memiliki judul Herzog Zwei, populer di tahun 1989.
Herzog Zwei tidak disebut sebagai MOBA oleh banyak orang. Namun, game ini memiliki formula yang mirip dengan game MOBA masa kini, di mana pemain mengontrol robot yang bisa menjadi pesawat dalam sebuah tim.
Misi pemain di game ini adalah berperang dengan robot yang berada di tim lainnya, sekaligus menghancurkan markas mereka untuk mendapatkan kemenangan. Di dalam game, robot pemain bisa berubah menjadi pesawat untuk meningkatkan mobilitas.
Baca juga: Serupa Tapi Tak Sama, Ini Beda Game MOBA Honor of Kings dan Mobile Legends
Satu game lainnya yang dianggap sebagai awal mula game dengan genre MOBA adalah Future Cop: LAPD pada tahun 1998. Game ini tersedia di konsol PlayStation 1 (PS1) dan PC (Windows/MacOS).
Game ini memungkinkan pemain berperan sebagai robot polisi yang membasmi robot-robot jahat. Future Cop: LAPD memiliki satu mode bernama “Precinct Assault”.
Mode ini digadang-gadang sebagai pelopor dari game dengan genre MOBA, lantaran pemain akan berperan sebagai robot polisi yang memiliki misi menghancurkan robot musuh dan markasnya.
Bahkan, mode ini memiliki fitur online (khusus Windows), sehingga acapkali disebut sebagai game MOBA murni pertama yang punya fitur sempurna. Saat ini, MOBA sendiri memang berjenis game online, karena huruf “O” di nama genre itu adalah kepanjangan dari online.
Meski Herzog Zwei dan Future Cop: LAPD memiliki gameplay dan fitur yang sedikit berbeda, kedua game ini sama-sama merupakan game perang robot yang memiliki esensi dairi game dengan genre MOBA modern.
StarCraft jadi pionir MOBA modern
Di era 1990-an, perang robot masih menjadi salah satu tema favorit untuk membuat game dengan gameplay mirip Herzog Zwei dan Future Cop: LAPD.
Pada 1998 lalu, perusahaan game Blizzard Entertainment membuat sebuah game bernama StarCraft. Game ini merupakan game RTS yang mengharuskan pemain mempertahankan markas mereka, namun tetap harus menghancurkan markas musuh untuk memenangkan pertandingan.
Pada game ini, pemain dan penggemar bisa membuat peta (map) sendiri menggunakan StarEdit. Penggemar yang doyan membuat peta custom (modder), yaitu Aeon64 memutuskan untuk membuat mode peta baru bernama “Aeon of Strife” (AoS).
AoS memungkinkan pemain mengontrol satu hero dalam sebuah tim, dan hero ini berperan untuk menghancurkan markas musuh. Sebelum sampai ke markas, pemain wajib menghancurkan tiga lapis menara pertahanan (tower) yang ada di tiga jalur (lane) yang tersedia.
Mekanisme pertahanan tiga lapis berbasis tower, begitu juga sistem laning ini dipakai di beberapa game MOBA masa kini, seperti Dota 2, Mobile Legends, dan lain sebagainya. Sehingga, AoS bisa dibilang merupakan salah satu pionir dari game MOBA modern.
Genre MOBA muncul setelah Warcraft III
Di era 1990-an, genre MOBA bisa dibilang tidak ada. Salah satu genre yang memiliki gameplay seperti MOBA adalah RTS, seperti Starcraft tadi.
Namun di era 2000-an, genre MOBA perlahan dicanangkan. Salah satu game yang membantu menghadirkan genre MOBA adalah game bikinan Blizzard Entertainment lainnya, yaitu Warcraft III: Reign of Chaos yang dirilis di PC pada 2002 lalu.
Bukan game perang robot, game ini merupakan game RTS berjenis fantasi, sehingga pemain akan bisa menggunakan dan melawan berbagai monster khas Warcraft III.
Dalam game ini, ada fitur pembuat peta dan mode game bernama Warcraft III World Editor. Kepopuleran AoS membuat satu modder Warcraft III dengan identitas “Eul” mulai membuat peta yang terinspirasi dari AoS.
Kala itu, peta tersebut bernama “Defense of The Ancients”, atau yang lebih dikenal dengan nama DoTA. Sama seperti AoS, map DoTA memungkinkan pemain memilih satu hero dan satu tim untuk mengeliminasi pemain dan menghancurkan markas tim lawan.
Peta ini memiliki sistem pertahanan berbasis menara sebanyak tiga lapis, serta memiliki sistem tiga lane serupa dengan AoS. Di DoTA, pemain bisa menggunakan aneka hero yang ada di game utama Warcraft III.
Peta ini semakin dikembangkan selama beberapa tahun setelah Warcraft III: Reign of Chaos dirilis. Modder yang mengembangkan game ini juga bervariasi, bukan hanya Eul saja.
Nah, genre MOBA mulai dikenal oleh orang banyak setelah Blizzard Entertainment meluncurkan expansion pack dari Warcraft III bernama “Frozen Throne” pada 2003 lalu. Di game ini, banyak modder yang berlomba-lomba membuat peta yang terinspirasi dari DoTA.
Salah satu modder bernama “IceFrog” menyempurnakan map DoTA dan menyebutnya sebagai “DoTA: All Stars”. Di mode ini, hero yang bisa dipilih pemain semakin banyak, dan tiap hero memiliki kemampuan (skill) dan peran (role) mereka masing-masing.
Karena hero dengan skill dan role beragam ini, terlebih bisa dimainkan bersama pengguna lainnya secara online, DoTA: All Stars konon menjadi mode di dalam game dengan genre MOBA yang kita kenal saat ini.
MOBA semakin populer dan jadi game e-sports
Semakin tahun, kepopuleran peta DoTA: All Stars semakin menjadi. Bahkan, di tahun 2000-an berdasarkan pengalaman KompasTekno, tak sedikit warnet di Indonesia yang menyediakan game Warcraft III: Frozen Throne, terutama map DoTA: All Stars, supaya bisa dimainkan oleh para tamu.
Kepopuleran DoTA membuat banyak pengembang terinspirasi membuat game serupa yang memiliki genre MOBA, mulai dari game berjenis flash dengan judul Minions buatan The Casual Collective pada 2008 lalu, hingga Demigod buatan Gas Powered Games pada 2009 lalu.
Namun satu-satunya game yang meraih kesuksesan adalah League of Legends (LoL) buatan Riot Games yang dirilis pada 2009 lalu. Game ini sederhananya memiliki gameplay mirip dengan DoTA: All Stars, namun dengan hero dan beberapa fitur di dalam game yang sedikit berbeda.
Sekitar tahun 2009, modder DoTA: All Stars, IceFrog direkrut Valve untuk membuat game terpisah (stand alone) dari Warcraft III: Frozen Throne, namun tetap terinspirasi dari DoTA: All Stars.
Game ini diberi nama Dota 2 dan versi betanya diumumkan pada 2010 lalu, kemudian versi finalnya dirilis secara global pada 2013 mendatang.
Setelah Dota 2, ada beberapa game MOBA yang dirilis ke publik, yaitu seperti Smite (2004), Vainglory (2014), hingga Heroes of the Storm (2015).
Namun, LoL dan Dota 2 bisa dibilang dua game MOBA yang sukses meraih basis pengguna yang cukup banyak. Bahkan, dari dulu hingga kini, kedua game tersebut memiliki serangkaian turnamen kompetitif alias e-sports dengan hadiah mencapai miliaran rupiah.
Marak di smartphone
Berkembangkan teknologi dan kecanggihan smartphone, begitu juga tren mobile gaming yang semakin meningkat, membuat para pengembang game mobile mengadapatasi game dengan genre MOBA dari PC ke mobile.
Pada 2016 lalu, perusahaan game asal China, Tencent meluncurkan game MOBA bernama Arena of Valor. Di tahun yang sama, perusahaan game asal China juga, yaitu Moonton turut meluncurkan game serupa bernama Mobile Legends.
Kala itu, Arena of Valor dan Mobile Legends menjadi cukup populer, terutama di pasar Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Kepopuleran dua game ini juga diiringi oleh sejumlah kompetisi e-sports yang digelar oleh masing-masing pembuat game.
Genre MOBA di smartphone ini dianggap cukup “seksi” dan mampu menarik minat pengguna untuk memainkannya.
Hal ini ditandai dengan banyaknya game MOBA yang berseliweran setelah Arena of Valor dan Mobile Legends muncul. Dua di antaranya yang cukup populer juga adalah LoL: Wild Rift (2020) hingga Honor of Kings (2024).
Beberapa game MOBA lain yang terbilang cukup menarik adalah Pokemon Unite, Onmyoji Arena, Heroes Evolved, Marvel Super War, Brawl Stars, Thetan Arena, Legend of Ace, Arena of Faith, Survival Heroes, dan masih banyak lagi.
Kehadiran banyak game MOBA ini, baik itu di platform PC maupun mobile, menandakan bahwa game seperti ini semakin populer seiring berjalannya waktu, dari dulu hingga sekarang.
Mekanisme bermain game MOBA mungkin sama dan repetitif apabila dibandingkan satu dengan yang lainnya.
Namun, aspek kompetitif dari suatu game MOBA menjadi keseruan tersendiri bagi para pemainnya yang bisa dibilang berasal dari segala umur, baik muda maupun tua.