Potret Geopark Kebumen “The Mother Earth of Java” yang Resmi Diakui Dunia
KOMPAS.com – Geopark Kebumen yang dijuluki The Mother Earth of Java resmi diakui oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO).
Geopark di Kebumen, Jawa Tengah masuk dalam daftar UNESCO Global Geopark (UGGp) melalui Sidang Dewan UGGp di Cao Bang, Vietnam, Minggu (8/9/2024).
General Manager Badan Pengelola Geopark Kebumen, Sigit Tri Prabowo mengatakan, seluruh anggota dewan yang berasal dari sebelas negara secara bulat memutuskan untuk memasukkan The Mother Earth of Java.
“Alhamdulillah berkat dukungan dan kerja keras seluruh masyarakat Kebumen, impian itu akhirnya tercapai,” ujar Sigit, dilansir dari Kompas.com, Senin (9/9/2024).
Lantas, seperti apa potret Geopark Kebumen?
Baca juga: 4 Geopark Indonesia yang Kembali Diakui UNESCO, Mana Saja?
Mengenal Geopark Kebumen
Geopark atau taman bumi adalah sebuah wilayah geografi yang memiliki warisan geologi dan keanekaragaman bernilai tinggi.
Indonesia dianugerahi dengan taman bumi yang tersebar di beberapa daerah, salah satunya Geopark Kebumen di Jawa Tengah.
Dilansir dari laman resmi, Geopark Kebumen memiliki luas daratan 1.138,70 kilometer persegi dan lautan 21,98 kilometer persegi, dengan total 22 kecamatan dan 374 desa.
Nama Kebumen berasal dari “Kabumian“, yang dapat diartikan sebagai ilmu kebumian.
Tempat ini diharapkan dapat menjadi sumber cahaya ilmu pengetahuan tentang bumi dengan keanekaragaman geologi, biologi, dan budaya.
Sejarah Geopark Kebumen dapat ditelusuri kembali pada 2004 ketika Kawasan Bentang Alam Karst Gombong Selatan (KBAK) ditetapkan sebagai kawasan pembangunan berkelanjutan.
Pada 2006, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan Kawasan Karangsambung sebagai Kawasan Cagar Alam Geologi.
Baca juga: Diakui Dunia, Geopark Kebumen Ditetapkan sebagai UNESCO Global Geopark
Pemerintah Kabupaten Kebumen kemudian mengusulkan pembentukan Geopark Karangsambung–Karangbolong pada 2018.
Pada tahun yang sama, kawasan tersebut ditetapkan sebagai Geopark Nasional pada 30 November 2018.
Saat itu, Geopark Karangsambung–Karangbolong mencakup area seluas 543.599 kilometer persegi yang meliputi 12 kecamatan dengan 117 desa.
Area ini mencakup wilayah utara, tengah, dan kawasan karst di selatan dengan morfologi yang bervariasi, mulai dari perbukitan, lembah, dataran, hingga pantai.
Hingga pada 2023, Pemerintah Kabupaten Kebumen melalui Peraturan Bupati Nomor 25 tahun 2023 mengubah nama Geopark Karangsambung–Karangbolong menjadi Geopark Kebumen.
Perubahan itu bertepatan dengan perluasan kawasan taman bumi menjadi daratan seluas 1.138,70 kilometer persegi dan lautan seluas 21,98 kilometer persegi.
Baca juga: Kaldera Toba Ditetapkan Jadi UNESCO Global Geopark
The Mother Earth of Java
Dikutip dari laman Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Geopark Kebumen memiliki tiga geo trail, jalur dari beberapa situs yang menafsirkan lanskap geologi.
Trail berwarna hijau ke arah Karangsambung berkaitan dengan The Mother of Java atau The Mother of Earth, sebuah aspek alam yang memberi kehidupan layaknya kasih sayang ibu kepada anaknya.
Trail warna kuning atau ke arah barat bercerita tentang Earth and Human Live atau bumi dan kehidupan manusia.
Sementara, geo trail yang berwarna ungu di bagian selatan adalah sebuah kawasan tentang kehangatan wisata Kebumen atau The Warm of Paradise.
Baca juga: Puncak Paralayang, Lokasi Kemah dan Paralayang di Geopark Ciletuh
Ketiganya menunjukkan kombinasi antara keragaman geologi, biologi, dan budaya yang diharapkan dapat menjadi sumber cahaya ilmu pengetahuan.
The Mother Earth of Java sendiri memiliki sejumlah peristiwa geologi yang unik. Salah satunya, warna batuan bermacam-macam menandakan jenis batu yang berbeda-beda.
Peneliti Pusat Riset Sumber Daya Geologi BRIN Chusni Ansori berujar, jika dilihat dari cerita geologi, dapat simpulkan bahwa Geopark Kebumen adalah tempat pertemuan antara lempeng Samudra Hindia dengan Benua Asia.
“Terjadi sekitar 119 juta tahun lalu diikuti oleh pengangkatan, vulkanisme, dan pembentukan morfologi karst, proses itu menghasilkan bentang-bentang alam dan batuan yang menarik,” ujar Chusni.
Baca juga: Penjelasan Kemenparekraf soal Kartu Kuning Geopark Kaldera Toba
Punya sisi geologi menarik
Chusni juga menunjukkan, Geopark Kebumen memiliki krakal atau air panas. Namun, air panas ini bukan berasal dari vulkanik seperti air panas di Rinjani, Batur, dan Ijen.
Air panas di Geopark Kebumen merupakan produk dari patahan dalam serta pengaruh gradian geotermal.
Hal tersebut menyebabkan airnya memiliki suhu sekitar 38 hingga 39 derajat Celsius, dengan kandungan sulfur rendah dan tinggi garam.
“Sejak zaman Belanda, mata air panas krakal telah dipakai untuk penyembuhan,” terang Chusni.
Karangbolong, salah satu situs di kawasan Geopark Kebumen, juga memiliki sisi geologi yang menarik.
Baca juga: Situs Gunung Gamping di Sleman Diusulkan Menjadi Geopark Nasional
Situs ini merupakan tinggian (horst), tetapi dari arah timurnya hingga Yogyakarta merupakan rendahan (graben).
Morfologi tersebut terbentuk akibat patahan geser Kebumen-Muria di sisi timur serta patahan Cilacap-Pamanukan di sisi barat.
Keragaman geologi Geopark Kebumen pun merupakan gabungan dari Geopark Global UNESCO Ciletuh-Pelabuhanratu di Sukabumi, Jawa Barat, serta Geopark Gunung Sewu di Gunungkidul, DIY hingga Pacitan, Jawa Timur.
Tidak hanya itu, budaya yang ada di Geopark Kebumen juga tercatat memiliki banyak variasi dari era Megalitikum, Hindu-Buddha, Islam, hingga kolonial.
“Keragaman budayanya meliputi kawasan Mangrove Ayah, Hutan Pager Jawa, Kelapa Genjah Entok, Sapi PO, dan beberapa keragaman biologi lainnya,” tuturnya.