Populer: ACE Hardware Pamit; Pendapatan Warga RI Turun Tapi Biaya Hidup Mahal
Ace Hardware Tbk (ACE/ACES) dikabarkan tidak lagi memperpanjang lisensi Ace Hardware International Holdings pada 29 Desember nanti. Informasi itu menjadi salah satu berita populer di kumparanBisnis sepanjang Selasa (3/9).
Selain itu, tren penurunan pendapatan disposabel yang diungkap oleh Bappenas juga menjadi salah satu berita yang ramai dibaca publik. Berikut rangkuman selengkapnya:
ACE Hardware Pamit
Setelah lisensinya habis, Ace Hardware Indonesia akan berganti menjadi PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk (AHI), untuk identitas merek baru masih dalam tahap persiapan. Walau demikian, kode emiten yang digunakan tetap ACES.
Hal ini berdasarkan keputusan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 7 Juni 2024 yang diumumkan pada 27 Agustus 2024 oleh perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai salah satu langkah strategis bisnis.
“Perusahaan kini tengah mempersiapkan peluncuran identitas merek baru yang mencerminkan komitmen perusahaan terhadap kualitas dan pelayanan terbaik, yang dijadwalkan akan diperkenalkan kepada seluruh pelanggan pada awal tahun 2025,” ungkap Direktur PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk, Gregory S. Widjaja.
Ia menyebut keputusan memilih identitas baru ini akan mampu mempertahankan posisi perusahaan sebagai pemimpin pasar, mempertahankan daya saing yang kuat di industri ritel, relevan dengan kebutuhan pelanggan dan memberi dampak positif.
Pendapatan Warga RI Turun Tapi Biaya Hidup Mahal
Proporsi disposable income terhadap GFP per kapita disebut menurun sejak 2010. Hal ini disampaikan oleh Deputi Bidang Pendanaan Pembangunan Kementerian PPN/Bappenas, Scenaider C.CH Siahaan.
“Tantangan Indonesia adalah pendapatan disposabel masyarakat yang menunjukkan tren penurunan,” katanya.
Berdasarkan data yang ada pada 2010 proporsi disposable income terhadap GDP per kapita sebesar 78,5 persen, angka tersebut naik dan menjadi yang tertinggi pada 2011 sebesar 78,9 persen. Pada 2012 angka tersebut menurun menjadi 77,5 persen. Di tahun 2013 angkanya terus menurun menjadi 77,1 persen dan mencapai titik terendah di 2023 dengan 72,7 persen.
Scneider juga mengungkap beberpa penyebab penurunan pendapatan disposabel mulai pandemi sampai perang dagang. “Dipengaruhi oleh tekanan inflasi sebagai akibat ketidakpastian global seperti COVID-19, perang Rusia-Ukraina, perang dagang,” ungkapnya.
Selain itu, Bappenas juga menemukan fakta tentang mayoritas penduduk Indonesia yang ternyata bekerja di sektor non produktif.