Inilah 4 Zona Megathrust di Selatan Pulau Jawa,Bisa Picu Gempa Bumi Dahsyat Magnitudo 9,0
BANGKAPOS.COM – Pulau Jawa terutama bagian Pantai Selatan rawan terjadi gempa megathrust.
Wilayah tersebut dikepung zona megathrust, yang jika terjadi gempa di zona tersebut bisa memicu gempa besar dan tsunami.
Zona megathrust terbentuk ketika lempeng samudera bergerak ke Bawah menunjam lempeng benua dan menimbulkan gempa bumi.
Zona megathrust di Indonesia sendiri sudah terbentuk sejak jutaan tahun saat terbentuknya rangkaian busur kepulauan.
Karena menjadi wilayah sumber gempa, zona ini dapat memunculkan gempa bumi dengan berbagai magnitudo dan kedalaman.
Zona paling rawan di Selatan Pulau Jawa adalah wilayah Selat Sunda yang diperkirakan dapat memicu gempa dengan kekuatan maksimal M 9.0
Sedangkan zona paling rawan di Selatan Pulau Sumatera adalah Mentawai-Siberut yang diprediksi bisa menyebabkan gempa berkekuatan maksimal M 8.9.
Meski memiliki potensi menimbulkan gempa besar, tapi zona megathrust juga kerap menimbulkan gempa berkekuatan kecil dan tidak berpotensi tsunami.
Genpa Gunungkidul Terkait Zona Megathrust
Gempa bumi magnitudo 5,5 mengguncang Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Senin (26/8/2024) malam.
Gempa yang tidak berpotensi tsunami ini jadi topik pembicaraan masyarakat karena lokasinya berada di zona megathrust.
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan bahwa gempa tersebut berkaitan dengan megathrust.
“Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya deformasi batuan di bidang kontak antar lempang (megathrust),” kata Daryono dalam keterangan resminya, Senin (26/8/2024), dikutip dari Kompas.com.
Sebelumnya, BMKG telah menyoroti dua wilayah yang berpotensi terjadi gempa megathrust, yakni Selat Sunda dan Mentawai-Siberut.
Zona megathrust segmen Selat Sunda sebagian terbentang di Selatan Jawa-Bali, sementara zona megathrust Mentawai-Siberut di barat Sumatera.
Adapun Daryono juga mengatakan bahwa gempa megathrust di Selat Sunda dan Mentawai-Siberut tinggal menunggu waktu.
Pasalnya, keberadaan zona megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut dinilai sebagai sebuah potensi yang diduga oleh para ahli sebagai zona kekosongan gempa besar (seismic gap) yang sudah berlangsung selama ratusan tahun.
ikutip dari Antara, seismic gap tersebut harus diwaspadai karena dapat melepaskan energi gempa signifikan yang dapat terjadi sewaktu-waktu.
Selain itu, data BMKG juga menunjukkan bahwa megathrust Selat Sunda dan megathrust Mentawai-Siberut sudah lama tidak terjadi gempa besar.
Meskipun BMKG bisa memprediksi potensi magnitudonya, namun mereka tidak bisa memperkirakan kapan gempa megathrust tersebut akan terjadi.
Kondisi itulah kemudian yang menjadi kekhawatiran akan gempa megathrust di masa mendatang.
Lantas, mana saja zona megathrust yang ada di Pulau Jawa?
Zona megathrust yang ada di Pulau Jawa
Tak hanya dua zona megathrust tersebut, BMKG menyebut total ada 16 zona megathrust yang mengepung Indonesia.
Dari 16 zona megathrust tersebut, setidaknya ada 4 zona megathrust yang mengepung Pulau Jawa, salah satunya adalah megathrust Selat Sunda.
Berikut 4 zona megathrust yang berada di sekitar Pulau Jawa dan potensi gempa bumi yang dihasilkannya:
1. Megathrust Bali
- Potensi magnitudo maksimum: M 9,0
- Sejarah gempa yang terjadi: belum ada catatan
- 2. Megathrust Jawa Tengah-Jawa Timur
- Potensi magnitudo maksimum: 8,9 M
- Sejarah gempa yang terjadi: M 7,2 pada 1916 dan M7,8 pada 1994
3. Megathrust Selat Sunda-Banten
- Potensi magnitudo maksimum: M 8,8
- Sejarah gempa yang terjadi: M 8,5 pada 1699 dan 1780
4. Megathrust Jawa Barat
- Potensi magnitudo maksimum: M 8,8
- Sejarah gempa yang terjadi: M 8,1 pada 1903 dan M 7,8 pada 2006
Selain 4 zona megathrust di Pulau Jawa, ada 14 zona megathrust lain yang tersebar di Indonesia. Berikut daftarnya:
- Megathrust Aceh-Andaman (M 9,2)
- Megathrust Nias-Simelue (M 8,9)
- Megathrust Batu (M 8,2)
- Megathrust Mentawai-Siberut (M 8,7)
- Megathrust Mentawai-Pagai (M 8,9)
- Megathrust Enggano (M 8,8)
- Megathrust NTB (M 8,9)
- Megathrust NTT (M 8,7)
- Megathrust Laut Banda Selatan (M 7,4)
- Megathrust Laut Banda Utara (M 7,9)
- Megathrust Utara Sulawesi (M 8,5)
- Megathrust Lempeng Laut Filipina (M 8,2).
Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut paling diwaspadai
Guru Besar Bidang Geodesi Gempa Bumi Institut Teknologi Bandung (ITB), Irwan Meilano mengatakan alasan mengapa zona megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut paling diwaspadai karena dua zona tersebut belum rilis atau terjadi gempa besar.
“Sesudah gempa Aceh 2004, Nias 2005, kemudian gempa Padang 2009, gempa 2010 di bagian bawah dari Mentawai,” ujarnya saat dikutip dari Kompas.com, Kamis (15/8/2024).
“Nah, bagian tengah kok enggak, itu kemudian menimbulkan banyak diskusi di kalangan ahli. Kenapa itu perlu menjadi perhatian? Karena itu paling tidak dalam catatan sejarah pada 1797 dan1833, pernah terjadi,” imbuhnya.
Menurut Irwan, terdapat tiga kondisi yang dapat digunakan untuk memastikan suatu daerah berpotensi gempa megathrust atau tidak.
Kondisi pertama, potensi gempa dapat dilihat dari data historis atau sejarah suatu wilayah. Ini karena gempa akan terjadi secara berulang.
“Jadi kalau di masa lalu pernah terjadi (gempa), kemungkinan di masa depan akan terulang. Nah, di Mentawai kondisi itu terpenuhi, di masa lalu pernah terjadi 1797 dan 1833,” jelas dia.
Sementara, gempa besar di zona megathrust Selat Sunda pernah terjadi pada 1699 dan 1780 dengan magnitudo 8,6.
Irwan mengatakan, kondisi kedua bisa dilihat dari aktivitas kegempaannya yang sepi.
Jadi, ada daerah yang kiri dan kanannya gempa terus, namun bagian tengahnya sepi, dan kondisi ini juga terpenuhi.
Kemudian kondisi ketiga, yakni zona tersebut sedang mengumpulkan atau mengakumulasikan energi.
Untuk mengetahui suatu zona sedang mengakumulasikan energi, hal itu bisa dilihat melalui pengamatan geodetik.
“Jadi kita mengolah data dari Badan Informasi Geospasial (BIG), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan kita membuktikan bahwa akumulasi regangan sedang terjadi,” kata dia.
“Jadi ibarat orang nabung, ini sedang numpuk tabungannya, yang jadi pertanyaan itu akan dikeluarkan tiba-tiba atau tidak,” tambahnya.
Pasalnya, secara teori, suatu zona yang sedang mengalami strain accumulation, pasti akan ada release, dalam hal ini gempa bumi.
“Itulah kemudian yang menjadi perhatian dan alasan mengapa Zona Mentawai dan Selat Sunda lebih diwaspadai,” tuturnya.
(Bangkapos.com/Kompas.com/Alicia Diahwahyuningtyas, Inten Esti Pratiwi)