Tinggal di Perbatasan 2 Negara,Norlichan Harus Pulang Sekolah Sebelum Jam 4 Sore,Bak Cinderella
TRIBUNJATIM.COM – Inilah kisah pelajar yang sekolah di wilayah perbatasan dua negara.
Ia kerap melakukan perjalanan lintas negara menuju sekolah.
Hal ini dilakukan sejak duduk di sekolah dasar.
Bahkan ketika pulang sekolah, ia tak bisa berlama-lama.
Si pelajar harus segera pulang sebelum pukul 16.00 WIB.
Kisah ini dialami Norlichan Amoy.
Baca juga: Tak Mau Cicip saat Uji Coba Makan Gratis, Siswa SD Pilih Bawa Pulang Buat Neneknya yang Sakit
Ia pelajar yang berdomisili di Serikin, Malaysia.
Kisahnya bak seorang Cinderella karena waktunya di Indonesia dibatasi sampai jam 4 sore saja.
Gadis berusia 17 tahun tersebut sekolah di SMA Negeri 1 Jagoi Babang, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat (Kalbar).
Diketahui, pembatasan waktu itu lantaran layanan operasional Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Jagoi Babang dibuka hingga pukul 16.00 WIB.
Adapun Norlichan yang kini duduk di bangku kelas 12 SMA itu menjalani Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) mulai pukul 07.00-14.30 WIB.
“Sekolahnya kalau dari Serikin ke SMA tuh, kan masuk sekolah pukul 07.00 WIB. Kalau mau (berangkat) maksimal berkisar di pukul 06.30 WIB,” kata Norlichan, dikutip dari Kompas.com.
Norlichan mengaku sudah terbiasa melakukan perjalanan lintas negara sejak SD.
Ia mengatakan selalu pulang sebelum langit gelap meski ada tugas sekolah atau kerja kelompok.
“Enggak (enggak pernah nginep) di Indonesia,” ungkap Norlichan.
Setiap hari, setelah bel sekolah berbunyi, Norlichan langsung bergegas kembali ke rumah.
Perjalanan dari sekolah ke rumahnya memakan waktu sekitar 30 menit dengan jarak belasan kilometer, sehingga ia tidak bisa berlama-lama di Indonesia.
Meski demikian, Norlichan mengaku pernah tiba di PLBN Jagoi Babang pada 16.10 WIB, atau 10 menit setelah layanan lintas negara ditutup.
Saat itu, ia dan teman sekolahnya harus mengerjakan pakaian fashion show untuk salah satu mata pelaaran.
“Pernah (telat), ini ada kelompok ngerjain baju fashion show. Pulangnya tuh sekitar pukul 16.10 WIB,” jelas Norlichan.
Baca juga: Penuhi Nazar Jadi P3K, Bu Guru Sulasmiyati selama 4 Tahun Antar Jemput Siswa Naik Motor Dorkas
“Untung abang-abangnya (penjaga perbatasan) tuh enggak marah gitu. Jadi adalah alasan buat bisa masuk (melintas),” lanjutnya.
Ketekunan Norlichan untuk pulang tepat waktu juga didorong oleh harapan orangtuanya agar dirinya bisa belajar dengan baik di Indonesia.
“Kesan-kesannya sih tetap semangat pergi sekolahnya, pulang sekolahnya. Terus ada lagi harapan orangtua suruh kita sekolah yang benar,” ujar Norlichan.
Rutinitas lintas negara yang sudah dijalani Norlichan selama 12 tahun ini mulanya dari keputusan ibunya yang merasa lebih nyaman dengan sistem pendidikan di Indonesia.
“Lalu mama mikir-mikir lagi, mending sekolah di Indonesia saja, lebih senang (mudah) surat-menyuratnya (administrasinya) kan,” tutur Norlichan.
Sejak saat itu, Norlichan menikmati perjalanannya setiap hari melintasi perbatasan Jagoi Babang-Serikin.
Ia tidak merasa terbebani harus bangun lebih awal setiap pagi.
“Bangunnya kisaran 05.00-05.20 WIB. Itu saya dapat bersiap-siap dari seragam saya, buku-buku saya, terus belum lagi sarapan pagi lah kadang-kadang,” ungkap Norlichan.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews Tribunjatim.com