Informasi Terpercaya Masa Kini

Digempur Drone, Roket, dan Rudal, Israel Inginkan Senjata Laser Melapis Iron Dome

0 12

TEMPO.CO, Jakarta – Sistem pertahanan udara berlapis yang terintegrasi milik Israel boleh dibilang berhasil meredam serangan besar-besaran dari Iran dan sekutunya pada 13 April lalu. Tapi, serangan drone, roket, dan rudal yang terus datang berarti menguras amunisi yang dibutuhkan Israel untuk bertahan.

Jadilah, Israel kini menginginkan sebuah sistem pertahanan udara yang tak akan pernah kehabisan peluru, dan paket bantuan senilai 1,2 miliar dolar dari Amerika Serikat bisa membantu mewujudkannya. Senjata yang dimaksud adalah Iron Beam, sistem laser berkecepatan dan energi tinggi yang didesain untuk merontokkan rudal, roket, dan drone.

Rencana ini menjadi pertaruhan besar atas teknologi yang belum terbukti–tapi kalau sukses, akan memberikan sebuah perisai pertahanan yang invisible. Iron Beam akan menjadi penyelamat warga Israel yang telah secara reguler menjadi sasaran serangan udara.

Kelompok bersenjata Houthi di Yaman, misalnya, terhitung telah melontarkan lebih dari 220 drone kamikaze dan rudal ke Israel sejak perang Israel-Hamas pecah Oktober 2023. Itu belum termasuk serangan dari Iran dan Hizbullah di Lebanon. Data lain menyebutkan, hingga Januari lalu, ada lebih dari 9.000 roket ditembakkan ke Israel dari Gaza dan 2.000-an dari arah Lebanon dan Suriah.

Iron Beam dan Iron Dome

Dikenal secara resmi sebagai ‘Shield of Light’, Iron Beam adalah sebuah Sistem Senjata Laser Energi-Tinggi kelas 100 kilowatt yang diperkenalkan Rafael Advanced Defense Systems pada 2014. Rafael adalah juga kontraktor Iron Dome–sebuah jaringan rudal interseptor jarak pendek yang dipandu radar.

Pada Oktober 2022, pejabat perusahaan itu mengatakan kalau Iron Beam sudah akan siap dua sampai tiga tahun lalu. Pada Maret lalu, eksekutif Rafael memberikan konfirmasinya kalau Rafael manargetkan sistem laser itu siap digunakan pada akhir 2025.

“Iron Beam tidak akan menggantikan Iron Dome,” kata James Black, Wakil Direktur RAND Europe, sebuah perusahaan think thank nonprofit. Menyebut laser sebagai ‘directed energy’, dia menambahkan bahwa Iron Beam akan terintegrasi sebagai lapisan pertahanan jarak-pendek tambahan yang akan menangkal ancaman sampai 4,3 mil jauhnya.

Tidak seperti pertahanan yang menggunakan rudal pencegat, Iron Beam dapat terus menembak sepanjang masih ada energi yang menjadi sumber tenaganya. “Sebagian besar keuntungan dari penggunaan laser memang berpangkal dari kedalaman magasin yang mereka tawarkan,” kata Black.

Laser Iron Beam. Rafael.co.il

Kedalaman itu tidak berarti tidak terbatas–karena onderdil dan suplai energi tidak abadi. Tapi, yang jelas, Black mengatakan, senjata laser memberikan magasin yang berlimpah dibandingkan baterai isi rudal.

Aspek penting lain adalah biaya per aksi intersepsi serangan. Menurut Institut Studi Keamanan Nasional Israel, satu rudal pencegat Iron Dome berbiaya 40-50 ribu dolar. Rudal-rudal jelajah bisa sampai jutaan dolar. Sedangkan drone jarak jauh Shahed-136 bikinan Iran yang dipandang berteknologi rendah sekalipun berbiaya sekitar 30 ribu dolar per unit. Roket-roket Qassam rakitan Hamas sekalipun, yang dibuat dari pipa-pipa bekas dan bahan peledak yang dikembangkan sendiri, butuh biayanya sendiri.

“Jadi semua pada akhirnya kembali ke biaya,” kata Mark Neice, CEO Directed Energy Consultants, sebuah perusahaan di Albuquerque, New Mexico, Amerika Serikat, yang menyediakan konsultasi teknis tentang laser energi tinggi.

Menurutnya, sistem senjata saat ini efektif tapi mahal. “Ketika Anda menembakkan rudal seharga 50 ribu dolar ke target senilai 10 ribu dolar, berapa lama Anda bisa bertahan di arah yang keliru dari kurva biaya?”

Pada 2022 lalu, Naftali Bennett, saat itu Perdana Menteri Israel, mengatakan Iron Beam akan berbiaya hanya $2 sekali tembak. Iron Beam juga mengurangi risiko collateral damage.

Sebuah baterai anti-rudal Iron Dome disiagakan di dekat Ashkelon, di Israel selatan 17 April 2024. REUTERS/Hannah McKay

Intersepsi atas serangan yang datang kerap kali terjadi di atas kota, dan setiap rudal supersonik Tamir dari Iron Dome memiliki berat 100 kilogram; sebuah kegagalan mesin atau salah tembak dapat menyebabkan kerusakan atau korban serius. Beda halnya dengan laser yang selalu mengarah tepat ke mana dia diarahkan, dan tidak akan jatuh kembali ke Bumi.

Pengalaman Senjata Laser Amerika

Amerika Serikat saat ini mempunyai sebanyak 31 program senjata laser. Para peneliti di Pentagon telah menembak jatuh drone-drone dengan laser sejak 1973. Tapi, sejak itu pula mereka masih berusaha keras untuk bisa memiliki sistem yang kokoh dan bisa diandalkan di lapangan.

XN-1 LaWS (Laser Weapon System), misalnya. Senjata ini pernah terpasang di kapal perang amfibi Angkatan Laut AS USS Ponce pada 2014 dan ikut berlayar ke Teluk Persia namun tak pernah ditembakkan sekalipun. Sebuah evaluasi menemukan LaWS memiliki masalah dengan pelacakan dan penembakan target yang kecil, dan senjata itu akhirnya disimpan dalam rak.

Angkatan Darat Amerika kini menggunakan laser untuk melindungi pasukannya dari drone-drone milik kelompok gerilyawan di Irak. Ini pun, menurut laporan umpan balik para prajuritnya mengindikasikan perbedaan signifikan antara hasil uji dan laboratorium dengan di lapangan. Dengan kata lain, senjata belum berfungsi seperti yang diharapkan.

Meski begitu Black meyakini sebuah sistem seperti Iron Dome dapat sukses. “Kita sudah memiliki konvergensi teknologi yang memampukan untuk itu, termasuk pembangkitan dan penyimpanan energi-nya, miniaturisasi komponen-komponen, dan yang pentingnya, kemajuan besar dalam pembidikan,” katanya.

POPULAR MECHANICS, BREAKING DEFENCE

Pilihan Editor: Tetap Gagal Meski Dapat ‘Atensi’ Jokowi, Ini Syarat Lengkap Masuk TNI untuk Lulusan SMA

Leave a comment