Informasi Terpercaya Masa Kini

Arab Saudi Ancam Negara Eropa Lewat Surat Utang, Jika Berani Sita Aset Rusia

0 56

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH — Arab Saudi memperingatkan pihaknya akan menjual sejumlah surat utang Eropa sebagai pembalasan atas tindakan G-7 yang menyita hampir 300 miliar dolar AS aset Rusia yang dibekukan. Demikian menurut laporan Bloomberg seperti dilansir MEE. 

Ancaman itu disampaikan dari Kementerian Keuangan Arab Saudi awal tahun ini ke beberapa negara G-7, ketika kelompok tersebut mempertimbangkan penyitaan aset-aset Rusia yang dibuat khusus untuk mendukung Ukraina. “Arab Saudi mengisyaratkan utang euro yang diterbitkan oleh Prancis,” tulis Bloomberg.

Riyadh telah mengkhawatirkan upaya Barat untuk menyita aset Kremlin selama berbulan-bulan. Pada bulan April, Politico melaporkan bahwa Arab Saudi, bersama dengan Tiongkok dan Indonesia, secara pribadi melobi UE agar tidak melakukan penyitaan.

Ancaman Arab Saudi untuk menjual surat utang negara-negara anggota Uni Eropa akan menunjukkan unjuk kekuatan kerajaan dalam memanfaatkan daya ekonomi mereka buat mempengaruhi para pembuat kebijakan di negara-negara barat.

Tidak jelas berapa banyak surat utang Eropa yang dimiliki Arab Saudi. Namun cadangan mata uang asing bersih bank sentral mereka mencapai 445 miliar dolar AS. Arab Saudi memiliki obligasi AS senilai $135,9 miliar, menempatkannya di peringkat ke-17 di antara investor obligasi AS.

Pada bulan Juni, G-7, yang mencakup AS; Kanada; Inggris; Perancis; Jerman; Italia; dan Jepang, setuju untuk memberikan pinjaman sebesar 50 miliar dolar AS kepada Ukraina yang akan didukung oleh keuntungan dihasilkan dari aset Rusia.

Langkah ini tidak menghentikan penyitaan penuh atas aset bank sentral Rusia yang dibekukan di negara-negara Barat senilai sekitar $322 miliar.

Bloomberg mengatakan bahwa peringatan Arab Saudi kemungkinan akan memicu pertentangan di antara beberapa negara anggota UE terhadap pendekatan yang lebih tegas, meskipun AS dan Inggris melobi agar penyitaan segera dilakukan.

Hubungan Rusia-Saudi

Ancaman Arab Saudi menggarisbawahi kekhawatiran di negara-negara Teluk yang kaya bahwa suatu hari nanti negara-negara Barat dapat menerapkan pengaruh ekonomi serupa yang mereka gunakan kepada Rusia terhadap aset-aset negara-negara Teluk di luar negeri.  

Presiden Rusia Vladimir Putin telah mendekati Arab Saudi, karena ia bergantung pada kerajaan kaya minyak itu untuk melawan isolasi Moskow di panggung dunia dan menopang pasar energi.

Putin melakukan kunjungan langka ke Arab Saudi dan UEA pada Desember lalu. Middle East Eye melaporkan bahwa Putin meminta izin Putra Mahkota Mohammed bin Salman sebelum mempersenjatai pemberontak Houthi di Yaman dengan rudal jelajah anti-kapal.

Pemimpin Saudi, yang melancarkan perang brutal melawan kelompok Houthi yang didukung Iran, mendesak Putin untuk tidak mempersenjatai kelompok tersebut, dan Rusia menurutinya.

Arab Saudi bersaing dengan Rusia untuk mendapatkan posisi sebagai eksportir minyak mentah terbesar di dunia.

Seperti negara-negara Teluk lainnya, mata uang Arab Saudi dipatok terhadap dolar dan menjual minyaknya dalam bentuk greenback, sehingga meningkatkan posisi dolar sebagai mata uang cadangan dunia.

Pada Januari 2023, Arab Saudi mengatakan pihaknya sedang mempertimbangkan perdagangan dalam mata uang selain dolar AS setelah adanya laporan bahwa mereka sedang berdiskusi dengan Tiongkok mengenai penjualan sejumlah minyak mentah dalam yuan.

Janji Presiden AS Joe Biden untuk menjadikan Arab Saudi sebagai “paria” atas pembunuhan kolumnis Middle East Eye dan Washington Post, Jamal Khashoggi, mewujudkan ketakutan bahwa suatu hari nanti Washington akan berbalik melawan sekutunya yang telah berusia puluhan tahun itu.

Biden kemudian beralih dan bersandar pada Arab Saudi untuk mencapai kesepakatan normalisasi dengan Israel dan memainkan peran dalam pemerintahan Jalur Gaza pascaperang.

Leave a comment