PM Inggris Kecam Perusuh: Kami Tak Akan Tolerir Serangan ke Komunitas Muslim
Perdana Menteri Inggris Keir Starmer menegaskan pengunjuk rasa yang melakukan kekerasan dan menargetkan komunitas Muslim akan mendapat “hukuman penuh”.
Hal itu disampaikannya setelah pertemuan darurat dengan kepala polisi dan penjara pada Senin (5/8).
Penusukan yang mengakibatkan kematian tiga anak perempuan di kota Southport pekan lalu telah dimanfaatkan oleh kelompok anti-imigran dan anti-Muslim. Mereka juga menyebarkan disinformasi secara daring yang diperkuat oleh tokoh-tokoh sayap kanan terkemuka untuk memicu kekacauan di berbagai kota.
Apa pun motivasinya, ini bukan protes, ini kekerasan murni dan kami tidak akan menoleransi serangan terhadap masjid atau komunitas Muslim kami,” tegas Starmer, seperti dikutip dari Reuters.
“Kekuatan hukum penuh akan diberlakukan kepada semua orang yang diidentifikasi telah terlibat,” tambahnya.
Kepala polisi mengatakan pihaknya telah menangkap 378 orang sejak dimulainya kerusuhan. Ia memperingatkan akan menjatuhi hukuman penjara yang panjang bagi mereka yang terbukti bersalah atas kekacauan yang disertai kekerasan.
Kericuhan meletus Selasa lalu usai unggahan hoaks di media sosial menyebut tersangka penyerang di Southport adalah seorang muslim radikal yang baru tiba di Inggris.
Padahal, polisi mengungkap tersangka berusia 17 tahun itu lahir di Inggris dan mereka tidak menganggapnya sebagai insiden teroris. Orang tua tersangka pindah ke Inggris dari Rwanda.
Menteri Dalam Negeri Inggris Yvette Cooper mengatakan, para perusuh merasa berani untuk mengobarkan kebencian rasial. Menurutnya, protes itu bukan respons yang proporsional terhadap kekhawatiran tentang tingkat imigrasi yang mendekati rekor.
“Orang-orang yang berakal sehat tidak mengambil batu bata dan melemparkannya ke polisi,” katanya.
Protes masih terus berlanjut di seluruh Inggris. Sejumlah toko dijarah, masjid hingga kantor milik orang Asia pun diserang. Mobil-mobil dibakar dan beberapa video di media sosial menunjukkan kelompok etnis minoritas dipukuli.
Australia, Nigeria, hingga Indonesia termasuk di antara negara-negara yang mengeluarkan peringatan kepada warganya yang tinggal di Inggris atau hendak bepergian ke sana.
Pada Senin (5/8) malam, protes menyebar ke Plymouth, Inggris barat daya. Polisi memisahkan ratusan pengunjuk rasa anti-imigrasi yang mengibarkan bendera Inggris dan berhadapan dengan massa lawannya.
Para pengunjuk rasa melemparkan batu bata dan kembang api, hingga bentrok dengan polisi.
Starmer mengatakan, jika diperlukan “pasukan tetap”, terdiri dari petugas polisi spesialis, maka akan diturunkan untuk meredam pecahnya kekerasan.
Majelis Irlandia Utara berencana mengakhiri periode liburan musim panasnya sehari lebih awal untuk membahas kekerasan tersebut.
Muslim di Inggris Takut ke Masjid
Imbas kerusuhan, warga Muslim di Inggris dilaporkan takut untuk beribadah di masjid.
“Ada peningkatan tingkat kekhawatiran di warga Muslim dan kami dengar beberapa individu berkata mereka takut ke masjid atau pusat Islam karena takut diserang. Banyak masjid membatalkan acara,” kata Direktur Tell Mama, Iman Atta, seperti dikutip dari The National.
“Kami mendapatkan peningkatan laporan perihal warga Muslim Inggris takut akan keselamatannya,” sambung Iman Atta.
Dia menambahkan, terdapat pula laporan warga Muslim yang memakai jilbab atau cadar menerima ancaman akan dibunuh sampai diperkosa.
“Kami melihat ini di jalanan dan ini harus segera dihentikan. Kami tak bisa membiarkan warga Muslim ketakutan,” kata Iman Atta.