Informasi Terpercaya Masa Kini

Review Film “Wonderland”, Kisah Pilu Para Pengguna AI

0 17

Pecinta film drama Korea pasti mengetahui kabar tentang film Wonderland yang baru saja rilis di Netflix. Apalagi film ini menggaet deretan aktris dan aktor ternama Korea yang memiliki banyak penggemar.

Antusias film Wonderland terlihat pada banyaknya penantian para penonton. Salah satunya ingin melihat chemistry yang dibangun Suzy dan Park Bo-Gum.

Dalam artikel ini, penulis secara khusus mereview tentang film Wonderland. Tidak akan terlalu banyak menyampaikan kabar tentang para aktor dan aktris yang terlibat. Bukan karena kualitas akting mereka meragukan, justru karena penulis hanyalah tipe penikmat film dan drama Korea saja. Tidak sampai mencaritahu secara detail perkembangan isu-isu para aktor dan aktris yang ramai di Korea. So, artikel ini cocok untuk kamu yang memang ingin tahu tentang filmnya. Bukan tentang kabar aktor dan aktrisnya.

Pertama kali melihat film Wonderland muncul pada beranda Netflix, saya langsung tertarik untuk meng-kliknya. Bukan karena saya begitu fanatik pada hal-hal yang berbau Korea. Bukan pula karena kenal pada aktor dan aktris yang terpajang di halaman utama. Justru karena film ini membawa tema yang relate dengan perkembangan saat ini.

Film Wonderland menyinggung isu kemajuan teknologi Artificial Intelligence atau yang sering disingkat menjadi AI. Dapat kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari bahwa AI turut serta mempengaruhi banyak faktor kehidupan kita. Mulai dari kegiatan sederhana, sampai hal-hal di luar nalar kita.

Mungkin ada diantara kita yang merasa heran dengan kemajuan AI ini. Misalnya saja saya sendiri yang merasakan takjub dengan kemajuan AI. Saya sempat menuliskan artikel tentang pengalaman saya dalam menggunakan website berbasis AI. Yang di mana membuat saya berpikir bahwa suatu saat hari bisa saja AI menggeser banyak profesi. “Apakah Musik AI Mengancam Profesi Musisi?” menjadi judul artikel saya dan diangkat menjadi headline pada bulan lalu.

Ketertarikan saya untuk mengetahui teknologi AI, turut membahwa rasa penasaran saya pada film-film yang mulai berani mengangkat isu ini. Jika ada yang masih beranggapan bahwa film hanya tontonan ringan tak berkualitas, mungkin memang belum menemukan film bagus yang menyesuaikan dengan perkembangan zaman.

Sebenarnya film Wonderland bukanlah film pertama yang mengangkat isu tentang AI. Bahkan film Indonesia pun sudah pernah ada yang mengangkat isu AI. Terbilang memiliki cerita yang hampir mirip.

Saya pernah menuliskan reviewnya dan merekomendasikannya pada pembaca Kompasiana. Menjadi salah satu film favorit saya di tahun 2023. Kisah yang menyentuh dan bikin banjir seisi bioskop. Film Ketika Berhenti di Sini memiliki kesamaan dengan film Wonderland yang akan saya bahas pada artikel ini.

Sebelum membandingkan kedua film ini, simak terlebih dahulu sinopsis singkat film Wonderland berikut ini!

Film Wonderland adalah drama romantis yang dibalut dengan genre fiksi ilmiah. Mengisahkan tentang sebuah perusahaan teknologi bebasis AI yang mengembangkan dunia simulasi virtual. Teknologi tersebut diberi nama Wonderland.

Dengan Wonderland, seseorang dapat berkomunikasi dengan seseorang yang telah tiada lewat video call. Menariknya, dunia virtual ini memiliki emosi dan perasaan layaknya manusia. Terbilang begitu sulit untuk membedakan antara dunia nyata dengan dunia buatan manusia.

Para pengguna Wonderland memiliki kisah yang berbeda-beda. Ada yang menggunakan jasa ini agar selalu merasa terhubung dengan seseorang yang sudah tiasa. Ada yang sengaja menggunakan jasa ini untuk berbohong sampai akhirnya merasa siap memberikan kabar duka. Ada yang menggunakan jasa ini hanya untuk sementara karena lelah menunggu seseorang terbaring sakit tak sadarkan diri. Yang lebih menarik, adapula yang mempersiapkan perpisahannya dengan menggunakan jasa ini. Sebelum menghadapi kematian, ia ingin mempersiapkan dirinya dalam bentuk virtual sebagai pengingat bagi orang-orang yang ia sayangi.

Perbedaan tujuan para penggunan membuat film ini tidak hanya fokus pada satu cerita saja. Penonton disuguhkan dengan beberapa kisah yang berbeda-beda. Tokohnya terbilang banyak dengan latar cerita yang sama-sama menarik, tentang penggunaan teknologi AI ini.

Pertama ada kisah Bai Li yang diperankan oleh Tang Wei. Bai Li adalah sosok wanita karier yang muncul dalam bentuk AI. Setiap hari menemani putri kecilnya yang sampai detik itu tidak mengetahui bahwa Ibunya sudah meninggal. Putrinya hanya tahu bahwa Ibunya sibuk bekerja di luar negeri karena berprofesi sebagai arkeolog. Sampai suatu hari, putrinya ingin menyusuk Ibunya karena merasa bahwa Ibunya tidak pernah sibuk. Ibunya selalu menemaninya video call setiap saat.

Kedua tentang Gu Jung In yang diperankan oleh Bae Suzy. Gu Jung In sangat merindukan kekasihnya yang bernama Park Tae Ju. Bukan karena meninggal, tetapi Park Tae Ju terbaring koma di rumah sakit. Tidak ada tanda-tanda akan terbangun lagi. Hanya mengandalkan alat-alat medis yang tersemat di sekujur tubuhnya.

Gu Jung In merasa tak mampu melewati hari-harinya tanpa kekasihnya itu. Ia sangat merindukan kekasihnya. Sampai akhirnya ia memutuskan untuk menggunakan jasa AI Wonderland. Kekasihnya hadir dalam bentuk virtual dengan backround di luar angkasa. Menemaninya makan, hingga membangunkannya di pagi hari.

Ketika Gu Jung In merasa semuanya baik-baik saja, Park Tae Ju terbangun dari komanya. Sebuah keajaiban ia bisa bangun meski ternyata banyak hal-hal yang berubah pada dirinya. Park Tae Ju sering lupa, ceroboh, bahkan menjadi sulit memahami Gu Jung In. Gu Jung In begitu kesal dan sedih dengan perubahan Park Tae Ju. Apalagi saat ia mencoba membandingkan dengan kekasihnya dalam bentuk virtual yang selalu on time membangunkannya, mengerti perasaannya, dan selalu ada kapanpun dan dimanapun.

Ketiga ada kisah para pengawas Wonderland. Mereka adalah Soe Hae Ri yang diperankan oleh Jung Yu Mi dan Kim Hyun Soo yang diperankan oleh Choi Woo Shik. Keduanya menghabiskan waktu untuk bekerja di Wonderland. Menjadi saksi perjalanan para penggunan AI.

Soe Hae Ri dan Kim Hyun Soo tidak hanya menangangi satu atau dua pelanggan saja. Mereka menangani banyak pelanggan dengan cerita yang berbeda-beda. Misalnya saja seorang nenek pikun yang terhubung dengan cucu kesayangannya secara virtual. Watak sang cucu secara virtual sangat menyebalkan. Kerap meminta barang-barang mewah pada neneknya yang hanya seorang pedagang makanan Korea.

Pada saat bekerja, mereka kerap mengalami masalah. Mendapatkan masalah sistem di luar nalar mereka. Seorang orang-orang yang terdapat pada virual memiliki power untuk mengendalikan sistem dan ingin terhubung secara langsung dengan orang-orang yang mereka sayangi. Namun sayang, mereka hanya sistem berbasis AI. Di dunia nyata, mereka sudah tiada.

Di tengah-tengah menjalani pekerjaannya, Kim Hyun Soo juga bertemu dengan Ayah kandungnya yang sedari kecil tak pernah ia kenal. Namun sayang, ketika ia menyadari bahwa itu adalah Ayah kandungnya, sang Ayah sudah pulang. Meski begitu, Kim Hyun Soo dapat terhubung secara virtual karena sebelum meninggal sang Ayah memang menyiapkan dirinya dalam bentuk virtual untuk orang-orang yang ia sayangi.

Meski film Wonderland banyak mendapatkan kritikan karena terasa hambar saat ditonton, entang mengapa saya justru menyukainya. Penyajian banyaknya kisah yang berbeda-beda, membuat film ini terasa hidup dan tersampaikan detail. Bahwa banyak orang yang memutuskan menggunakan AI dengan tujuan yang berbeda-beda.

Kisah-kisahnya pun menarik. Yang pada akhirnya para pengguna tersadar bahwa AI hanya membawa kepedihan bagi orang-orang yang masih hidup. Mereka sadar bahwa yang setiap hari mereka temui secara virtual hanyalah teknologi berbasis AI. Hanya kesemuan yang mereka dapatkan.

Namun di satu sisi, ada yang bisa terus hidup dengan modal itu. Memiliki semangat untuk melanjutkan hidup. Bahkan membayar waktu yang dulu pernah terbuang secara percuma ketika seseorang yang terkasih masih ada.

Sekilas memang film Wonderland memiliki kisah yang hampir serupa dengan film Ketika Berhenti di Sini. Sama-sama tentang sosok virtual yang sudah tiada menemani kehidupan sehari-hari. Sampai akhirnya tersadar bahwa AI bukanlah sebuah solusi. Hanya membawa kepedihan dan kesedihan yang semakin berkepanjangan.

Menonton keduanya membuat saya menjadi bangga terhadap perkembangan film Indonesia. Ternyata Indonesia juga sudah memiliki film bertema serupa yang bahkan lebih dahulu rilis. Jika dibandingkan, tak kalah dari film Korea ini. Perbedaannya terletak pada kisahnya yang hanya fokus pada satu cerita saja. 

Untuk kamu yang tertarik untuk menonton film bertema AI, dapat langsung menyaksikan film Wonderland di Netflix. Filmnya memanjakan mata dengan berbagai teknologi yang membuat kamu keheranan. Luar biasa. Seperti benar-benar nyata.

Setelah menonton film ini, penonton akan dibuat bertanya-tanya. Mungkinkah kecanggihan AI sampai membuat sebuah objek virtual memiliki perasaan dan emosi seperti pada film Wonderland? 

Leave a comment